8. Selesai

944 Words
Pagi yang berantakan ini sungguh sangat berat untuk ku. Untuk datang ke sekolah hari ini aja aku jadi malas tapi aku harus datang tidak ada alasan untuk aku bolos hari ini masa aku harus bilang aku patah hati, dengan terpaksa aku harus datang ke sekolah pagi ini walaupun dengan kondisi bad mood. Pagi ini aku minta di antar sama sopir papa karena aku gak sanggup bawa motor ke sekolah. Seluruh keluarga sudah menunggu ku di meja makan untuk sarapan. "Andin, kenapa pakai kacamata lagi sakit An.. ? Kok matanya bengkak ? Kamu habis nangis semalam An ? Pertanyaan bertubi-tubi dari Mama dengan penasarannya setipis tisu. Papa melirik kearah ku, "kamu nangis ?" "Mbak Andin kok nangis lagi ?" Nah kan jadi pusat perhatian pagi ini. "Hm bukan, eh iya." Tiba-tiba aku mendadak gelagapan menjawab pertanyaan mereka. "Maksudnya aku emang habis nangis semalam, biasa habis nonton drama Korea sedih banget kisahnya jadi nangis deh semalam, duh bener mata ku bengkak nih maa wah gawat nih." Aku pura-pura terlihat panik menatap layar ponsel ku. "Kebiasaan dech kamu sayang, Drakor Mulu jelas mau ke sekolah malah pake acara nangis lagi alamat mata bengkak lah sayang nanti kompres dulu sebelum berangkat !" "Yaah jadi kehapus deh bedak Andin jadinya ma." "Salah sendiri udah malam waktunya tidur malah jadi bergadang." "Maaf pa, tadi malam gabut." Bohong Andin. Tiba-tiba dia terdiam dan lagi-lagi teringat foto yang dikirim Anisa kemarin. "An, lanjutin sarapannya jangan melamun nanti terlambat, celetuk Papa kembali. "Iya Paa." Aku nyengir ke Gep ngelamun. "Mbak pergi Bareng aku kan ke sekolahnya." "Siap." Perjalanan menuju ke sekolah berjalan dengan lancar tidak kena macet karena kami datang lebih awal. Sebelum ke sekolah ku, kami mengantar Alesya menuju ke sekolahnya, baru terakhir ke sekolah ku. Saat melangkah ke gerbang sekolah menuju kelas sungguh bikin aku risih seolah pandangan orang-orang tertuju padaku. Mungkin mereka belum pernah melihat aku pakai kacamata kali ya. Aku juga membawa oleh-oleh dari Bandung untuk teman-temanku. "An gimana kemarin liburan kemarin seru.!" Aku menoleh kedepan saat aku duduk di bangku sambil menunduk "Seru tapi ada yang merusak suasana aku kemarin langsung bikin aku bad mood sampai sekarang." "Ya ampun An, maaf." Anisa langsung memeluk ku." I Sorry An.." "Hm.." Anisa menceritakan, kepada ku saat dia melihat kak Adit bersama kak Stella di cafe kemarin. "Hello gaees kalian lagi ngobrolin apa nih , serius amat ?" Aruna muncul dan langsung duduk di sebelah ku. Anisa menceritakan sama Aruna, dengan ekspresi dahi mengkerut dan menghelakan napasnya. "Tadi sebelum menuju ke kelas aku lihat Genk Cogan ngumpul-ngumpul di dekat lapangan basket dan malah happy gitu tadi nampak kak Adit, eh nggak taunya ada yang baru jadian ya. Yah gimana dengan mu Andin ngenes banget. Udah mencintai lama tapi malah cintanya ditolak." lagi-lagi dia menghela napasnya. "Udah-udah aku nggak apa-apa, ini resiko yang harus aku terima, ayo fokus lagi belajarnya." Tiba-tiba Aruna memeluk ku dan Anisa pun ikut memeluk ku juga. "Ini ada oleh-oleh dari Bandung, mereka melepaskan pelukan ku". Dan mereka menerima oleh-oleh dari ku. "Wah Andin makasih." "Hm, sama-sama." Ayo semangat Andin , yang menyakitimu aja setenang itu lantas mengapa kamu serapuh ini Andin ! .... Bel istirahat pun berbunyi, dengan terpaksa aku ikut Aruna dan Anisa ke kantin. "Andin tuh kak Adit datang. Jangan disapa, tapi jangan lakukan hal yang bodoh lagi, jangan mempermalukan diri di depan orang banyak lagi Andin." Aruna memberikan ultimate tegas kepada ku. "Iya" Saat sedang menikmati makanan di kantin, benar kak Aditya datang bersama teman-temannya dia salah satu orang yang nggak pengen gue temuin hari ini. Tiba-tiba dia berjalan melangkah menuju kantin tatapan kami bertemu dan dia tersenyum ke arahku. Kak Adit TERSENYUM. Ah itu benaran senyum manisnya untuk ku, Ah nggak mungkin Ayo Andin jangan GeEr, jangan percaya lagi sama manusia si mulut Pedes itu. "Eh ada Andin disini, udah lama An..?" Celetuk salah seorang teman kak Adit mas Rangga sambil duduk di samping meja kantin sebelah ku. Dia adalah sahabat kak Adit yang baik dan ramah juga. "Iya mas Rangga, baru juga kok." aku menjawab dan mengangguk dengan sopan ke arah Mas Rangga. "Kayaknya nggak ada yang ngerusuh deh kamu hari ini dit aman banget deh nggak ada bocah caper hari ini yang nyamperin ke kelas." tiba-tiba si ibra bersuara, kak Adit cuma balas dengan senyumannya. Drrtt ritme jantung ku gak karuan tiba-tiba aku pengen kabur aja dari sini. Aku melirik ke arah teman ku Aruna memasang wajah tak suka yang kini mengepalkan tangannya yang sepertinya amarahnya siap-siap akan meluap, dengan segera aku memegang tangannya dan sambil memberikan kode menggelengkan kepala. Aruna membalas pelototi matanya kepada ku dan aku membalas geleng kepala lagi. Tak lama kemudian aku memberikan kode ke teman-teman ku "Udah gak usah ditanggapi, kita ke kelas yuk." aku berbisik udah gak ada napsu makan lagi aku. Aruna berdiri dan disusul aku sama, Anisa. "An mau kemana, kok main kabur aja nih ayang beb Adit aja belum selesai makan tuh makanan kami aja belum habis.!" Celetuk si mulut ember meleduk si Bagas si mulut beracun. "Aku--" ucapan aku langsung dipotong "Bukan urusan kak Bagas makan aja makanan kakak sepuasnya, kita permisi dulu." jawab Aruna dengan ketus. Aku mengangguk dengan sopan kepada mereka tanpa senyuman sama sekali. Disaat kita bergegas meninggalkan kantin sekolah tiba-tiba ada yang menyapa kak Adit dengan nada yang sangat manja. "Hello sayang kok nggak ngajak aku sih ke kantin main ninggalin aja." dia langsung duduk di dekat kak Adit. Dia adalah si Ratu basket di sekolah ini siapa lagi kalau bukan kak Bianca. Aku melangkah meninggalkan kantin bersama kedua sahabat ku nggak peduli lagi omongan mereka bodoamat dan aku bergumam ok mulai dari sekarang tidak ada lagi Andin yang mengganggu mu kak, kini semuanya SELESAI !" ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD