04

1781 Words
Hari ini adalah hari yang penting bagi Christa karena inilah sidangnya setelah menjalani empat tahun masa perkuliahan. Ia tak menyangka bahwa baru saja, ia bisa menyelesaikanya dengan baik dan yang tak ia sangka adalah, ia mendapatkan nilai A disaat ia sendiri meragukan kemampuannya untuk menggapai nilai B. Agam sangat senang hingga memeluk Christa dengan sangat erat, begitu juga dengan kakak ipar Christa yang memberikan ucapan selamat. “Ayo cari makan. Gue lapar nih Kak” ujar Christa sembari menepuk perutnya yang berbalut kemeja putih. “Tunggu bentar, ada teman kakak yang mau datang buat ngasih selamat sama lo” tahan Agam supaya Christa tak terlalu bersemangat untuk segera pergi. Christa mengernyit heran hingga sebelah alisnya terangkat “Temen lo yang mana? Siapa? Gue kenal?” Agam mengangguk “Iya, lo kenal. Geo” Christa menghembuskan nafas kasar “Kayaknya beneran deh kalau kak Geo tuh emang suka sama aku, Kak. Masa sih dia terus berusaha deketin aku tanpa alasan yang jelas” ungkapnya terang-terangan. “Pede banget kamu” kekeh Linara—kakak ipar Christa—padanya. “Kak, gue nggak mau ya lo jodoh-jodohin gue sama temen-temen lo” desis Christa tajam dan jelas menyiratkan ketegasan bahwa ia benar-benar tak ingin dicomblangin ke teman Agam. “Iya. Lo santai aja. Gue nggak bakal jodoh-jodohin lo segala, udah ada Tuhan yang memang menakdirkan jodoh seseorang” balas Agam dengan kekehan geli. “Sorry terlambat” Christa memandang orang yang barusan berbicara dengan nafas yang sedikit memburu dan memperhatikan penampilan Geo dari atas kepala hingga ujung kaki. Ia tak memilih menanggapi ucapan Geo dan hanya memperhatikan kakaknya yang kemudian menjawab setiap tanya Geo. “Eh, ini bunga-nya, Ta” Geo menyodorkan bunga yang sejak tadi dipegangnya kepada Christa dan memamerkan senyum manisnya pada gadis itu “Selamat ya atas hasil sidangnya” Christa menerima buket bunga itu dan tersenyum kecil “Makasih ya Kak” ujarnya sebagai ucapan syukur, walau sebenarnya ia cukup terganggu dengan kedatangan Geo. “Ayo kalau gitu, kita nyari Restoran” ajak Linara. “Eh iya, gue naik mobil sendiri aja” Christa hampir saja bersorak senang karena ucapan Geo barusan, sayangnya ia harus menyesali niat itu, saat kakaknya menyuruhnya untuk menemani Geo yang sudah mau berbaik hati untuk memberikan ucapan selamat padanya. Mau tak mau, ikhlas tak ikhlas, Christa akhirnya berjalan mengikuti Geo menuju mobil pria itu “Maaf ya Ta kalau kakak bikin kamu nggak nyaman. Kakak sama sekali nggak maksain kamu buat naik mobil ini” ujar Geo dengan rasa tak enak hatinya, padahal itu hanya pura-pura saja. Dalam hatinya merasa penuh kemenangan bisa berduaan bersama Christa. Christa hanya tersenyum kecil “Nggak apa-apa Kak” jawabnya singkat. Dengan lirikan kecil, ia memperhatikan Geo yang fokus menyetir mobil “Kakak abis dari mana? Kok bawa koper segala?” “Oh itu, kakak baru pulang dari luar kota dan langsung ke sini waktu kakak kamu ngabarin kalau kamu sudah sidang” jawab Geo sekenanya. Namun dalam diam, ia terkekeh geli dengan kebohongan yang ia buat demi bisa mendapat simpati dari Christa. Begitu tiba di Bandara, Geo dan Leano langsung menuju mobil di mana Alka menunggu keduanya. Alka adalah sekretaris kedua Geo. Pria itu lebih sering berada di ruangan dibandingkan Leano yang memang lebih sibuk di lapangan. Hari ini, Alka mendapat pesan untuk membawakan Geo dua mobil, satu mobil untuk Geo kendarai sendiri dan mobil lainnya untuk dikendarai supir membawa Leano dan Alka pulang, karena rencananya, Geo ingin melancarkan aksi untuk menemui Christa dan seolah dirinya baru saja pulang dari luar kota dengan kelelahan sebab berkendara dan hanya sendirian saja Dan benar saja, Christa tertarik dengan koper yang ia letakkan di kursi belakang. Padahal bisa saja, Geo meletakkannya di bagasi, tapi ia adalah pria licik penuh rencana yang menggunakan koper untuk menarik rasa simpati sang pujaan hati. “Kakak nggak capek emangnya?” tanya Christa cukup penasaran. Ia tiba-tiba merasa bersalah sudah bersikap judes kepada Geo, padahal pria itu sudah bersusah payah demi memberikan ucapan selamat kepadanya. “Enggak apa-apa, udah biasa juga kayak gini” “Kalau kakak capek, aku bisa nyetirin” kekeh Christa. Geo melirik saat gadis itu terkekeh geli dengan kata-katanya sendiri karena jelas, Geo tahu kalau Christa tak tahu mengendarai mobil karena Agam yang melarangnya untuk belajar “Kamu mau bawa kakak ke Surga? Kalau emang masuk Surga sih, nggak apa-apa, ini masalahnya belum jelas” kekeh Geo menanggapi gurauan Christa. Christa bergidik ngeri sendiri “Ihh enggak deh Kak, aku juga baru aja sidang. Belum mau mati, mau nikah dulu” Tanpa sadar, ucapan Christa barusan membuat senyum picik terbit di bibir Geo. Dalam hati Geo berkata bahwa ia akan mengabulkan permintaan Christa untuk menikah dulu, walaupun tak ingin mengabulkan keinginan gadis itu untuk mati. Tapi, sebagai manusia, jelas ia tak punya kehendak sama sekali untuk menentukan kematian seseorang karena Sang Kuasa sudah menakdirkan itu semua. “Gimana perasaan kamu setelah sidang?” tanya Geo. “Lega banget. Kemarin sampai mikir kalau aku nggak bakalan lulus karena nggak seberani itu buat tampil dan jelasin isi skripsi aku, tapi ternyata malah dapat nilai yang sangat memuaskan” bangga Christa pada dirinya sendiri. “Terus, rencana kamu selanjutnya apa?” “Nggak tahu sih Kak, masih bingung juga. Pengen kerja, tapi pengen lanjut S2 dulu, tapi lihat gimana keadaan nanti aja deh” Christa hanya mengangguk-anggukkan kepala saat menagatkan rencananya karena ia sendiri bingung dengan apa yang akan ia lakukan setelah menyelesaikan S1-nya. Geo menepikan mobilnya di sebuah Restoran yang cukup besar begitu melihat bahwa mobil yang dikendarai oleh Agam berhenti. Kedua pasang manusia itu kemudian keluar dari mobil dan masuk ke dalam Restoran. “Tuh, udah gue bantuin buat ngedeketin adik gue” ujar Agam dengan senyum geli saat mengingat permintaan Geo padanya saat ia memberitahukan bahwa Christa akan sidang hari ini. “Thanks” Geo mengacungkan jempolnya kepada Agam. “Abis ini, kita butuh waktu buat ngomongin maksud tujuan lo ngedekatin adik gue” tegas Agam dan diangguki dengan yakin oleh Geo. “Gue nggak ada niat main-main sama sekali. Lo tinggal hubungin gue kalau ada waktu, kapan aja gue siap” “Buruan Kak” ajak Christa setelah ia dan Linara sampai di meja, namun Agam dan Geo malah sibuk berbincang sembari bejalan. “Sabar dong k*****t” kekeh Agam Christa membulatkan matanya kepada Agam saat pria itu memanggilnya k*****t di depan Geo “Kak, lo jangan nyari masalah sama gue ya. Gue lagi dalam mood yang baik nih” “Iya iya. Udah itu cepetan pesan, kasihan mbak-mbaknya nungguin lo ngebacot mulu” desis Agam sembari menunjuk buku menu yang baru saja diletakkan oleh pelayan restoran di hadapan Christa dan Linara. “Mas” tegur Linara karena mendengar ucapan tak sopan dari bibir suaminya. Agam tersenyum kecil “Iya iya” angguknya mengerti arti teguran itu. “Jangan bikin gue muntah deh, please” ujar Christa geli. Geo hanya mengamati sikap Christa yang lebih aktif saat bersama kakaknya, sementara bersamanya, ia yang harus berjuang terus menerus untuk mendapatkan topik pembicaraan yang mengundang keaktifan Christa. *** Begitu selesai makan, Linara mengajak Christa untuk segera pulang atas kode yang Agam beri supaya memberikan ruang untuknya dan Geo terlibat pembicaraan yang lebih serius. Agam tidak berbohong soal ia yang ingin adiknya segera menikah karena alasan yang masih belum bisa ia jelaskan pada Christa. Yang pasti, pria itu hanya meyakini bahwa dirinya harus segera mencari pria yang ingin bertanggung jawab pada Christa dan bisa dipegang ucapannya. Mendengar bahwa Geo tertarik pada adiknya, jelas saja Agam jadi penasaran dengan apa yang Geo lihat dari adiknya. Ia juga butuh kejelasan mengenai kesungguhan Geo dengan ucapannya. Ia tak ingin membuat adiknya merasa dijerumuskan ke dalam lubang neraka jika menikah dengan Geo yang hanya ingin mempermaikannya saja. Bukan hanya Geo, teman-teman Agam yang lain juga pernah menaruh perasaan pada Christa, sayangnya Agam tak bisa mengizinkan kedekatan itu karena menurutnya teman-temannya itu tidak memenuhi kriteria sebagai orang yang tepat untuk Christa. Lagi pula, Christa sendiri juga tak pernah tertarik dengan teman-teman Agam karena menurut gadis itu, teman-teman Agam sudah terlalu tua untuknya dan ia tak suka perbedaan umur yang cukup besar. Ia tak suka menghadapi pria yang terlalu dewasa karena mungkin saja tak akan mengerti bagaimana sifat kekankannya. Dan tak suka dengan pria yang terlalu muda karena takut jika ia tak bisa memahami sifat kekanakan itu. Geo berdeham sejenak dan menyatukan kedua tangannya di atas meja dengan rapi “Gue serius dengan ucapan gue untuk mendekati Christa dan menjadikan dia istri gue. Lo mungkin cukup tahu kalau gue suka gonta-ganti pasangan, dan gue yakin lo meragukan kesungguhan gue. Gue bisa wajar akan hal itu, karena kalau gue juga memiliki adik perempuan yang ingin didekati oleh orang yang gue tahu banget kebusukannya, gue juga nggak akan restu” Geo meneguk ludahnya dan kembali berdeham sebelum akhirnya melanjutkan ucapannya yang tertunda. “Tapi, gue sungguh-sungguh Gam. Lo bisa buat perjanjian kontrak dengan gue kalau seandainya gue membuat Christa tersakiti atau nggak bahagia sama gue. Lo bisa tuntut gue seandainya gue membuat Christa terluka atau bahkan dalam bahaya karena sikap gue. Lo juga bisa tuntut gue seandainya gue menyelingkuhi atau menceraikan Christa. Lo bisa ajukan syarat apapun untuk membuat lo bisa percaya sama gue” yakinnya. Agam terkekeh kecil “Nggak semudah itu Ge. Ini bukan masalah yang wajar untuk dibawa ke jalur hukum” “Gue tahu Gam, gue hanya berusaha meyakinkan lo kalau niat gue ini sungguh-sungguh” “Apa yang lo harapkan dari seorang Christa. Dia bahkan masih anak-anak dan kalian belum saling mengenal untuk bisa menjadi suami istri” “Gue tahu Gam, gue bahkan sangat tahu kalau gue belum begitu mengenal Christa, tapi dari apa yang udah gue tahu, gue suka dengan apapun yang gue ketahui dari adik lo. Gue merasa kalau dia beneran layak untuk menjadi istri gue” “Dia belum mengenal lo, Ge” “Gue akan memperkenalkan diri saat dia udah jadi istri gue. Lo nggak akan menyesal menerima gue sebagai calon suami untuk adik lo” yakin Geo yang lagi-lagi membuat Agam geli sendiri. “Oke, gue bakalan pertimbangin keputusan gue untuk menerima lo sebagai calon suami Christa, tapi gue butuh waktu cukup lama. Dan selama gue mempertimbangkan hal itu, gue ingin kita menyempatkan waktu untuk membicarakan beberapa hal yang cukup rahasia” tuntut Agam “Oke, gue sanggup” angguk Geo yakin. “Dan gue harap lo juga nggak akan memaksakan adik gue untuk secepat itu mengenal lo karena dia masih merasa aneh dengan lo yang terus berusaha mendekati dia dan malah bikin dia nggak nyaman. Lo harus bersabar kalau mau mendapatkan perhatian dari dia karena Christa adalah orang yang cukup sulit untuk beradaptasi dengan orang asing” Geo mengangguk lagi “Gue akan usahain untuk nggak terburu-buru” ujarnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD