Chapter 4: Overwhelmed

1605 Words
"Aku ingin menikahimu secara resmi." Ujar Seungyoun menambah kejutan bagiku. Ku tatap kedua atensi lelaki itu, terlihat keseriusan dalam tatapannya. Berusaha meyakinkanku, bahwa ia adalah orang yang tepat untuk menjadi pendamping hudupku kelak. "Kita belum mengenal satu sama lain Seungyoun-ssi.." Aku ingin menguji keseriusannya. Seungyoun tersenyum, "Semua akan berkembang seiring berjalannya waktu.." Ujarnya yakin. Aku tanpa sadar mengigit bibir bawahku sendiri. Ia ternyata sudah memikirkan segalanya dengan sangat matang. "Aku juga belum lulus, belum bekerja dan belum siap sepenuhnya jika harus memiliki anak." Ucapku akhirnya memberitahu tentang alasan sebenarnya aku berpikir ulang untuk menerima perjanjian itu. Semua kejadian ini terlalu mengejutkanku. "Kita akan melewati semuanya bersama-sama Y/n-ah. Percayalah, seiring berjalannya waktu kita pasti akan saling terbiasa." Aku tersentuh dengan ucapannya. Seungyoun terus berusaha meyakinkanku agar menerima perjanjian itu. Aku terdiam, melihat tangan kami yang saling menggenggam erat. "Lupakan perjanjian itu, aku akan melamarmu sebagai sosok laki-laki yang ingin menikahimu dan ingin menghabiskan sisa hidupku bersamamu." Aku tak bisa lagi menahan segala ekspresi kebahagiaaan yang aku rasakan saat ini. Perlahan senyuman terukir di wajahku namun aku tetap berusaha se-normal mungkin di hadapannya. Setelah mendengar segala niatnya tadi, aku sadar. Kesempatan seperti ini tak akan terjadi lagi untuk kedua kalinya dalam hidupku. Maksudku, lelaki yang melamarku dengan tulus, tanpa memikirkan latar belakang keluargaku maupun berbagai pertimbangan lainnya. Aku tak akan menemukan orang lain selain Seungyoun. Jadi, aku akan menerimanya. "Baiklah, aku mau menikah denganmu." Ujarku yang langsung mengangkat segala gundah yang Seungyoun rasakan. Ia tersenyum lebar dan ingin membawaku ke dalam pelukannua namun tertahan, "Bolehkah aku memelukmu?" Tanya Seungyoun, langsung ku anggukan kepalaku sebagai izin untuknya. "Gomawo!" Ia langsung membawaku ke dalam pelukannya. Ia memelukku begitu erat seolah ingin melepaskan segala kebahagiaan yang ia rasakan saat ini. Ku elus punggungnya pelan, seraya tertawa gemas melihat aksinya. Kami terus berpelukan dalam diam hingga aku merasakan tubuh Seungyoun yang mulai bergetar hebat. Tak lama, dapat ku dengar isakan yang keluar dari bibir lelaki itu. Aku yakin, ia sudah begitu lama menahan segalanya sehingga isakan yang terdengar sangat berat saat ini. "Tuhan benar-benar baik, karena telah mempertemukanku denganmu." Lirihnya. Ku lepaskan pelukan kami secara sepihak. Dengan inisiatif sendiri, ku tangkup wajah lelaki itu yang telah basah oleh air mata. Ku hapus air mata yang mengalir di wajahnya. "Gwenchana, jangan menangis lagi. Kita akan melewatinya bersama setelah ini." Gumamku sambil terus menenangkannya. Lelaki itu menatapku sambil tersenyum tipis, walau air mata tak bisa berhenti mengalir di wajahnya. Dari tatapan itu, ia seperti menemukan kebahagiaan baru dalam hidupnya. Sebuah penyelesaian masalah yang dapat merubah hidupnya menjadi lebih baik lagi, ya semoga saja. Seumur hidupku, aku tak pernah merasa begitu berharga seperti saat ini. Berkat Seungyoun, aku menjadi tahu arti hidup yang sebenarnya. Bukan hanya mengejar materi maupun tahta, namun kita juga harus menemukan kebahagiaan untuk diri kita. Kebahagiaan baru yang aku yakin akan menjadi awal dari segalanya. Seungyoun kembali memelukku. Kini, aku akan membiarkannya melampiaskan segalanya dalam pelukan kami. """""""""""""""""""""""""""""""" Mobil yang Seungyoun kendarai berhenti tepat di depan gang menuju rumahku. Gang itu kecil, tak memungkinkan kendaraan seperti mobil, masuk melewatinya. Ku menoleh ke arah Seungyoun, mata lelaki itu bengkak dengan wajah yang masih sembab. Ia telah puas menumpahkan segala kegundahan yang ia rasakan padaku dan sekarang, senyum manis mulai terukir di wajahnya. "Aku akan menjemputmu besok," Ucap Seungyoun dengan senyuman yang tak lekang di wajahnya. Aku mengangguk lalu bersiap untuk turun dari mobil ini. Namun sebelum aku turun, aku ingin memastikan lagi keadaan lelaki itu. "Anyyeong~" Ucapku diakhiri senyuman untuknya. Langsung aku keluar dari mobil Seungyoun ini dan berjalan menuju rumahku. Seungyoun besok akan menjemputku pukul sembilan pagi guna kembali ke agensinnya dan menyusun pernyataan resmi mengenai rumor yang berkembang saat ini. Ada beberapa orang asing yang telah menungguku di sepanjang gang ini. Beruntung jarak rumahku tak terlalu jauh masuk ke dalam gang, jadi dengan sedikit berlari, aku langsung sampai di halaman rumahku. Langsung ku memasuki rumahku dan mendapati ibuku telah berdiri di belakang pintu masuk rumahku. Aku terlonjak kaget, buru-buru menutup pintu rumahku sebelum para wartawan itu mengambil gambarku. "Dia siapa??" Tanya ibuku to the poin. Aku sedikit tak menghiraukannya dengan tetap membuka sepatu dan kaos kakiku lalu meletakkannya di atas rak sepatu. Ku rasakan lenganku dipukul pelan oleh ibuku. "Eomma!" Aku memekik, mengelus bekas pukulan itu. "Mengapa kau pulang larut sekali?" Tanya ibuku, emang sekarang jam berapa? "Ada urusan sebentar tadi," Nanti saja aku beri tahu mengenai masalah ini. Namun ibuku seperti tak puas dengan jawabanku. "Lelaki itu siapa?" Aku ingin berbohong namun sepertinya ia mengetahui segala gerak gerikku. "Seungyoun oppa." Jawabku. Eomma hanya menghembuskan napasnya berat. "Eomma sudah mengetahui semua berita tentangmu!" Ucap eomma, aku yakin berita itu pasti sudah berkembang se-antero negeri ini. "Besok kita temui penyanyi WOODZ itu, dia harus mempertanggung jawabkan segala kekacauan yang telah melibatkanmu!!" Kesal eomma. Aku berjalan menuju ruang tengah, berusaha menenangkan ibuku yang telah dipenuhi amarah dan kekecewaan. "Eomma duduk dulu, biar aku jelaskan sedikit mengenai permasalahan itu." Ku bawa ibuku untuk duduk di sofa ruang tengah. Jika sudah seperti ini, aku rasa aku tak bisa menutupinya lebih lama lagi. Setidaknya aku harus memberi penjelasan agar ibuku dapat lebih tenang. Namun sebelum ibuku duduk, Kriggg Handphonenya berbunyi, dengan cepat ibuku mengangkat panggilan tersebut. Ia berjalan menjauhi ruang tenga namun aku masih dapat mendengar percakapan mereka. "Ne, yoboseyo." "Berikan saya waktu satuu minggu lagi pak, saya janji akan bayar full untuk dua bulan ini." Ibuku terdengar sangat ketakutan setelah mendapat panggilan itu. Aku yakin panggilan itu dari rentenir yang menagih hutang-hutang ayahku. Tak salah lagi, "Ne baiklah pak." Panggilan itu langsung dimatikan ibuku. Buru-buru ku bersikap biasa seolah tak mendengar apapun, namun ekspresi ibuku tak bisa lagi menutupi segalanya. "Besok kalian harus menginap di rumah bibi lagi." Dan seperti biasa, jika ibuku telah menyuruh kami untuk bersembunyi di rumah bibi, berarti hutang itu memang sudah tak dibayar selama berbulan-bulan oleh ayahku. Laki-laki sialan! Selalu saja menyusahkan kami!! Namun, bukankah hal ini bisa aku jadikan alasan untuk membuat eomma setuju dengan rencana pernikahanku itu? "Eomma duduk dulu," Ajakku. Ibuku akhirnya duduk tepat di sebelahku. Ia berubah menjadi lebih lemas dari sebelumnya dan beberapa kali ibuku menghembuskan napasnya berat. "Eomma aku punya berita baik dan buruk." Ucapku. Ia menoleh guna menatapku. "Eomma yakin lebih banyak buruknya karena setelah membaca pemberitaan tentangmu di luar sana, eomma harus menutup toko lebih cepat." Aku terdiam, semakin merasa bersalah. Sungguh, pemberitaan diluar sana sangat mengganggu kehidupan pribadiku maupun keluargaku. Aku tak tahu harus sampai kapan kami mengalami hal seperti ini. "Eomma sebenarnya.." Gumamku. Sedikit ragu untuk mengatakan hal ini. "Apaa?? Mengapa kau tak mengeluarkan pernyataan tentang rumor palsu itu?!!" Tanya ibuku. Langsung ku jawab dengan gelengan kepala, "Aku mau menikah dengan Seungyoun oppa." Ucapku yang lantas semakin memancing amarah ibuku semakin besar. Tangannya langsung melayang menuju lenganku lagi, memberikan pukulan bertubi-tubi agar aku sadar. "Mwo???!!! Apa yang kau pikirkan eoh?!! Eomma sedang tak ingin bercanda!! Dan siapa Seungyoun itu!!!" Eomma membentakku, aku bahkan tak menyangka satu kalimat itu dapat memecah aramah ibuku begitu besar. Aku sebisa mungkin menghindari pukulannya."Akh!! Eomma!" Pekikku kesakitan. "Ada apa ini?" Adikku muncul dari balik pintu kamar kami, berusaha menenangkan ibuku yang tak berhenti memukulku. "Eomma, Seungyoun itu nama asli penyanyi WOODZ!" Aku memberitahu setelah ibuku mulai tenang. Namun sepertinya ia malah semakin tak percaya dengan perkataanku itu. "Mwo??!!! Kalian mau menikah?" Tanya ibuku semakin kehilangan semangat hidupnya. Ia bahkan sampai terduduk lagi dengan menutup wajahnya menggunakan kedua tangannya. Aku menggumam pelan guna membenarkan pertanyaannya itu. "Jadi benar pemberitaan di luar sana?" Tanya eommaku lagi, kini ia menatapku guna memastikan. Ku anggukan kepalaku pelan. Reaksi yang ditunjukan hanya gelengan kepala dan ekspresi kekecewaan yang begitu mendalam. "Lusa, orang tua Seungyoun oppa ingin berkunjung ke rumah kita." Ucapku. "Oh tuhan," Eomma hanya meresponku dengan mengusap wajahnya kasar. Tak habis pikir dengan segala kenyataan ini. "Loh kak!! Kamu bilang kemarin tak mengenalnya?" Celetuk adekku secara tiba-tiba. Ku gelengkan kepalaku sambil tersenyum paksa untuknya. Berusaha mendalami segala kebohongan ini. "Ani, sebenarnya aku hanya berpura-pura, karena aku tak ingin ada yang tahu tentang hubungan kami." Jawabku di akhiri kekehan pelan. "Lalu anak itu?" Tanya eomma. Aku menelan ludahku secara susah. "Nah, ini berita bahagianya eomma." Ucapku duduk mendekati ibuku. "Aku akan mendapat uang untuk membayar semua hutang-hutang aboeji." Ucapku. Wajah ibuku mulai sedikit berubah. "Kau mendapat warisan darinya?" Tanya ibuku. Adikku mendudukan diri tepat di sebelah ibuku, menungguku menjelaskan segalanya. "Bukan itu, eomma.." Jawabku langsung. "Lalu?" tanya adikku merasa ada sesuatu yang janggal. Aku menatap adik dan ibuku secara bergantian. "Duh, gimana jelasinnya ya?" Gumamku bingung. Aku takut salah dalam menjelaskannya. Harusnya aku memberitahu tentang uang itu setelah keluarga Seungyoun oppa saja yang menjelaskan. Oppa? Ya, dia lebih tua dariku dan agar kami terlihat dekat, aku putuskan untuk memanggilnya dengan sebutan itu. Tiba-tiba aku merasakan pukulan lagi di punggungku. "Kok bingung sih kamu!!" Kesal ibuku. Aku langsung mengambil jarak duduk darinya. "Jadi, tadi aku menghadiri rapat di agensi Seungyoun oppa untuk membahas tentang rumor yang berkembang saat ini eomma.." Ujarku. "Mantan kekasih Seungyoun oppa adalah anak tunggal dari CEO Play M Entertaiment. Gadis itu dijodohkan dengan artis dibawah naungan agensi orang tuanya dan dua minggu lagi mereka akan melangsungkan pernikahan." "Wanita itu ibu kandung anak itu?" Tanya eomma. Aku rasa ia mulai mengerti dengan apa yang aku maksud. "Ne eomma. Sebagai perjanjiannya, karena rumor juga sudah berkembang pesat. Aku harus mengakui anak itu sebagai anak kandungku lalu mereka akan memberikan uang yang menimpah untuk kita.." Tambahku. Sontak ibuku berdiri tak terima. "Kau gila??!!" Bentaknya. Aku memejamkan mataku mewanti-wanti jika mendapat pukulan lagi dari ibuku. Namun, ibu hanya terus menatapku tak percaya. Tak lama ia mengulurkan tangannya ke arah keningku. Ingin mengechek suhu tubuhku, "Masuk kamar dan istirahat!! Eomma rasa kau mulai tak waras.." Perintah ibuku. To Be Continued

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD