Ultimatum

789 Words
            Nyonya Sofia sedang menikmati secangkir teh chamomile di ruang tengah saat melihat Andromeda berjalan melaluinya.             “Dalam beberapa hari ke depan aku akan mengadakan konfrensi pers untuk mengumumkan pemindahan jabatan CEO.” Langkah Andromeda terhenti saat mendengar suara Nyonya Sofia. Setelah kematian kedua orangtuanya, dia hanya tinggal bersama neneknya itu di rumah mereka. “Sebaiknya saat itu kamu membawa calon istrimu.”             Andromeda memutuskan untuk menghampiri dan duduk menemani Nyonya Sofia di sofa alih-alih berjalan ke kamarnya untuk beristirahat. Dia baru pulang dari  kantor dan double breasted yang masih dia kenakan terasa gerah di badannya. “Oma tidak perlu khawatir.” Andromeda meraih tangan Nyonya Sofia dan mencium punggung tangannya yang keriput.             “Aku tidak ingin melanggar apa yang telah menjadi pesan Opa-mu, Andro. Kamu tahu kan? Opa tidak ingin orang lain selain anak keturunannya sendiri yang memimpin perusahaan ini. Kamu satu-satunya harapan. Oma sudah mempersiapkanmu sejak kematian ayahmu.”             Andromeda hanya tersenyum dan memandang Oma-nya dengan tatapan yang hangat. Satu-satunya orang di dunia ini yang dia perlakukan dengan sangat hormat dan tak ingin dia sakiti adalah wanita ini.             “Oma tahu ini konyol, Andro. Tapi paman-paman kamu di perusahaan seolah merencanakan untuk menyingkirkan kamu.” Andromeda mengerti yang dibicarakan oleh Nyonya Sofia adalah kehebohan di meeting pemegang saham beberapa minggu yang lalu. Meeting yang hanya dihadiri oleh para senior di keluarga besar Jocom. Apa yang terjadi di sana menyebar cepat seperti jamur di musim penghujan. Setelah kejadian itu semua orang yang bertemu dengan Andro seolah meragukan apakah kelak pemuda inikah yang akan memangku jabatan CEO Jocom grup.             “Aku bilang Oma tidak perlu khawatir. Aku akan menuruti semua yang Oma inginkan.” Masih menggenggam jemari Nyonya Sofia, Andromeda berusaha meyakinkan wanita itu.             “Aku tahu kamu tidak akan mengecewakanku, Andro.”             “Tentu saja.” Andromeda mengecup sekali lagi punggung tangan Nyonya Sofia dan dibalas oleh wanita itu dengan membelai kepala Andromeda, cucu satu-satunya.             “Kalau begitu aku mau mandi dan beristirahat.” Andromeda beranjak dari sofa. “Oma juga sebaiknya beristirahat. Ini sudah malam.             “Aku bilang pernikahanmu akan dilangsungkan sebelum ulang tahunku yang ke tujuh puluh. Kamu tahu itu kan, Andro?” Andromeda sudah berbalik namun langkahnya kembali terhenti saat mendengar suara neneknya.             Janji Nyonya Sofia pada para pemegang saham untuk menggelar pernikahan Andromeda sebelum ulang tahunnya yang ke tujuh puluh juga sudah sampai di telinga Andromeda, namun mendengarnya langsung dari Nyonya Sofia tetap membuatnya terkejut.             “Jangan khawatir, Oma.” Andromeda menjawab tanpa berbalik ke arah wanita itu. Dia kemudian melanjutkan langkahnya untuk menuju ke kamar.             Andromeda melemparkan jas dan dasinya ke lantai. Konfrensi pers untuk mengumumkan pengalihan jabatan CEO akan dilangsungkan minggu depan, sementara ulang tahun Oma-nya kurang dari dua bulan lagi. Setelah mengalami penolakan dari Renata, Andromeda dibuat pusing tentang siapa gadis yang akan dia bawa dan kenalkan pada seluruh pemegang saham sebagai calon istrinya.             “Anak?” Andromeda masih mengingat jelas bagaimana ekspresi terkejut Renata saat dia melamar gadis itu. “Aku…aku sama sekali belum memikirkan anak, Sayang. Tentu saja aku mau menjadi istrimu? Siapa yang tidak mau? Tapi anak, bukankah itu terlalu cepat? Kita masih muda, Sayang. Aku masih ingin berkarir di dunia modelling.”             Saat itu Andromeda urung memakaikan cincin berlian yang telah dia persiapkan ke jari Renata. Yang ada di pikiran Andromeda saat itu hanyalah segera menikah dan memiliki anak seperti yang diharapkan Nyonya Sofia dan para pemegang saham untuk menjamin keberlangsungan perusahaan. Jika Renata tidak mau memberikannya, maka Andromeda tidak akan memaksa. Dia tidak akan memaksakan pernikahan dengan Renata.             “Sial!” Andromeda meninju dinding kamar mandi dengan keras. Buku jarinya lecet namun ia tidak tampak kesakitan.             Andromeda sependapat dengan Nyonya Sofia bahwa hal yang dikhawatirkan oleh para pemegang saham tidak lain adalah kekonyolan semata. Konyol sekali menganggap bahwa Andromeda tidak berhak mengambil alih jabatan CEO hanya karena dia belum memiliki keturunan. Selama ini dia mengabdikan dua puluh empat jam hidupnya untuk perusahaan. Sebagai direktur utama termuda yang pernah ada, Andromeda telah membuat laba perusahaan tumbuh dua kali lipat dalam lima tahun. Apakah mereka tidak melihat itu semua dan justru malah mempermasalahkan kehidupan pribadinya?  Pernikahan ada di urutan paling bawah dalam daftar prioritas hidup Andromeda. Dia sama sekali tak menyangka, sesuatu yang ada di urutan paling bawah itu tiba-tiba naik ke puncak prioritas dan harus dilakukan dengan segera.             Andromeda menyalakan keran shower dan tetesan air dingin jatuh membasahi rambut serta tubuhnya. Jika pernikahanlah yang dapat membuat Nyonya Sofia tenang dan tidak pusing lagi memikirkan dirinya, maka itulah yang akan dia lakukan. Jika pernikahanlah yang akan membuat Nyonya Sofia dapat beristirahat di rumah tanpa sibuk memikirkan perusahaan, maka itulah yang akan Andromeda lakukan. Jika memiliki anak adalah solusi dari semua masalah ini, maka itulah yang akan dia berikan. Dengan Renata atau wanita lainnya, dia tampaknya tidak begitu peduli. []
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD