Prologue

587 Words
Rapat Umum Pemegang Saham PT. Jocom Jaya Abadi tidak kunjung menemukan kesepakatan. Para pemegang saham keberatan jika Nyonya Sofia Jocom melepas kursi CEO dan mengangkat Andromeda untuk menggantikan dirinya. "Apa jadinya perusahaan ini di tangan orang yang tidak memiliki penerus?" Albert Jocom kembali mengemukakan argumennya. Nyonya Sofia menatapnya penuh amarah. Jika bukan karena dia adalah adik kandung almarhum suaminya, maka mungkin sudah dari tadi Nyonya Sofia memerintahkan security untuk menyeretnya dari ruang meeting. "Apa maksudmu tidak memiliki penerus?" Nyonya Sofia bertanya sinis. Alfred Jocom, almarhum suaminya, adalah yang merintis usaha ini dari bawah. Adalah hal yang wajar jika Andromeda sebagai cucu satu-satunya menjadi yang paling berhak untuk memegang puncak tertinggi kepemimpinan perusahaan. "Kakak ipar, tolong jangan salah paham maksud perkataanku. Kita semua di sini keluarga. Kita tidak ingin perusahaan yang sudah dibangun dengan susah payah oleh kakakku jatuh ke tangan orang lain bukan?" Nyonya Sofia akan memasuki usia tujuh puluh tahun dua bulan lagi. Ia merasa sudah saatnya melepas kursi CEO dan meminta Andromeda menggantikan dirinya. Ia meratapi kembali nasib putra semata wayangnya, Heru, yang harus meninggal dalam sebuah kecelakaan mobil bersama istrinya. Keluarga ini diberkati dengan harta yang berlimpah tapi tidak dengan keturunan yang banyak. "Tentu saja perusahaan ini tidak akan jatuh ke tangan orang lain." Sahut Nyonya Sofia dengan nada rendah dan dalam. "Keberlangsungan perusahaan ini harus tetap terjaga, Kakak ipar." Albert kembali membuka suaranya. Ia adalah adik bungsu Alfred Jocom dan yang paling berambisi mengambil alih perusahaan. "Kita semua sangat menyesali kematian Heru, sehingga Kakak ipar, di usia yang sekarang harus kembali mengerjakan tugas-tugas CEO. Kalau sekarang akan menyerahkannya pada Andromeda, apa jaminan dua puluh tahun lagi, perusahaan ini masih dalam kendali? Atau kita ubah saja aturan tentang CEO harus berasal dari garis keturunan Alfred, karena tampaknya Andromeda tidak ingin menikah dan mempunyai keturunan." Peserta meeting saling berbisik satu sama lain setelah mendengar pendapat Albert. Sudah menjadi kesepakatan sejak awal perusahaan ini berdiri bahwa yang berhak memiliki saham mayoritas serta menduduki puncak kepemimpinan adalah garis keturunan langsung dari Alfred. Namun, sejak kematian Heru sepuluh tahun yang lalu, Nyonya Sofia mengambil alih kembali kursi CEO dan mempersiapkan Andromeda untuk menggantikan dirinya. "Kakak Ipar, aku pikir yang dikatakan oleh Albert tidak salah." Kali ini Alfa, adik kedua suaminya yang angkat bicara. "Apakah tidak sebaiknya kita mengganti saja bunyi aturan tentang garis keturunan itu? Sehingga jika toh Andromeda tidak memiliki keturunan kita masih bisa mempersiapkan anak-anak kita yang lain." "Apa maksudmu tidak memiliki keturunan?!" Nyonya Sofia berseru dengan nada yang tinggi sehingga seisi ruang meeting itu terkejut. Perusahaan ini dirintis susah payah oleh almarhum suaminya tanpa bantuan siapa pun. Nyonya Sofia masih mengingat jelas cemoohan saudara-saudara suaminya di masa lalu yang menganggap dia gila karena bermimpi mendirikan pusat perbelanjaan modern di tengah perkampungan. Saat satu swalayan berdiri, saudara-saudara yang lain mulai mencari muka dan mengajukan diri untuk bergabung. Saat jumlah pusat perbelanjaan milik Alfred sudah lebih banyak daripada jari tangan, dia memutuskan untuk membagi beberapa kepemilikan saham pada saudara-saudaranya. "Sudah kuputuskan, Andromeda akan menggantikan posisiku." Nyonya Sofia berkata dengan penuh keyakinan. "Tapi, Kakak ipar.... " Albert berusaha menyela. "Kau dan seisi ruangan ini tidak perlu khawatir." Nyonya Sofia lebih dulu bicara sebelum Albert meneruskan kalimatnya. "Sebentar lagi Andromeda akan menikah. Dia akan menikah sebelum ulang tahunku." Albert tampak terkejut dengan kalimat Nyonya Sofia. Ia terlihat tak senang. Bagaimana mungkin Andromeda menikah? Apakah dia sudah melamar gadis itu? Nyonya Sofia beranjak dari kursinya. "Aku rasa rapat hari ini sudah selesai." Wanita itu berjalan ke luar ruangan meninggalkan suara bisikan-bisikan gaduh peserta meeting yang belum juga beranjak dari sana.[]
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD