Propose

1164 Words
        Renata Wijaya berjalan dengan anggun memasuki restoran yang terletak di rooftop hotel bintang lima itu. V Neck dress merah marun yang dia kenakan berpadu sempurna dengan stiletto sepuluh sentimeter membuat bentuk tubuhnya terlihat seperti dewi-dewi dalam mitologi Yunani. Dia menuju ke salah satu meja dan langsung menangkap sosok pemuda dalam tuxedo biru yang tersenyum ke arahnya.             “Kamu booking seluruh restoran ini lagi?” Renata menghampiri kekasihnya itu.             “Tentu saja. Aku tidak akan membiarkan satu lalat pun mengganggu makan malam romatis kita.” Andromeda Jocom berdiri dan menyambut Renata, mencium pipinya dengan lembut. Setelah itu ia menarik kursi di hadapannya dan mempersilakan Renata untuk duduk.             “Aku lebih suka kita makan di tempat umum. Di sana banyak gadis-gadis yang mencuri pandang padamu.” sahut Renata.             Andromeda tertawa demi mendengar pernyataan Renata. “Tidak ada gadis lain yang bisa mengalihkan pandanganku dari wajahmu,” ujar Andromeda. Dia meraih gelas wine dan meminumnya seteguk.             “Aku tahu. Tapi aku sangat menikmati tatapan mengharap gadis-gadis itu padamu dan tatapan dingin mereka padaku.” Renata ikut meminum wine dari gelas di hadapannya. “Apa yang begitu penting sampai membuatmu mem-booking seluruh restroran ini hanya untuk kita?”             “Malam masih panjang, sweety. Kita makan dulu.” Andromeda melirik ke arah pelayan restoran yang stand by di sudut ruangan dan memberi kode untuk segera menghidangkan makanan utama.             “Aku sangat penasaran,” ujar Renata. “Apakah aku harus menanti hingga selesai makan malam?”             “Penantianmu akan terbayar dengan pantas, sweety,” balas Andromeda lalu tersenyum dengan hangat.             Tidak ada yang bisa dilakukan Renata selain membalas senyuman hangat itu. Senyuman Andromeda adalah hal yang paling Renata sukai di dunia ini. Andromeda sangat jarang tersenyum. Dia begitu dingin dan terkesan angkuh. Namun demikian tidak ada yang akan meragukan ketampanan pemuda itu. Butuh waktu setahun bagi Renata untuk bisa melihat senyuman Andromeda.             Renata memulangkan ingatannya pada malam di mana dia pertama kali diperkenalkan secara resmi kepada Andromeda. Siapa yang tidak kenal Andromeda? Dia bukan dari kalangan selebrtiti seperti Renata, dia juga tidak akan pernah mau menghadiri satu pun pesta atau acara sosial lainnya jika tidak ada kaitannya dengan perusahaan. Tapi reputasi Andromeda sangat dikenal oleh berbagai kalangan di seantero kota, mulai dari pebisnis hingga selebriti. Menjadi pewaris tunggal jaringan pusat perbelanjaan Jocom One Stop Shopping and Entertainment dengan bentuk wajah dan tubuh yang seolah dipahat sempurna oleh Tuhan, membuat Andromeda menjadi most wanted bachelor di seluruh wilayah ini.               Farida Jocom adalah orang yang paling banyak berkontribusi pada hubungan Renata dan Andromeda. Pada malam peresmian salah satu pusat perbelanjaan PT. Jocom Jaya Abadi, Farida memperkenalkan Renata pada keponakannya itu.             “Andro, ini Renata. Keponakan Om Vito.” Vito Wijaya adalah suami dari Farida Jocom. “Dia model papan atas. Gimana? Cantik kan?”             Renata ingat sekali bagaimana ketika itu Andromeda hanya meliriknya sekilas lalu kembali memusatkan perhatiannya pada MC yang sedang memandu acara. Renata sudah tahu banyak tentang Andromeda Jocom. Tidak ada satu pun wanita yang berhasil mendekatinya. seseorang seperti sudah meletakkan tembok Berlin di sekeliling pemuda itu. Menjadikannya dingin dan tak terjangkau.             Sementara bagi Andromeda, seluruh wanita sama saja. Apakah mereka masih akan mendekatinya dan berkerumun seperti lalat jika dia bukan pewaris tunggal dari PT. Jocom Jaya Abadi? Untuk itu dia memilih tidak terlibat hubungan apapun dengan wanita manapun. Dia lebih memilih menghabiskan energinya untuk bekerja dan memajukan perusahaan.             “Tenanglah, Renata,” bisik Farida saat melihat raut kecewa di wajah Renata. “Bibi akan membantumu mendapatkan Andromeda. Jika ada wanita yang harus dinikahi Andromeda, maka itu adalah kamu.”             Farida Jocom membuktikan ucapannya. Satu tahun setelah perkenalan pertama mereka, Andromeda mengajak Renata makan malam romantis dan meyatakan perasaannya pada gadis cantik itu. Renata seketika menjadi wanita paling bahagia di kota seluruh penjuru kota. Seluruh harian kota dan berita gosip menampilan wajah Andromeda yang tengah makan malam bersama Renata. Sejak saat itu seluruh wanita memandang Renata dengan perasaan iri berharap dapat menggantikan posisinya.             Hubungan mereka sudah berjalan hampir lima tahun. Renata mengikuti dengan baik pesan dari Farida Jocom tentang apa-apa yang harus dia lakukan demi memenangkan hatti Andromeda.             “Andromeda suka pada wanita yang gigih, mandiri, memiliki keinginan kuat dan pintar. Itu semua ada pada ibunya dan dia pasti akan mencari wanita seperti itu untuk mendampinginya.”             Setelah itu, kapan saja saat bersama Andromeda, Renata selalu berusaha tampil mandiri. Dia menyetir mobilnya sendiri, dia membawa barang belanjaanya sendiri, dia memasak sendiri. Bahkan sesekali dia memasak untuk Andromeda dan membawakan makanan itu ke kantornya. Hal itulah yang sedikit demi sedikit membuat Andromeda membuka hati pada Renata. Hal terakhir yang kemudian membuat Andromeda merasa yakin pada Renata adalah ketika gadis itu mengutarakan niatnya untuk melanjutkan sekolah magister di bidang komunikasi. Andromeda sangat mendukung keinginan Renata tersebut, namun hingga saat ini Renata tidak juga merealisasikan apa yang awalnya menjadi keinginannya itu.             “Cappelletti di Agnello con Crema di Parmigiano eTartufo, menu istimewa malam ini.” Seorang chef   menghampiri meja dan mulai menyajikan hidangan makan malam. Cioccolato Albicocche eMenta untuk penutup. Tuan Andromeda tidak memesan hidangan pembuka.”             “Kami harus langsung ke makanan inti karena ada hal penting yang akan dibicarakan setelah ini.” Andromeda tersenyum ke arah Renata.             “Baiklah kalau begitu,” sahut chef itu dengan sopan. “Silakan dinikmati Tuan dan Nyonya, saya permisi.”             Saat chef menghilang di balik pintu, Andromeda kembali membuka suara. “Jadi kamu akan mendaftar magister bulan ini?”             Demi mendengar pertanyaan Andromeda, Renata nyaris tersedak makanannya sendiri. Dia segera merih gelas di sampingnya dan menanggak red wine itu hingga tandas.             “Kamu tidak apa-apa?” Andromeda tampak panik.             “Tidak apa-apa, Sayang.” ujar Renata. “Aku ada fashion show  di London beberapa bulan ke depan. Aku khawatir jika daftar magister tahun ini, maka aku tidak akan bisa membagi waktu.”             Andromeda hanya mengangguk dan mencoba mengerti alasan Renata. Hal yang membuatnya jatuh cinta pada Renata adalah selain cantik, dia juga memiliki keinginan yang kuat. Andromeda takjub saat Renata menyampaikan ingin melanjutkan kuliah magister. Saat itu Renata mengatakan tidak ingin menjadi model selamanya. Dia ingin membangun dan menjalankan bisnisnya sendiri. Stereotype gadis cantik tidak memiliki otak jelas bukan ditujukan untuk Renata.             “Sudah selesai makannya?” tanya Andromeda. Dia mengambil serbet dan mengusapkannya lembut ke bibir Renata. “Kamu tidak sabar mencicipi dessert ini?”             Renata menggeleng. “Aku tidak sabar menantikan apa yang akan kamu sampaikan padaku.”             Andromeda terdiam cukup lama memandangi wajah Renata. Dia kemudian meraih jemari Renata dengan tangan kanannya, sementara tangan kirinnya merogoh sesuatu dari balik tuxedo. Renata nyaris menjerit saat Andromeda mengeluarkan kotak beludru kecil dan memperlihatkan isinya. Sebuah cincin dengan berlian satu mata yang besar dan sangat berkilau.             “Renata Wijaya, will you marry me?”             Gadis dua puluh tujuh tahun itu mengangguk dengan wajah tak percaya namun sekaligus tampak sangat bahagia. “Yes…Yes…!”             Andromeda kembali melemparkan senyum hangatnya lalu mengeluarkan cincin itu untuk di pasangkan ke jari manis Renata. “Menikahlah denganku dan berikan aku anak yang banyak.”             Seketika itu juga senyum bahagia sirna dari wajah Renata. Refleks dia menarik tangannya dari genggaman Andromeda, membuat pemuda itu mengernyitkan kening dan berbalik memandang Renata dengan tatapan dingin. []
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD