DUA

1629 Words
Pukul 08.00 malam. Zeta berdiri di depan rumah besar tersebut. Rumah yang tak kalah mewah dari rumah nya. Rasa nya berat untuk melanglahkan kaki masuk ke sana, tempat ini asing, dan bukan di sini seharus nya dia berada. Zeta dengan langkah berat mulai memasuki rumah tersebut. Bersamaan dengan terdengar suara datar dari seseorang, namun ada kesan sinis dan tajam. "Darimana aja lo? Belum cukup sehari lo di sini, tapi udah bikin nyokap bokap pusing!" Zeta yang tadi menatap lurus ke depan, kini menoleh ke kanan, dimana keluarga Rahardian tengah duduk di sofa ruang tamu. Mata dingin nya, bertemu dengan mata dingin Malvin. "Malvin! Kamu jangan kayak gitu!" Tegur Rahardian tegas. Malvin mendengus, dan kembali membaca buku nya. "Zi! Sini sayang!" Panggil Miranda dengan lembut. Zeta masih setia berdiri di ambang pintu, dengan wajah datar nya. Dan hal itu membuat Miranda menghela nafas nya pelan. "Ya udah! Biar tante yang ke sana! Kamu capek kan?" tanya Miranda. Zeta masih diam, hanya raga nya lah yang berada di sini. Namun tidak dengan pikiran nya. Miranda saling pandang dengan suami nya. Lalu dia mengamit lengan Zeta, gadis itu sedikit tersentak. Dan Miranda tau, bahwa gadis itu tadi melamun. "Zi! Yuk! Tante anter ke kamar kamu! Barang-barang kamu sudah di sana semua!" Sahut Miranda. Zeta mengangguk samar, dan membiarkan diri nya di giring oleh Miranda menuju lantai atas. Zeta menatap kamar yang cukup besar itu, yang di d******i dengan warna putih semua. "Nah ini kamar kamu! Kalau kamu butuh sesuatu kamu bisa panggil om atau tante ya!" Miranda tersenyum lembut ke arah Zeta. Jujur, kehadiran Zeta sebenarnya membuat nya senang, karna dia dari dulu sangat menginginkan anak perempuan. Zeta hanya mengangguk sebagai balasan. Miranda menghela mafas nya. "Ya udah tante ke bawah dulu! Nanti Bi Ira yang akan antar makanan buat kamu! Kamar om sama tante ada di bawah, kamar Malvin ada di sebelah kamar kamu!" Miranda lalu berjalan keluar kamar, dia sekali lagi menoleh ke belakang menatap Zeta yang masih berdiri di tempat nya. Sebelum akhir nya menutup pintu. Desi benar. Zeta terlihat seperti orang yang tidak mempunyai jiwa. Kosong. Miranda duduk di sebelah Rahardian. "Gimana ma?" Tanya suami nya. Miranda menghela nafas nya. "Dari tadi dia gak ngomong." jawab nya pelan. "Bisu kali ma!" "Malvin!" Tegur Miranda tegas. "Mama gak suka ya kamu kayak gitu!" Malvin diam, dengan wajah tenang nya. Apa peduli nya dengan gadis itu? "Malvin! Kamu harus bisa bersikap baik dengan Zeta. Kamu ingat kan pesan om Rezaldi tadi!" Malvin menganggukkan ucapan Papa nya. Sebenarnya Malvin bingung. Kenapa juga dia harus mengurusi perempuan itu? Apa untung nya untuk diri nya? "Mulai besok dia pulang dan pergi sekolah sama kamu!" Malvin menarik nafas nya panjang. Besok dan seterus nya ketentraman hidup nya akan terusik. Oh god. ✉️✉️✉️✉️✉️✉️ Zeta menatap pantulan diri nya di cermin. Hari ini adalah hari pertama nya untuk masuk sekolah baru di kota Bogor. Nasional Senior High School, itu lah nama SMA baru nya. Zeta sudah rapi dengan seragam SMA baru nya, kemaja putih yang di lapisi dengan blezer berwarna abu-abu muda. Not bad. Pikir nya. "Zi! Yuk sarapan dulu sebelum berangkat! Kedatangan Zeta di ruang tamu langsung di sambut dengan suara lembut ciri khas Miranda. Dia tidak menjawab hanya berjalan ke arah meja makan itu, dan duduk di samping Malvin. "Kamu suka keju kan Zi! Nih tante bikinin roti bakar keju." Miranda meletakkan piring yang di atas nya ada roti bakar ke hadapan Zeta. Zeta awal nya diam. "Makasih tan---te!" Gumam Zeta pelan. Gumaman pelan itu membuat Miranda tersenyum begitupun dengan Rahardian. Walaupun gadis itu menunduk, dan tidak menatap ke arah nya. "Semoga kamu betah ya Zi tinggal di sini." Sahut Rahardian. Zeta mengangguk. Dia menatap roti bakar di hadapan nya. Dulu dia memang sangat menyukai semua makanan yang ada keju nya, tapi entah kenapa kini keju pun terasa hambar untuk nya. "Oya Zi! Mulai sekarang kamu berangkat sama pulang sekolah nya dengan Malvin ya!" Zeta mengangkat kepala nya saat mendengar hal itu, menatap ke arah Rahardian. Sedangkan Malvin hanya menghela nafas nya panjang, di tengah kunyahan roti nya. "Atau kamu mau bawa mobil sendiri? Biar pake mobil om aja, nanti biar om naik---" "Gak usah om. Makasih." Potong Zeta dengan suara pelan. Rahardian tersenyum, sembari meneguk kopi nya. "Aku udah selesai ma. Berangkat ya!" Malvin meneguk air putih di depan nya, lalu meraih ransel hitam milik nya. Malvin menatap datar pada Miranda yang memberikan kode lewat mata. Setelah mengerti maksud nya, dia mendengus malas. "Lo udah selesai?" tanya Malvin datar. Satu detik, 2 detik bahkan sampai 5 detik kemudin tidak ada respon dari Zeta. Gadis itu malah tampak menatap kosong ke arah piring nya yang belum di sentuh nya sama sekali. "Zi!" Miranda memanggil lembut, dia lalu melirik suami nya. Gadis ini kembali melamun. "Zeta sayang!" Prankk.... Zeta tersentak kaget, tanpa sengaja tagan nya menyenggol gelas hingga pecah di lantai. "Ya ampunnn!!" Miranda berlari memutari meja. "Bi! Tolong bereskan Bi!!" "Iya Buk!" "Tante Zi---" "Uda gak papa kok. Tante gak marah." Sahut Miranda seraya mengusap bagian belakang kepala Zeta. Dia lalu tersenyum. "Ya udah kamu berangkat gih! Nanti telat! Oya nih tante bikinin bekal, kamu makan ya nanti!" Miranda menyerahkan sebuah kotak makanan kepada Zeta. Zeta menerima itu dengan berat hati. Dia menatap Miranda, mendadak dia jadi merindukan Desi ibu nya. "Zi---jangan kebanyakan ngelamun ya sayang! Gak baik!" Miranda berkata lembut. Dia dapat melihat, dari sorotan dingin mata gadis ini tersimpan sesuatu yang membuat nya tertekan. "Maaf tante---" gumam Zeta. "Gak papa! Gih beragkat! Malvin, kamu jagain Zi ya!" Malvin menghela nafas nya dengan malas, lalu berjalan keluar rumah tanpa berucap apa pun. ✉️✉️✉️✉️✉️✉️ Hari ini SMA Nasional di hebohkan dengan pindahan murid baru dari Jakarta itu. Berita dan rumor ini memang sudah tersebar sejak kemarin. Namun, mereka masih bertanya-tanya siapa murid baru tersebut. Dan pagi ini seluruh siswa siswi SMA Nasional benar-benar di buat gempar, saat tau siapa si siswi baru itu. "Gila! Itu beneran kak Zeta yang leader genk Pop Girl itu!" "Astaga itu Zeta Zevanya, duta dance! Sumpah beruntung banget ni sekolah dia bisa sekolah di sini." "Ya ampun! Dari dulu gue ngefans banget sama kak Zeta." "Cantik banget!" "Wajah dingin nya itu loh yang keliatan sexy banget!" "Pingin dong lihat dia ngedance." Begitulah beberapa rentetan pekikan-pekikan siswa maupun siswi SMA Nasional, saat melihat Zeta melangkah di koridor  dengan memasang wajah datar nan dingin ciri khas nya dari dulu, belum lagi headset berukuran sedang yang bertengger di leher nya. Benar-benar style anak dance banget. Malvin mendengus jengah saat tak henti nya dia mendengar nama Zeta di sepanjang koridor bahkan sampai di kelas. Sepopuler itu kah Zeta? Memang sih dia popuper banget. "Malvin!!" Malvin langsung di kerubuni oleh tiga orang teman nya. Gevan, Risky, dan Rendra. Dan yang memekik keras tadi itu adalah Risky. "Jadi Zeta itu beneran tinggal di rumah lo?" Tanya Risky antusias. "hmmm." Malvin memang telah menceritakan keberadaan Zeta di rumah nya kepada ketiga teman nya ini.  "Trus? Dia sekamar sama lo?" "Ck, apaan sih lo?" ketus Malvin. "Ya kali gue sekamar sama dia." Risky hanya menampilkam cengiran nya. Rendra menghela nafas nya. "Kenapa bisa?" dia menatap serius pada Malvin. Malvin mengangkat bahu nya cuek. "Dia di titipin di orang tua gue." "Trus tadi lo berangkat bareng dia?" Untuk pertama kali nya Gevan membuka suara. Cowok nomor 2 paling dingin di SMA Nasional, setelah Malvin. Malvin hanya mengangguk pelan. "Oh pantes! Sekolah jadi rame pagi ini. Ternyata si Zeta itu berangkat sama the most wanted sekolah." Ujar Rendra sedikit mencibir.  Malvin Adiputra Rahardian, memang cowok most wanted di sekolah. Kapten tim basket, yang cool nya membuat cewek-cewek akan berteriak histeris, dengan hanya menatap wajah dingin nya. Malvin juga di juluki si pangeran es, karna sikap nya yang benar-benar dingin yang membekukan. Tapi jangan tanya bagaimana otak cowok ini, Malvin adalah pemegang nilai terbaik sepanjang masa di sekolah ini. Satu lagi yang harus kalian tau, dia anti cewek banget. Maka nya, waktu melihat Malvin berjalan bersama cewek, sekolah langsung gempar. Apa lagi cewek itu adalah Zeta Zevanya, si ratu dance se indonesia. "Oi kenapa lo?!" Rendra memukul kepala Risky saat teman nya itu tersenyum sendiri. "Duh gue lagi ngebayangin muka si Zeta itu. Gila, pasti cantik banget. Di video sama foto nya aja dia cantik plus sexy banget." gumam Risky dengan mata yang menerawang, sembari tersenyum aneh. "m***m lo!" Gevan menimpali Risky dengan buku. "Dasar playboy cap badak!" tambah Rendra. "Pagi semua nya!!" Suara melengking Buk Windy, membuat suasana kelas XII IPA 3 mendadak hening dari desas desus. "Hari ini akan ada siswi baru di kelas ini. Pindahan dari Jakarta." Buk Windy menatap murid-murid nya yang kembali berbisik-bisik. Dia juga sangat tau, bagaimana populer nya satu siswi ini. "Ayo masuk!" Kini mata semua orang terarah pada Zeta yang memasuki kelas, dengan meyandang sebelah tali tas nya. Wajah dingin dan tatapan datar nya membuat semua orang berbisik-bisik satu sama lain. "Silahkan perkenalkan nama kamu!" pinta Buk Windy. Zeta diam sesaat, dia menatap sekeliling kelas tanpa ekspresi. "Gue Zeta Zevanya. Bisa di panggil Zi, atau Zeta." Hanya perkenalan singkat. "Silahkan Zi, kamu bisa duduk di bangku itu!" suruh Bu Windy. Zeta melangkah ke arah meja yang di tunjuk oleh guru tersebut. Yaitu berada di barisan nomor tiga dekat dinding. Strategis. Itu lah pikir Zeta. Semua pasang mata mengikuti langkah gadis dingin itu. Sampai Zeta duduk di bangku tersebut. "Buka buku matematika halaman 200!" Di saat semua orang sibuk mengeluarkan buku. Zeta malah memasang headset nya, dan menyetel musik sekeras mungkin. Lalu menelungkupkan kepala nya ke meja. Tanpa berniat mendengarkan materi pelajaran. Apa yang di lakulan Zeta di tangkap oleh mata Mavin. Cowok itu menyeringai. "Berantakan!" gumam nya pelan. ✉️✉️✉️✉️✉️✉️
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD