Pertemuan Awal

1527 Words
Mayangsari Hartanto, Sari adalah seorang gadis berambut panjang sepunggung, dan berpostur tubuh mungil. Gadis ini memiliki kulit kuning langsat yang bersih berkilau serta terawat. Lengkap dengan wajah lokal yang sangat manis dan enak dipandang mata. Serta senyuman ramah dan ceria yang khas terbentuk dari perpaduan bibir dan dua geligi kelinci. Semua elemen yang bersatu padu untuk melengkapi nilai kecantikan Sari yang unik dan sangat mempesona. Pagi hari ini suasana RSUD Genting masih sangat sepi. Segala aktivitas dari pasien, keluarga pasien, perawat, dokter, serta para medis lain juga masih belum banyak terlihat di sana. Tapi Sari sepagi ini, sudah memarkirkan mobil Nisan Juke putihnya di parkiran RSUD Genting. Sari segera mengenakan snelly, jas putih seragam dokternya, memasang name tag di dadanya, dan sedikit merapikan penampilannya dengan mengaca pada kaca spion mobil. Setelah yakin penampilannya sudah rapi, Sari pun beranjak keluar dari mobilnya. Gadis itu terlihat sangat energik dan bersemangat untuk memulai kegiatannya hari ini. Mengawali langkah barunya di bidang ilmu medis. Langkah selanjutnya setelah rangkaian pendidikan akademis dan pendidikan profesi selama lebih dari lima tahun. Babak baru yang yang harus Sari lewati setelah akhirnya berhasil lulus dan melalui prosesi penyumpahan sebagai seorang dokter yang resmi. Mengawali pengabdian Internship yang akan dilaksakan mulai hari ini. Pengabdian kepada negara selama satu tahu lamanya nanti. Internship adalah pendidikan profesi yang dicanangkan oleh pemerintah untuk meningkatkan kemahiran dan membentuk kemandirian dokter setelah lulus pendidikan dokter. Bertujuan untuk menyelaraskan hasil pendidikan dengan kondisi di lapangan. Sari mengamati gedung rumah sakit dihadapannya yang terlihat sangat besar. Ruang aula untuk pertemuan di sebelah mana ya? Tempat upacara pembukaan internship akan dilangsungkan. Sebuah mobil Honda CRV abu-abu terparkir tepat disebelah mobil Sari tak lama kemudian. Dari dalam mobil keluarlah seorang pria muda yang mengenakan jas putih di tubuhnya. Sepertinya seorang dokter juga. 'Apa nanya sama dia aja ya, dimana letak aula RSUD Genting ini?' Belum sempat Sari menyapa dan bertanya, pria itu sudah duluan menghampiri dirinya. Menyunggingkan senyuman ramah di wajahnya yang lumayan tampan dengan penampilannya yang rapi. Dia menyapa Sari. "Selamat pagi, Dok." "Pagi," jawab Sari membalas memberikan senyuman. Mungkin karena Sari sedang memakai jas putih juga, pria itu memanggilnya dengan panggilan 'Dok'. Panggilan wajar, sopan dan profesional kepada seorang dokter. "Numpang nanya, Dok. Aula pertemuan RSUD Genting di sebelah mana ya?" pria itu bertanya. Sari tak dapat menahan tawa kecilnya. Owalah ternyata sama saja dia juga mau nanyain dimana arah aula pertemuan. Jangan-jangan dia juga mau menghadiri upacara pembukaan internship? Berarti dia adalah salah satu teman satu putaran Internship dengan dirinya? "Heeehm ... Kok ketawa?" dokter pria tadi bertanya dengan raut wajah kebingungan melihat reaksi Sari. "Oh maaf, Dok. Gak pa-pa kok. Lucu saja karena saya juga tadinya berniat nanyain itu juga ke dokter." Sari menjawab dengan jujur alasan tertawanya tadi. "Owalah hehehe. Berarti Dokter juga mau ke aula? mau ikut upacara pembukaan juga ya? Jangan-jangan kita sesama Dokter Internship ni?" semakin sumringah wajah pria itu mengetahui arah tujuan bahkan status Sari sama dengannya. Dokter Internship. "Bener banget," jawab Sari tersenyum manis. "Barengan aja yuk ke sananya," Pria itu menawarkan. "Boleh," Sari tak keberatan. Wah asik juga ini orang, ramah supel dan mudah bergaul. "Oiya kenalin, namaku Roni." Pria itu menyodorkan tangan kanannya kepada Sari untuk berkenalan. "Aku Sari," Sari membalas jabatan tangan itu. "Salam kenal ya, mohon kerjasamanya untuk setahun mendatang." Roni mengakhiri sesi perkenalan mereka dan Sari hanya mengangguk dan memberikan. senyuman manisnya sebagai jawaban. 'Waduh senyuman kamu manis banget, Sar.' Mau tak mau Roni jadi terpesona untuk sesaat demi melihat angelic smile dari Sari yang sangat manis dengan dua geligi kelincinya. "Yuk, jalan." Sari mendahului Roni berjalan ke arah gedung utama RSUD Genting. Roni mengikuti langkah Sari dan mereka berjalan beriringan memasuki gedung. Menghampiri satpam yang bertugas untuk menanyakan kemana arah yang harus ditempuh untuk ke ruang aula pertemuan. Sang satpam pun memberikan petunjuk arah kepada mereka dan keduanya segera mengucapkan terima kasih sebelum melanjutkan perjalanan. "Rumahmu dekat ya dari sini?" Roni mencoba untuk memulai pembicaraan. Masa daritadi mereka berdua jalan bareng tapi sama sekali gak ngobrol? Kan gak asik banget rasanya, canggung. "Kok tahu?" Sari bertanya sedikit curiga. "Emangnya kamu dukun ya?" tanya Sari sedikit bercanda. "Enak aja!" jawab Roni tertawa. "Plat mobilmu kan 'P' tadi. Berarti orang daerah timur kan?" Roni asal menebak-nebak saja. "Owh iya," Sari menjawab. "Kamu sendiri dari mana?" lanjutnya berbasa-basi. "Malang. Aremania ini aku." Roni membanggakan daerah asalnya sambil tersenyum lebar. Mencairkan suasana diantara keduanya. Selanjutnya keduanya mengobrol dengan topik ringan sambil melanjutkan perjalanan mencari aula pertemuan. "Wah gak kerasa udah nyampe aja ni." Roni menghentikan langkahnya saat mereka berdua sudah dapat melihat sebuah ruangan besar di sebelah kanan jalanan koridor rumah sakit. "Iya, tapi kayaknya masih belum mulai. Mau langsung masuk?" Sari celingukan melihat ke arah gedung. "Nanti aja deh, aku mau ke kantin sebentar. Ngopi." "Ngopi?" tanya Sari sedikit bingung. Bisa-bisanya cowok ini kepikiran ngopi sebelum dimulainya acara? "Aku tadi berangkat dari Malang lho ke sininya. Bahkan sebelum subuh berangkatnya. Dan sekarang jadi agak ngantuk." Roni menceritakan alasannya. "Owh, yaudah kamu ke kantin aja. Aku masuk duluan." Sari akhirnya memaklumi, kan gak lucu kalau waktu pengarahan nanti malah ngantuk si Roni. "Ok, aku duluan ya." Pamit Roni melangkahkan kakinya ke arah kantin. Sementara Sari meneruskan perjalanan ke arah aula pertemuan. Di dalam aula ternyata sudah cukup banyak yang hadir. Beberapa orang berjas putih, beberapa orang berpakaian perawat serta beberapa lainnya yang berpakaian batik resmi. Mereka semua duduk di kursi-kursi yang telah disediakan. Menghadap kepada deretan meja dan kursi di depan dengan back drop berupa tulisan tentang acara hari ini. ACARA PEMBUKAAN PROGRAM DOKTER INTERNSHIP PUTARAN XX RSUD GENTING, BANYU HARUM Sari dapat melihat beberapa wanita muda dengan jas putih duduk berdua atau bertiga. Saling mengobrol satu sama lainnya. Pasti mereka adalah teman-teman dokter Internship juga. 'Nyapa gak ya? Kenalan gak ni enaknya?' Sari sedikit ragu untuk menyapa dan memulai perkenalan. "Sari?" sebuah suara bariton menyapa Sari. Reflek Sari menolehkan wajah dan tubuhnya untuk mencari dari mana datangnya suara itu. Dan Sari mendapati seorang pria berdiri disana. Pria dengan perawakan tinggi tegap dan berkulit sawo matang. Tatapan matanya begitu tajam sangat sesuai dengan pembawaan dingin dan tenangnya. Dialah Junaedi, Jun teman Sari satu fakultas kedokteran di universitas Jembar. "Halo, Jun." Sari tersenyum menyapa pria itu. Deg, jantung Jun seakan berhenti berdetak selama beberapa detik demi melihat senyuman manis dari Sari barusan. Cantik dan sangat enak untuk dilihat. "Apa kabar?" tanya Jun setelah berhasil mengatasi debaran di dadanya. "Baik, kamu gimana?...Duduk yuk." Jawab Sari sambil mempersilahkan Jun untuk duduk di kursi yang berdekatan dengan dirinya. "Baik," Jun mengambil duduk di kursi sebelah Sari. "Gak ngira ada temen sekampus yang dapat putaran Internship di waktu dan tempat yang sama denganku." Sari memulai berbasa-basi. "Iya," jawab Jun singkat. "Kamu setelah lulus tinggal dimana?" Sari kembali bertanya, formalitas saja sebagai teman lama. "Jembar," lagi-lagi jawaban singkat. Sari kembali tersenyum mendengar jawaban Jun. Jawaban-jawaban singkat, padat dan jelas yang merupakan ciri khas dari pria ini. 'Kamu sama aja dari dulu, Jun. Irit banget kalau ngomong.' Jun di kampusnya dulu termasuk pria yang sangat pendiam dan tertutup. Bahkan lebih dari lima tahun mereka menempuh pendidikan di kampus yang sama, bisa dihitung dengan jari berapa kali Sari dan Jun bertatap muka, berbicara satu sama lainnya. Jun adalah pria yang sangat misterius dan terasa sulit ditebak. "Iya ya, sampai lupa kalau kamu asli Jembar." Sari tertawa ringan mencoba mencairkan suasana. "Kalau kamu?" Jun sepertinya juga berusaha untuk meneruskan pembicaraan meskipun terasa sangat canggung baginya. Buat ngomong biasa dan panjang lebar kepada seseorang saja dirinya enggan, apalagi jika harus berbicara dengan seorang wanita. Lebih-lebih wanita itu adalah Sari, Mayangsari Hartanto. Gadis yang sudah terkenal sebagai kembang kampus waktu jaman kuliah. Gadis yang sangat cantik, manis, ramah, cerdas tetapi terasa tidak terjamah. Tak terjangkau untuk dapat didekati oleh siapapun juga. 'Kamu tetap cantik dan bersinar bagaikan bintang yang menyilaukan, Sar.' "Aku kan asli sini, Genting. Hoki banget ya, dapet penempatan Internship di kota sendiri, hehe." Sari menjawab memamerkan keberuntungan dirinya. "Oiya..." sudah, hanya itu kata yang mampu Jun ucapkan sebagai jawaban. Terlalu bingung dan grogi harus ngomong apalagi pada Sari. Untungnya tak lama kemudian para dokter senior dan beberapa staff RSUD Genting sudah memasuki ruangan aula pertemuan. Menandakan bahwa acara pembukaan akan segera dimulai. Sari dan Jun pun segera mengalihkan perhatian mereka ke arah depan untuk mengikuti jalannya prosesi. Beberapa saat setelah dimulainya acara, seorang pria yang memakai jas dokter putih memasuki ruangan. Terlihat cuek dan tidak punya dosa padahal sudah terlambat hadir, Roni. Pria itu menyunggingkan senyuman manis dan lebar di wajah, dia juga mengangguk sopan sebagai ijin untuk memasuki ruangan. Membuat suasana ruangan yang dari tadi hening menjadi sedikit heboh dengan gumaman yang membicarakan dirinya. Membicarakan tingkahnya yang seenak udelnya sendiri ini, fenomenal. Sari yang melihat tingkah Roni hanya bisa tertawa tertahan dan cekikikan dalam hati saja. Dasar Roni ini, pasti keasikan ngopi dia sampai lupa waktu. Sampai lupa tujuannya hadir ke sini, mengikuti upacara pembukaan internship. Bisa-bisanya coba dia secuek itu? Ini si udah easy going yang kebablasan. Beginilah pertemuan awal dari ketiga dokter sekawan, Sari, Jun dan Roni. Tak pernah terlintas sekalipun di benak Sari bahwa benang merah takdir akan terpaut menyatukan dan membawa mereka bersama. Takdir cinta yang nantinya harus Sari perjuangkan agar bisa mendapatkan kebahagiaan hidupnya di dunia.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD