Langit sore itu terlihat seperti lukisan, pucat, redup, dan tak pasti, sama seperti hati Nayla Ardelia yang berdiri di depan gerbang kampus, menatap langkah kaki mahasiswa yang lalu lalang!
Hari ini, seharusnya biasa aja, tapi kehadiran Rayhan Dirgantara sahabat masa kecilnya yang tiba-tiba pindah ke kampus yang sama, merubah segalanya!
Nay?
Suara itu lembut, dalam, dan terlalu familiar!
Nayla berbalik pelan, matanya langsung membesar... Rayhan!
Pria itu tersenyum membawa aroma nostalgia... Akhirnya ketemu lagi setelah enam tahun!
Sebelum Nayla sempat membalas, Alya sahabat sekaligus roommate nya, datang dengan ekspresi setengah kaget!
Eh, siapa nih? Wah, cakep juga!
Rayhan teman lama, jawab Nayla singkat, tapi matanya tetep menatap pria di hadapannya itu, seolah tak percaya!
Di sudut lain, dari lantai dua gedung arsitektur, Elvano Mahesa? melihat semuanya, mata tajamnya memperhatikan Nayla dan pria asing itu, wajahnya tetap dingin, tapi jemarinya menggenggam pagar balkon erat!
Kayaknya bakalan seru semester ini komentar Dion, teman sekelas Elvano sambil nyengir!
Elvano hanya diam, tapi pikirannya sudah kacau, Nayla... Gadis yang sejak awal mencuri perhatiannya, sekarang dia tersenyum pada pria lain!
Malamnya, di kamar asrama, Nayla duduk termenung!
Lo ngelamunin si Rayhan? tanya Ayla sambil menyikat gigi!
Aku cuma kaget dia muncul lagi, waktu itu dia pergi tanpa kabar!
Dan sekarang dia muncul, pas kamu lagi deket sama Elvano, jawab Ayla!
Nayla tak menjawab, bahkan dia sendiri belum yakin apa yang sebenarnya dia rasakan untuk Elvano!
Disisi lain, Rayhan duduk di sebuah kafe, menatap foto masa kecilnya, bersama Nayla!
Gue, akan mulai dari awal lagi, Nay? gumamnya, kali ini gue nggk akan pergi lagi!
Tapi tak jauh dari situ, Tasya? mantan pacar Elvano, mendengar percakapan Dion dan Nino tentang Nayla!
Hm, Nayla ya? bisiknya, kita lihat sampai kapan kamu bisa bertahan, deket sama Elvano!
Dan di antara semua itu, Bu Riana? ibu Nayla, sedang membuka sebuah kotak tua, berisi surat-surat lama dari Rayhan, surat yang tak pernah ia berikan pada putrinya!
Maaf kan, mama Nayla!
Tangannya bergetar saat membalik halaman demi halaman tulisan tangan Rayhan yang penuh kerinduan, beberapa surat sudah menguning, sebagian bahkan mulai rapuh!
Untuk Nayla, maaf aku harus pergi tanpa pamit, tapi aku janji suatu saat nanti aku akan kembali... dengan perasaan yang masih sama!
Air mata Bu Riana menetes membasahi ujung surat, di dalam hatinya ada penyesalan yang selama ini ia simpan sendiri!
Aku hanya ingin melindungimu, Nak.. aku pikir dia bukan pilihan yang tepat saat itu!
Namun sekarang, anak laki-laki yang dulu dianggap tak cukup, kembali dengan keyakinan yang lebih kuat!
Perlahan, ia menutup kotak tua itu, dan menarik napas panjang, mungkin sudah waktunya Nayla tahu segalanya!
Di luar jendela, angin luar bertiup pelan, seolah membawa pesan dari masa lalu yang belum selesai!
DAN TANPA DISADARI, PERJALANAN CINTA NAYLA, BARU SAJA DI MULAI!
Malam itu terasa lebih sunyi dari biasanya, Nayla duduk di depan cermin kamarnya, mengamati wajahnya sendiri, mencari sesuatu yang hilang__mungkin dirinya sendiri, sejak Elvano muncul kembali, dunia Nayla tidak pernah sama, hatinya yang dulu tenang bersama Rayhan kini bimbang, diseret oleh kenangan masa lalu yang belum tuntas!
Sementara itu, Rayhan yang selama ini menemani Nayla dalam suka dan duka, mulai merasakan perubahan, senyuman Nayla tak lagi sama, tatapannya sering kosong, dan sentuhannya terasa jauh, ia tahu? kehadiran Elvano membawa badai baru dalam hubungan mereka, tapi Rayhan memilih diam, menunggu Nayla bicara jujur, berharap hatinya tetap menjadi tempat pulang bagi gadis itu!
Di tempat lain, Elvano memandangi langit dari balkon apartemennya, di tangannya, sebuah liontin kecil bergambar Nayla, apa kamu masih ingat janji kita dulu, Nay? bisiknya lirih, dulu, ia dan Nayla adalah segalanya satu sama lain, hingga waktu dan jarak memisahkan mereka, kini, ia kembali bukan hanya untuk menepati janji, tapi juga untuk menaklukkan masa lalu yang belum usai!
Keesokan harinya di kampus, Nayla bertemu Rayhan di perpustakaan, mereka duduk bersebelahan, tapi tak ada percakapan seperti biasa, suasana tegang penuh tanda tanya!
Kamu kelihatan capek... kata Rayhan akhirnya!
Nayla mengangguk pelan, aku cuma banyak pikiran!
Rayhan menarik napas panjang, tentang dia!
Nayla menatap mata Rayhan, dalam keheningan itu ada ribuan kata yang ingin ucapkan, tapi tertahan, aku nggk tahu harus gimana, Han? aku sayang kamu, tapi saat aku lihat Elvano... semua kenangan itu balik lagi, aku benci diriku karena merasa seperti ini!
Rayhan tersenyum getir, aku nggk akan maksa kamu buat milih sekarang, tapi... aku harap kamu tahu, aku disini bukan cuma nunggu kamu... tapi juga jaga kamu!
Nayla menunduk, hatinya semakin kacau, disaat bersamaan, Elvano berjalan melewati koridor dan melihat Nayla bersama Rayhan, ada rasa yang mencubit hatinya, tapi ia tetap melangkah, membawa satu tekad, ia tidak akan menyerah!
Di malam yang sama, Bu Riana... kembali membuka kotak surat, kali ini ia menemukan sebuah foto lama, Nayla kecil bersama Elvano kecil, ia tak menyangka, anak yang dulu sering bermain di rumah mereka kini menjadi pria yang merebut hati putrinya kembali!
Mungkin dulu aku salah... mungkin Elvano tak seburuk yang ku pikir, tapi kini semuanya sudah terlalu rumit, gumamnya!
Beberapa hari kemudian, Nayla menghilang dari media sosial, ia memutuskan untuk pergi sendiri ke sebuah villa kecil di pegunungan, tempat dimana ia dan Elvano dulu pernah menghabiskan waktu saat kecil, ia butuh waktu untuk berpikir untuk tahu apa yang sebenarnya ia inginkan!
Namun tanpa ia duga, baik Rayhan maupun Elvano mengetahui kepergiannya, dan mereka menyusul dalam waktu yang berbeda, dua pria itu muncul di tempat yang sama!
Kamu disini juga, tanya Rayhan... kaget saat melihat Elvano!
Aku tahu, tempat ini penting buat Nayla, aku cuma mau tahu dia baik-baik saja!
Keduanya berhadapan, tak ada kemarahan, hanya tekad masing-masing!
Beberapa menit kemudian, Nayla keluar dari rumah villa, terkejut melihat keduanya disana, hatinya berdetak cepat!
Kenapa kalian disini?
Karena kamu penting, jawab mereka hampir bersamaan!
Dan malam itu, di bawah langit berbintang, ketiganya duduk di depan perapian kecil, tidak ada jawaban, tidak ada keputusan, hanya keheningan yang mendalam, seolah semesta memberi waktu bagi mereka, untuk merangkai ulang benang cinta yang kusut!
Dan mungkin, dari tempat inilah... babak baru akan di mulai!
Api unggun memantulkan cahaya hangat ke wajah mereka, menciptakan bayangan samar di balik tatapan yang kosong namun penuh makna, Nayla menggenggam jaketnya erat-erat, berusaha menahan dingin yang menyusup hingga ke relung hati, di satu sisi... Elvano duduk memandangi nyala api, seolah mencari jawaban dalam tarian api yang menari bebas, sementara Rayhan... duduk sedikit berjauhan, sesekali melirik Nayla dengan tatapan yang tak bisa ia artikan sendiri___antara ingin mendekat, atau justru menjauh!
Kadang, Nayla memecah keheningan, suaranya nyaris tertelan angin malam, kita terlalu sibuk mempertahankan siapa yang harus kita miliki, sampai lupa bertanya... apakah cinta itu memang layak dimiliki!
Elvano menoleh pelan, bibirnya tertutup rapat, Rayhan menunduk, menggenggam kerikil kecil dan melemparkannya ke dalam api, menciptakan letupan kecil yang cepat padam!
Cinta memang bukan tentang memiliki... Elvano akhirnya angkat bicara, tapi juga bukan berarti membiarkan orang yang kita cintai pergi tanpa berjuang!
Rayhan mengangguk pelan, tapi kalau berjuang justru menyakiti... apakah itu masih bisa di sebut cinta!
Sunyi kembali mengisi udara diantara mereka, tapi kali ini bukan sunyi yang menyesakan, lebih seperti jeda, ruang untuk menyusun kembali kata-kata yang tercecer!
Nayla memandang langit, aku nggk mau jadi alasan kalian saling menyakiti, aku nggk ingin cinta ini jadi beban, tapi aku juga bisa pura-pura... karena kalian berdua ada di hatiku!
Elvano menoleh padanya, sorot matanya lembut namun dalam, kita tahu, Nayla... kita tahu... dan itu yang membuat semua ini lebih rumit!
Rayhan berdiri perlahan, mungkin kita harus berhenti mencoba mencari siapa yang paling layak mendapatkan cinta Nayla... dan mulai bertanya, apa yang sebenarnya Nayla butuhkan!
Ucapan itu membuat Nayla terdiam, ia merasa terpapar, seolah isi hatinya terbaca jelas, ia tidak pernah ingin memilih, bukan karena ia ingin memiliki keduanya, tapi karena ia takut kehilangan keduanya, ia takut keputusannya akan menghancurkan salah satu hati yang ia jaga sepenuh jiwa!
Langit malam makin pekat, hanya nyala api yang setia menemani, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki dari kejauhan, seorang perempuan dewasa, BU RIANA, ibu Nayla, muncul membawa selimut tambahan dan secangkir teh hangat!
Sudah malam, jangan biarkan hati kalian beku oleh kebingungan, ucapnya lembut sambil memberikan selimut kepada Nayla!
Nayla tersenyum lemah.... terimakasih, Ma!
Bu Riana, duduk di samping putrinya, menatap kedua laki-laki muda di hadapannya, aku tahu kalian mencintai Nayla dengan cara kalian masing-masing, tapi jangan lupa... Nayla juga harus belajar mencintai dirinya sendiri dulu!
Kata-kata itu menancap seperti panah, lembut di d**a Nayla, mungkin selama ini, ia terlalu sibuk menjadi penengah pelindung, dan menjaga perasaan dua orang yang ia cintai, hingga ia lupa bertanya... bagaimana dengan dirinya sendiri!
Malam terus berlanjut, Elvano dan Rayhan akhirnya berpamitan, berjalan pelan meninggalkan area perapian... tinggallah Nayla dan sang ibu!
Ma... Nayla berbisik, menatap api yang hampir padam, kalau mama jadi aku, apa mama akan memilih salah satu!
Bu Riana tersenyum, lalu mengecup kening anak gadisnya... mama tidak akan memilih siapapun, mama akan memilih dirimu sendiri, karena kalau kamu belum tahu apa yang kamu butuhkan... semua pilihan hanya akan berakhir pada luka!
Nayla mengangguk pelan, mungkin, malam ini bukan tentang siapa
yang akan ia pilih, tapi tentang menemukan kembali siapa dirinya yang sebenarnya, dan dari situlah babak baru akan benar-benar di mulai!