Chapter 3: Egoism

2262 Words
Sepanjang perjalan, Seungyoun tak kunjung memberitahuku mengenai bantuan yang ia butuhkan. Ia hanya terus mengatakan, bahwa ada rapat penting yang harus kami hadiri malam ini. Rapat guna membahas rumor yang melibatkan kami berdua. Dari kejauhan dapat kulihat gerombolan wartawan yang sedang berkumpul di depan sebuah gedung. Aku yakin gedung itu adalah tujuan utama kami. Jantungku berdegup kencang seiring berhentinya mobil yang Seungyoun kendarai tepat di depan gedung itu. Aku semakin merasa ketakutan saat semua wartawan itu akhirnya menyadari keberadaan kami di dalam mobil ini. "Pakailah ini." Perintah Seungyoun memberiku sebuah topi hitam dan masker untuk menjaga privasiku. "Aku tak mau turun." Ucapku, namun tetap saja aku gunakan masker dan topi hitam itu. Seungyoun sempat berusaha menenangkanku dengan tersenyum tipis padaku. "Gwenchana, percayalah padaku." Ujarnya. Seungyoun langsung turun dari mobil ini dan berlari menuju sisi mobil yang lain untuk membuka pintuku. Ia tak mengenakan masker, kaca mata atau apapun yang bisa melindungi privasinya. Akhirnya aku memutuskan untuk keluar dari mobil ini. Puluhan wartawan yang telah menunggu, langsung mengerubuni kami guna menanyakan berbagai macam pertanyaan. Aku terus menundukkan kepalaku, tak jarang aku merasakan dorongan yang keras walau aku tahu Seungyoun sudah berusaha menjagaku dengan membawaku ke dalam dekapannya dan menuntunku agar terus berjalan memasuki gedung itu. Hingga akhirnya kami bisa memasuki gedung tersebut berkat bantuan aparat keamanan dari agensi Seungyoun. Setelah masuki gedung tersebut, aku mulai merasakan perih di telapak tanganku. Terlihat bekas kuku yang menancap terlalu dalam hingga mengeluarkan sedikit darah. Aku tak biasa dengan situasi seperti ini, jadi aku melampiaskannya dengan cara tak biasa pula. "Gwenchana?" Tanya Seungyoun ingin melihat luka di tanganku namun dengan cepat ku menghindar. "Ne, gwenchana." Jawabku sembari tersenyum paksa guna mengalihkan segalanya. "Sajangnim sudah menunggu kalian." Ucap salah seorang staff pada Seungyoun. Kami langsung dibawa menuju lantai empat, ke sebuah ruangan tertutup yang tak terlalu besar. Sempat aku lepas masker dan topiku, sebelum Seungyoun membuka pintu ruangan itu, lalu mengajakku masuk bersamanya. "Annyeonghaseyo." Kami mengucapkan salam secara bersamaan. Terdapat empat orang yang telah duduk melingkar di dalam ruangan tersebut. Seorang gadis cantik dan lelaki muda yang tampan serta dua orang pria tua yang aku yakini adalah petinggi di agensi ini. "Ne, mari duduk nona Y/n." Ucap salah seorang pria tua, menyuruhku duduk di sebelah kirinya. Seungyoun duduk cukup jauh dariku, tepatnya di sebelah kanan pria tua itu. Membuatku sedikit tak nyaman karena harus berada jauh darinya. "Perkenalkan, saya Lee Sanggyu direktur utama Yeuhua Entertaiment Korea." Pria tua yang duduk tepat disebelah kiriku memperkenalkan dirinya. Aku menunduk guna memberi salam padanya. "Ne, sajangnim." Ucapku. Kini, semua mata mulai tertuju padaku, membuatku semakin gugup. "Saya mengundang nona Y/n dalam rapat ini, untuk membahas rumor yang melibatkan anda dan artis kami, Cho Seungyoun." Ujar Lee sajangnim memberitahu tujuan rapat malam ini. "Saya yakin posisi nona Y/n saat ini sangatlah rumit, karena harus menanggung berita yang tak benar akibat upaya bunuh diri yang dilakukan oleh Seungyoun. Saya meminta maaf yang sebesar-besarnya atas kejadian itu." Lee sajangnim menunduk padaku. Aku buru-buru membungkukkan tubuhku lagi padanya. "Ne, sajangnim." Dalam hati tak terima begitu saja dengan rumor yang telah berkembang. Namun, mau bagaimana lagi? "Gadis ini adalah mantan kekasih Seungyoun sesungguhnya, bernama Choi Haneul. Putri tunggal dari direktur utama Play M Entertaiment, bapak Choi Jinho." Lee sajangnim menunjuk secara sopan lelaki tua yang duduk di sebelah kananku dan gadis cantik mantan kekasih Seungyoun itu. Gadis itu sangatlah cantik dan menawan, aku yakin ia dapat dengan mudah memikat hati pria walau hanya dengan senyuman. Aku menunduk memberi salam pada mereka. Gadis bernama Haneul itu membalas salamku. Ia tersenyum manis padaku, tak ada kesan buruk yang aku dapatkan darinya. Ia sosok yang ramah dan sangat menawan. "Haneul dan Seungyoun telah menjalin hubungan selama tiga tahun. Namun, Haneul memutuskan untuk berpisah di tengah kehamilannya karena ia telah dijodohkan dengan lelaki bernama Han Sungwoo yang merupakan penyanyi di bawah naungan Play M Entertaiment." Aku yakin Han Sungwoo yang Lee sajangnim maksud adalah lelaki yang duduk tepat di sebelah Haneul. Lelaki itu berkulit putih pucat dengan mata sipit, ia terlihat hangat dan berwibawa. Aku seperti pernah melihatnya di televisi. Namun, pernyataan yang Lee sajangnim katakan itu juga sangat mengejutkanku. Jadi karena lelaki tampan itu hubungan Haneul dan Seungyoun kandas? Lalu mengapa mereka memanggilku kesini?? Mengapa tak langsung jelaskan saja kepada media? "Langsung saja ke pokok masalahnya!" Bentak pria tua yang duduk di sebelah kananku. Ia berdiri dari duduknya, sedikit kesal dengan penjelasan Lee sajangnim. Pria itu terlihat sangat mengerikan. "Baik, sajangnim." Ucap Lee Sajangnim. "Rumor telah tersebar luas, kami harap tak ada pernyataan yang nona keluarkan mengenai rumor tersebut." Harap Lee sajangnim padaku. "Saya menunggu pihak anda yang mengeluarkan pernyataan resmi, pak." Ucapku berusaha setenang mungkin, walau pada kemyataanya, aku tak bisa tenang dengan memainkan jariku di bawah meja ini. Lee sajangnim tersenyum tipis. "Namun, kami mengundang nona kesini untuk menawarkan sebuah perjanjian." Aku menyerngitkan dahiku, "Perjanjian apa pak?" Tanyaku. "Menikah dengan Seungyoun lalu akui ke media bahwa benar, nona adalah ibu kandung Seungri sesungguhnya. Dengan begitu, publik korea akan lebih menerima dan tak akan merusak karir Seungyoun lebih parah." Ucap Lee Sajangnim seolah tak merasa bersalah sedikitpun. Aku begitu terkejut dengan perjanjian itu hingga untuk beberapa menit, aku terdiam, tak tahu harus merespon seperti apa. Ku tatap Lee sajangnim dan Seungyoun secara berngantian. "Perjanjian itu sama sekali tidak menguntungkan saya pak." Ucapku masih tak percaya dengan perjanjian gila itu. "Tenanglah nona, ini hanya pernikahan kontrak." Tambah Lee sajangnim. Aku menatapnya tak percaya. Respon yang aku dapatkan sekarang saja sudah sangat mengerikan, apalagi jika aku mengakui rumor itu. Bisa-bisa aku tidak akan hidup tenang lagi seumur hidupku. "Kami harus menyembunyikan masa lalu Haneul karena sisa dua minggu lagi pernikahan mereka dilaksanakan. Pernikahan tersebut akan disiarkan secara langsung di Youtube hingga televisi Korea. Kami ingin menjaga nama baik artis kami maupun anak kandung saya." Tambah pria tua yang duduk disebelah kananku, yakni ayah kandung Haneul. Ku tatap sesaat wanita bernama Haneul itu, betapa beruntungnya dia. Setelah melakukan kesalahan, semua orang berlomba-lomba menutupi kesalahannya itu, bahkan harus mengorbankan orang lain yang tak bersalah sepertiku. Apa mereka tak memikirkan akibat yang ditimbulkan oleh kebohongan ini? Lalu ku lihat Seungyoun yang menunduk, seolah tak berani menatap dunia di hadapannya. Ah! Aku tak bisa seperti ini! "Kami akan memberikan uang yang melimpah untuk nona, demi memperbaiki citra Seungyoun di mata publik." Ucap Lee sajangnim. Sekarang aku tahu benar, derita yang lelaki itu tanggung sendirian. Niat Lee sajangnim baik, untuk mempertahankan karir artisnya namun cara yang ia gunakan itu. Seungyoun juga, mengapa mereka bisa melakukan hal yang sangat fatal seperti ini. Dan mengapa semua seperti dilimpahkan ke aku? "Seungyoun sendiri yang mengusulkan ide ini karena ia percaya denganmu," Tambah Haneul. Mereka saling menatap satu sama lain, sebelum akhirnya Seungyoun membuang tatapannya ke arah lain. Dapat ku lihat amarah, kekecewaan dan kesedihan dalam tatapan Seungyoun. Namun Haneul, aku tahu gadis itu masih menyimpan sedikit rasa untuk Seungyoun. Aku tak perduli dengan uang yang ia janjikan itu, aku hanya ingin memikirkan diriku sendiri saat ini. "Saya punya orang tua pak. Saya mungkin bisa menerimanya, namun keluarga saya belum tentu bisa menerima, karena perjanjian ini akan sangat merusak nama baik keluarga maupun saya pribadi." Tolakku secara halus. Lee sajangnim langsung membalasnya dengan, "Seungyoun akan membawa keluarga besarnya untuk menemui keluarga anda, menjelaskan permasalahan yang terjadi." Aku terdiam, mereka sepertinya sudah merencankanya dengan sangat matang. Ku lihat Seungyoun yang tengah menatapku penuh arti. "Aku mohon, Y/n. Pikirkanlah dulu tawaran ini. Hanya kau yang mampu membantuku keluar dari permasalahan ini.." Ucap Seungyoun pelan. Aku menggigit bibirku pelan, teringat kejadian kemarin sore saat ia ingin terjun dari jembatan itu. Keadaan ini membuatku bingung, sangat bingung. Begitu banyak pertanyaan dan kemungkinan yang terlintas dipikiranku mengenai masa depanku setelah melangsungkan pernikahan itu namun semua berusaha aku tahan. Aku ingin sekali menolong Seungyoun, namun.. """""""""""""""""""""""""""" Setelah melewati perdebatan yang cukup panjang. Akhirnya aku memutuskan untuk memikirkan dulu tentang perjanjian itu. Menikah kontrak selama dua tahun dengan seorang selebriti, aku tak pernah membayangkan seperti apa kehidupanku kedepannya setelah pernikahan itu terjadi. Walau aku memang ingin sekali menikah, namun tak begini juga caranya. Aku masih ingin menghabiskan masa mudaku, mencari pekerjaan dan membahagiakan orang tuaku. Namun, semua seperti sudah disusun rapi oleh tuhan untukku. Aku merasa terjebak, di satu sisi aku ingin membantu Seungyoun, tetapi di sisi lain aku tak bisa mengorbankan masa depanku yang berharga. Di dalam mobil, aku tak henti memandang jendela di sampingku. Suasana hening menyelimuti kami.  Sebenarnya, banyak sekali pertanyaan yang ingin aku tanyakan mengenai pernikahan ini, namun aku seperti tak memiliki keberanian untuk menanyakannya. Aku takut memperburuk suasana hati lelaki itu. Aku tak ingin ia mencelakai dirinya sendiri. Aku sadar, Seungyoun sesekali menoleh ke arahku sambil tetap fokus menyetir mobilnya. Namun aku hanya terus diam, tenggelam dalam pikiranku yang begitu berkecamuk. "Y/n-ah." Panggil Seungyoun memecah keheningan di antara kami. Aku menghembuskan napasku berat, lalu menoleh kearah lelaki itu. Tak sengaja, aku melihat air mata yang jatuh membasahi pipinya. Namun, buru-buru ia hapus menggunakan punggung tangannya. "Maafkan aku.." Ucap Seungyoun. Suaranya bergetar pelan. Aku tahu ia telah menahan segalanya sedari tadi. Kini, aku tahu benar penderitaan yang selama ini ia pendam. Menjadi seorang selebriti memang sangatlah sulit, karena kau harus tetap bersikap baik dan ramah di depan semua orang. Kau tak bisa melakukan satu kesalahan yang dapat merusak hidup bahkan semua karyamu. "Gwenchana," Aku berusaha menenangkannya. Aku tak bisa melihat Seungyoun terpuruk seperti ini. Karena hal itu dapat dengan mudah mempengaruhiku juga. "Aku rasa perkataanmu benar. Tuhan tak akan membiarkanku melewati kesulitan ini sendirian karena ia telah mengirimmu untuk membantuku." Ya, ia benar sekali. Namun tak harus membantu dalam hal ini juga. Aku merasa sangat bingung saat ini. Di satu sisi, aku ingin sekali menikah namun di sisi lain aku belum mengenal Seungyoun dengan sangat baik, di tambah lagi kehadiran Seungri dan segala rumor yang berkembang tentang kami. Aku ingin membantunya namun berbagai pihak pasti akan menentang keputusanku itu. "Aku tak menyangka masalahmu akan serumit ini." Ucapku yang langsung dijawab anggukan kepala oleh Seungyoun. "Lebih rumit dari yang kau pikirkan dan kau rasakan saat ini, maaf telah melibatkanmu." Ujarnya. Aku terdiam, berusaha mengumpulkan keberanian untuk  menanyakan hal yang sedari tadi menggangu pikiranku. "Kita bahkan tak saling kenal. Mengapa kau sangat mempercayaiku?" Ya, setelah mendengar perkataan Haneul tadi, mengenai Seungyoun yang menyusulkan ide pernikahan itu sendiri. Aku tak habis pikir dengan Seungyoun yang begitu mudahnya mengambil keputusan besar itu, karena pernikahan bukanlah sesuatu yang dapat di jadikan candaan atau apapun. "Karena kau berbeda dari gadis kebanyakan. Kau sangat baik dan hangat. Sudah sangat lama aku tak merasakan kenyamanan saat kau memelukku dan memperhatikanku." Ucapnya yang sukses memacu jantungku berdegup lebih cepat. Ia mengatakan itu dengan sangat jujur tanpa bermaksud menggodaku atau bahkan memberikan perkataan manis tanpa arti. Aku terdiam, merutuki diriku sendiri yang memeluknya saat itu. Jika aku tak memeluknya, mungkin semua kekacauan ini tak akan terjadi. Aku harus mengalihkan pembicaraan kami. "Bagaimana keadaan Seungri?" Tanyaku. Aku merasa tak enak dengan anak itu, ia harus merasakan pemderitaan karena ibu kandungnya tak ingin mengakuinya seperti ini. "Dia baik-baik saja dan sedang diasuh oleh ibuku." Ucap Seungyoun, menjadi satu satunya alasan untukku berpikir ulang mengenai perjanjian pernikahan itu. Aku begitu memikirkan tentang masa depan anak itu, aku ingin membantunya namun jika suatu saat nanti Seungri sudah besar dan mengetahui tentang perjanjian itu. Bukankah hal ini  akan sangat menyakitkan baginya? "Ia masih membutuhkan ASI eksklusif, bagaimana bisa Haneul menelantarkan anak kandungnya seperti ini?" Biar bagaimana pun, ia masih sangat kecil untuk ditinggalkan ibunya seperti ini. Sungguh menyedihkan anak itu harus bertahan hidup di saat banyak orang yang tak menginginkan kehadirannya. "Ia berjanji akan selalu memompa ASI-nya untuk Seungri." Jawab Seungyoun dapat sedikit melegakanku. Ia menoleh ke arahku sesaat ketika mengatakan itu. "Syukurlah." Ucapku. "Haneul sempat ingin menggugurkan Seungri, namun aku tahan dan berjanji akan menjaga anak itu sendirian tanpa sosoknya." Jujur Seungyoun mengenai Seungri. Membuatku semakin iba dengan Seungri, ya mungkin satu satunya yang Seungyoun butuhkan saat ini adalah pengakuan tentang kehadiran Seungri. "Aku mengerti sekarang, perjanjian itu seperti mengharuskanku mengakui semua rumor yang berkembang saat ini bukan?" Tanyaku lagi, memastikan bahwa semua yang aku tangkap dari perkataan para petinggi itu tidaklah salah. "Ne.." Seungyoun mengangguk pelan.. "Lalu bagaimana jika suatu saat semuanya terbongkar atau jika Seungri sudah dewasa lalu mengetahui aku bukan ibu kandungnya? Bukankah pernikahan yang kau usulkan ini akan memperburuk segalanya?" Tanyaku ingin mendapat kepastian lebih mengenai masalah yang mungkin terjadi kedepannya setelah kami benar-benar menikah. "Lebih baik ia dibesarkan olehmu ketimbang ia dibesarkan tanpa kasih sayang seorang ibu dan hujatan dari Knetz bukan??" Namun, Seungyoun malah memutar balikkan pertanyaan itu padaku. Ia benar, keberadaan Seungri saat ini memang sangat di pertanyakan oleh semua orang. Aku tak ingin anak sekecil Seungri mendapatkan cobaan hidup yang begitu berat seperti ini. "Kau benar," Gumamku. Seungyoun langsung menepikan mobilnya di sebuah gang yang cukup sepi. Ia mengubah duduknya agar sedikit menghadapku. Ia seperti ingin mengajakku berbicara serius saat ini, jadi aku juga menggeser dudukku agar menghadapnya. "Jadi, maukah kamu menikah denganku?" Tanya Seungyoun sukses membuatku terkejut untuk kesekian kalianya. Aku terdiam guna berpikir.. Ia meminta kepastian padaku, dengan meraih kedua tanganku. Jantungku semakin memacu kencang, tak pernah mendapatkan perlakuan seperti ini dari siapapun. "Aku tahu, pernikahan itu adalah hal yang sakral dan hanya terjadi satu kali dalam hidup kita. Namun, aku ingin mewujudkan semua momen indah itu bersamamu, terlepas dari kontrak kedua agensi tadi. Aku ingin melamarmu sebagai laki-laki sesungguhnya. Lelaki yang ingin menikahi gadis yang ia cintai." Seungyoun mengatakan itu dengan sangat tulus dan penuh kejujuran. Tuhan, bolehkah aku juga berkata jujur? Aku sepertinya mulai menaruh perhatian lebih padanya. Akankah aku merasakan kebahagian jika  menikah bersamanya? Salahkah aku jika mencobanya terlebih dahulu? "Aku ingin menikahimu secara resmi." ujar Seungyoun menambah kejutan bagiku. To Be Continued
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD