Bab 3

1066 Words
Melihat Berto menoleh ke sumber suara dan menatap seorang wanita yang tergesa - gesa menghampiri anak di depannya. Ia takut kalau gadis itu melakukan sebuah kesalahan yang berujung sangat fatal. "Sudah aku bilang. Jangan berkeliaran sendirian," ucap Wanita itu. "Maafkan Varizen, Bu," ucap Varizen sambil menunduk. Varizen tahu kalau salah. Makanya minta maaf kepada ibunya. Ada rasa tidak suka melihat wanita yang telah berteriak kasar kepada anak yang bernama Varizen itu. Kalau tidak ada Varizen, pasti Berto akan membungkam mulut wanita itu selamanya. Berto melihat interaksi antara anak dan ibu itu. Ia menatap dengan penuh selidik. Terbesit idenya untuk menikahi wanita itu. Dengan cara menikahi wanita itu, Berto pasti bisa memiliki anak yang telah membuat jantungnya berdetak tak karuan. "Maafkan putri saya, Tuan," ucapnya malu-malu. Berto menatapnya dengan tersenyum. Ia mengulurkan tangannya. "Berto." Wanita itu kaget dan gugup, "Felisia." "Kau sendirian. Dimana suamimu?" tanya Berto. Felisia menatap Berto dengan penuh selidik. Ia tahu kalau lelaki di depannya sangat kaya. Pasti bisa menunjang kehidupannya. "Aku tak punya suami," jawab Felisia tanpa ragu-ragu. Kesempatanku Berto tersenyum, "Wanita cantik sepertimu seharusnya ada pendamping hidupnya." Felisia hanya diam saja dan menunduk. Sedangkan Varizen menatap mereka berdua. Anak itu tahu kalau Felisia butuh privasi. Akhirnya, ia memutuskan untuk bermain air. "Bu, Varizen main air!" teriak Varizen. Felisia menoleh dan tersenyum, "Jangan sampai basah." Felisia melirik jam yang ada di tangannya. Ia harus menjemput Jonathan di sekolah depan taman. Sesekali, ia melirik Varizen yang tengah asik bermain air. "Tuan, saya ingin pamit," ucap Felisia. Pasti dia akan membawa anak itu pergi. "Kenapa terburu-buru?" tanya Berto lembut. "Saya akan menjemput kakak Varizen," jawabnya dengan malu-malu. Berto menatap Felisia dan tersenyum, "Begini saja, aku akan menjaga putrimu. Jemputlah putramu dan datang kemari lagi setelah selesai." Felisia sangat senang mendengar hal itu. Ini yang diharapkannya menitipkan Varizen yang tengah bermain ke asikan dengan air. Sepertinya, Berto adalah lelaki baik. "Saya percaya pada Tuan," ucap Felisia dan pergi. Berto langsung menuju di mana Varizen berada. Ia mendekati gadis cilik itu. "Kau tidak takut basah?" tanyanya dengan lembut. Varizen menggeleng, "Aku akan berjemur kalau basah." Berto senang karena ucapnya di tanggapi oleh Varizen. "Apakah main air sangat menyenangkan?" Varizen menoleh dan tersenyum, "Tentu saja." Varizen mengibaskan tangan dan tanpa sengaja mengenai Berto. "Maafkan Varizen, Paman," ucap Varizen merasa bersalah. Berto hanya diam saja dan duduk jongkok di hadapan Varizen. Ia kemudian memegang bahu Varizen dan menatapnya. "Kenapa Paman menatap Variz?" tanya Varizen polos dan mengusap percikan air yang terkena wajah Berto. Jantung Berto semakin berteriak meronta ingin keluar dari sarangnya. Ia tak pernah merasakan hal ini pada wanita manapun. Tak diragukan lagi, bahwa Berto menyukai Varizen. Tak akan kubiarkan kau menjadi milik orang lain. Nanti setelah aku menceraikan ibumu. Kupastikan kau akan menikah denganku. Varizen menatap heran kepada Berto. Seperti ada sesuatu yang disembunyikan oleh lelaki itu. Pandangan mata gadis kecil itu mentajam penuh selidik. Sampai akhirnya, Felisia berteriak, "Jangan tidak sopan, Varizen!" Varizen menoleh dan mendapati Felisia yang tengah murka. Jonathan yang ada di samping Felisia tersenyum devil. Gadis cilik itu langsung mundur dan menjaga jarak dengan Berto. "Maafkan aku, Paman." Shit!!! Berto sangat kesal melihat Varizen yang seperti itu. Ini semua karena Felisia. Dengan langkah cepat, Felisia menghampiri Berto dan Varizen. "Kami akan pulang, Tuan. Terimakasih sudah menemani putriku. Maafkanlah dia jika tadi berbuat kurang ajar," ucap Felisia mencari muka. Berto menetralkan emosinya sambil mengepal erat tangannya. "Tidak apa - apa. Dia hanya anak kecil. Ini nomorku. Hubungi diriku jika ku membutuhkan bantuan. Dengan perasaan senang, Felisia menerima kartu itu. Ia sangat bahagia bisa mengenal Berto. Kita akan bertemu lagi, sayang, batin Berto sambil tersenyum pergi meninggalkan mereka bertiga. Setelah pertemuan itu, Berto selalu menyempatkan diri untuk berkunjung ke rumah Felisia. Ia mencari alasan agar bisa bertemu dengan Varizen. Beberapa bulan kemudian Felisia dan Berto menikah. Usaha dan rencananya telah berhasil. Ia sangat senang bisa melihat Varizen setiap hari. Bahkan, rasa cintanya semakin menggila seiring berjalannya waktu. (Flashback End) Sonara menghela nafas kasar. Berto memang aneh, karena mencintai gadis berusia 10 tahun. Ia tidak habis fikir, kenapa Berto sangat mencintai Varizen? Apa keistimewaan Varizen? Hal itu hanya bisa dijawab oleh Berto. Sonara memapah Berto menuju kamarnya. Ia kesusahan membawa Berto yang tengah mabuk itu. Tanpa sengaja, Wanita itu berpapasan dengan Jonathan. Pikirannya melayang agar tugasnya terselesaikan dengan mudah. Ia pun berinisiatif meminta bantuan pada pria itu. "Tuan Jo sudah pulang. Tolong, bantu saya memapah Tuan Berto ke kamarnya," pinta Sonara. Jonathan hanya diam dan meninggalkan Sonara begitu saja. Ia malas kalau harus menyentuh ayah tirinya itu. Lagi pula, kalau dia mabuk juga bukan urusannya. kenapa harus repot? Menyebalkan, kenapa Tuan Jo bersikap seperti itu? Tidak ada pilihan lain untuk Sonara. Ia harus membawa Berto sendirian ke dalam kamar. Felisia melihatnya dari kejauhan. Ia langsung datang dan membantu Sonara. "Kenapa dia mabuk lagi?" tanya Felisia. Sonara bingung menjawabnya. Ia akhirnya memilih berkata dusta. "Tuan sedang kesal karena ada anak buahnya berkhianat." Felisia mendengus kesal. "Hanya karena itu saja. Dia sampai mabuk. Cepat kita bawa ke ranjang. Aku sangat lelah." Mereka berdua memapah Berto dan menaruhnya pelan di ranjang. Sonara keluar dan bergegas pergi. "Kalau kau tidak kaya. Aku tidak mau menikah denganmu. Setelah hartamu habis. Aku akan meninggalkanmu," gumam Felisia. Felisia langsung berdiri meninggalkan Berto sendirian. Ia menuju Balkon untuk melihat bintang. Hari ini, ia sudah melihat hasil kinerja anak buahnya dalam mengenai harta Berto. "Kurang sedikit lagi," gumam Felisia. Setelah ini, ia akan hidup bebas dan tidak terhina lagi. Lagi pula, Berto selalu bersikap dingin padanya. Bahkan juga menyiksa Varizen. Untung saja, Felisia meminta Varizen untuk selalu bersabar dan bertahan dalam menghadapi kekejaman Berto. Selama tinggal di rumah Berto, Felisia tak pernah di kasari. Namun, berbeda dengan Varizen. Terkadang ia bingung, kenapa Berto bersikap demikian? Tidak mungkin karena cemburu. Lagi pula, sudah ada dirinya. Mana mungkin Berto menyukai gadis tak berpengalaman. Terbukti bahwa dirinya yang sangat di cintai oleh Berto. Sebab, Berto selalu berinisiatif mencumbuinya. Servis ranjangnya sangat mengesankan. Tak tanggung-tanggung Felisia meminta beberapa ronde lagi. "Sial… mengingatnya saja membuatku b*******h. Berto memang perkasa. Tapi, aku tidak mencintainya," gumam Felisia sambil menggigit jarinya. Felisia pergi meninggalkan Berto yang tengah tidak sadarkan diri. Ia akan melihat kondisi Varizen. Sebagai seorang ibu, tentunya melihat anaknya terluka akan sakit. Namun, ia juga harus berjalan di atas duri agar bisa mendapatkan hadiah yang setimpal. Dari jauh, ada seseorang yang mengikuti Felisia yang berjalan menuju kamar Varizen. Ia bersandar di samping tembok dekat pintu untuk mendengar percakapan mereka. BERSAMBUNG
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD