8 Years Later

309 Words
“Miss Light, kami sangat minta maaf atas ketidaknyamanannya.” “Ya, it’s okay. Just give me anything. I’ll wait till tomorrow.” “Baiklah.” manager hotel langsung membuatkan pesanan kamar biasa untuk Ryenata. Kesalahan ini sebenarnya cukup menyebalkan, mengingat Ryenata sudah melakukan pemesanan sejak dua minggu yang lalu. Tapi saat ini tubuhnya terlalu lelah untuknya marah-marah. Saat ini yang paling ia butuhkan adalah istirahat, tanpa ada gangguan apa pun. “Okey, Miss. Ini kunci kamar anda. Pelayan akan mengantar anda ke kamar. Sekali lagi kami meminta maaf.” Ryenata berlalu, meninggalkan lobby dan segala hiruk pikuk. “Ya, Tuan, ada yang bisa saya bantu?” “Nona tadi ada masalah apa?” “Hah? Oh itu…” resepsionis tampak ragu. “Tuan Raveyr, ada yang bisa saya bantu?” sang manager menghampiri. “Aku mendengar masalah Miss Light.” “Oh itu, sudah diatasi.” “Jadi kamar yang aku tempati harusnya adalah kamar yang ia pesan?” Sang Manager terdiam. Siapa yang bisa menolak saat Syane Raveyr datang? Pria itu jelas adalah prioritas. Sayangnya seluruh kamar VIP sudah ditempati orang-orang penting lainnya dan hanya menyisakan kamar yang telah dipesan oleh Ryenata. Syane datang secara mendadak dan pihak hotel tak punya pilihan lain selain memberikan kamar pesanan Ryenata. Kadang hidup memang tidak adil. “Dia menginap di kamar nomor berapa?” “Hm, tapi Tuan—“ “Aku akan minta maaf padanya secara langsung.” “7820.” Syane berlalu. “Apa aku tidak salah dengar? Seorang Tuan Raveyr ingin minta maaf? Sungguh?” “Aku juga terkejut.” “Sudah, lanjutkan pekerjaan kalian.” “Baik, Miss.” … Ryenata menatap foto di tangannya. Foto yang tampak masih sangat baru, dengan dua insan manusia tersenyum di sana. “Rafael, kau tunggu saja. Aku pasti akan membuatmu merasakan kehidupan yang lebih buruk dari neraka.” ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD