part7, akad nikah,

691 Words
Penganten wanita tampil cantik di hiasi cadar yang menutupi wajahnya,  Meski sesungguhnya dia tidaklah memakai cadar, tapi saat akad nikah dia dengan terpaksa memakai cadar, karna dia tidak mau orang lain tau siapa yang menikah dengan suami dari kakanya itu, Dia tidak mau jika orang lain menghina fisik kakanya, apa lagi dengan suami dari kakanya sendiri menikah lagi dengan, adik kandung dari sang istri, sudah di pastikan pasti kakanya akan terhina karena sampai saat ini masi belom bisa memberikan keturunan untuk suaminya, Juga dia tidak mau jika orang lain tau kalo dia adik kandung dari kakanya sendiri, menikah dengan suami dari kakanya? Nanti pasti dia juga yang akan di rendahkan harga dirinya, karena mau untuk menjadi madu, dan adalah perebut suami kakanya sendiri, meskipun tuduhan mereka tidaklah benar, karna sesungguhnya dia pun terpaksa di posisi seperti ini, Akad nikah pun di laksanakan tepat pukul 01:00 siang Seorang lelaki menjabak tangan sang penghulu sambil mengucapkan kalimat sakral itu, "Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau saudara ananda, Muhammad Azam syakala Al Farizji bin Muhammad husen syakala al farizji dengan anak saya yang bernama Arini apriliani dengan mas kawin berupa mahar, seperangkat alat sholat dan kitab suci Al Qur'an tunai" "Saya terima nikahnya dan kawinya Arini apriliani bin alm Rion Alexander dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan kitab suci Al Qur'an Di bayar tunai" "Sah... "Sah..... Ucapan sah di saksikan semua keluarga ustadz Azam, sementara sang istri Aruna saat mendengar sang suami yang di cintainya mengucapkan kalimat sakral itu di hadapan pamanya serta di hadapkan Allah, kini dia pun tak kuasa menahan air matanya, dia pun menangis meskipun yang menjadi adik madunya adalah adiknya sendiri, tapi rasa hatinya sungguh tidak bisa di bohongi rasanya sakit, "Allah kuatkanlah hati aku ini, akan semua ujianmu, tabahkanlah hatiku ikhlaskan lah hatiku ini, untuk berbagi suami dengan adikku sendiri" Ucap hati Aruna sambil menghapus air matanya, Sementara seorang gadis yang baru 17 tahun ini, pun menangis bukan dia bahagia tapi dia bersedih, karena telah menjadi orang ketiga di dalam baterai rumah tangga Kaka kandungnya sendiri, Menghancurkan istana yang kakanya bina selama ini, 5 tahun bukanlah waktu yang sebentar, setelah papanya meninggal gadis ini, kini di besarkan oleh kakanya, dan menikah di walikan oleh pamanya Arini dan Aruna, papanya sudah lama meninggal dan pamannyalah yang menjadi wali nikah adiknya, pamanya sudah menganggap Arini dan Aruna seperti anak kandung sendiri, meskipun jarang bertemu karena perbedaan kota, yang memisahkan mereka, "Ya Allah kuatkanlah hati kakaku saat ini, dan ya Allah aku ikhlas menjalankan takdirmu ini, jika memang ini yang terbaik untukku aku akan mencoba menerimanya, meskipun hati ini menolaknya, tapi saat mas Azam suami dari kakaku mengucapkan, kalimat sakral itu di depanmu, aku sudah berjangji akan menerimanya dan mulai mencintainya" Ucap hati Arini sambil meneteskan air mata, Kemudian di pasangkan lah cincin kawin, meskipun di dalam ijab kabul tidak meminta mahar emas, tetapi adat sekarang itu harus ada cincin kawin,  Kemudian di berikanlah kitab Al Qur'an kepada Arini, yang baru saja sah menjadi istrinya beberapah menit yang lalu  "Alhamdulillah ya Allah akhirnya, Azam anakku mau mengabulkan permintaanku ini, maafkan umi Aruna umi tau hatimu pasti sakit, menyaksikan semua ini, bukan karena umi egois jika saja papa umi tidak sakit, dan sangat menginginkan untuk melihat cicinya umi pun, tidak akan seperti ini, kake Azam lebih tepatnya papa umi, yang umi sayangi manalah mungkin umi menolaknya Aruna, umi sejujurnya juga sangat menginginkan seorang cucu, tetapi umi pertahankan agar tidak memaksamu, tetapi saat ini keadaan yang memaksa sayang maafkan umi" Tutur kata sang umi, meminta maaf kepada Aruna sang menantu, dan menghapus air mata Aruna, Aruna pun tersenyum dan menjawab, "Aruna sudah memaafkan umi, di sini bukan umi ataupun kake yang salah, tapi ini sudah takdir yang Allah berikan kepada Aruna dan mas Azam serta Arini, untuk menyatukan persaudaraan, insyah Allah Aruna ikhlas menerimanya umi" Ucap Aruna sambil memeluk sang umi, umi yang sudah di angganya sebagai ibu kandungnya sendiri, Bersambung...... Tidak ada seorang istri yang tidak sakit hati, bilah mana melihat dengan jelas di depan matanya sendiri, saat suaminya mengucapkan ijab Kabul di hadapannya serta di hadapan Allah, tetapi Aruna sudah ikhlas menerimanya, ???????? Author nulis sambil nangis 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD