Hari ini Camilla sudah mendapat izin untuk kembali ke rumah, dan Danieru juga terlihat lega karena kondisi istrinya sudah baik-baik saja. Pasangan itu mendapat beberapa nasihat dari sang dokter, dan mereka juga mendapatkan peringatan yang cukup keras agar tak melakukan kesalahan.
Camilla yang harus menjaga emosinya agar tetap stabil, dan Danieru yang juga harus menjaga kondisi Camilla, serta tidak memancing tingkat stres pada wanita itu.
Tentunya itu bukan hal mudah, tetapi mereka akan berusaha untuk melakukan sesuai dengan nasihat dari dokter kandungan itu. Ini juga demi anak mereka, berimbas pula pada hubungan dalam rumah tangga mereka berdua.
Pasangan itu baru saja tiba di mansion, terlihat para pelayan sudah menunggu mereka dan membungkuk setelah mereka masuk ke dalam ruangan. Pelayanan itu mengucapkan selamat datang, dan mengatakan jika mereka sangat bersyukur kondisi Camilla dalam keadaan yang baik-baik saja.
“Kau harus beristirahat sekarang,” ujar Danieru. Ia menatap Camilla yang tersenyum, dan merasa lega karena istrinya bisa menuruti dengan sangat baik.
Camilla tidak menjawab, ia hanya mengikuti langkah suaminya menuju ke lantai dua. Wanita itu merasa lega karena bisa kembali, dan ia juga merasa seperti saat ini jauh lebih baik.
“Kitty, besok aku akan kembali ke kantor. Apa kau yakin akan tetap pergi bersamaku?” tanya Danieru.
Camilla menarik napas. “Ya, aku tak mungkin membiarkan wanita gila itu ada di sekitarmu.”
Danieru mengulum senyum. “Apa kau sedang cemburu?”
Wanita hamil itu mendelik. “Apa salah jika istri merasa cemburu?”
Danieru yang mendengar penuturan istrinya tertawa, ia tak menyangka jika kehamilan Camilla bisa membuatnya menjadi seseorang yang sangat berbeda.
“Apa yang lucu? Kenapa kau tertawa?” Camilla menghentikan langkahnya, ia menahan tangan Danieru yang menaiki satu anak tangga di atas anak tangga tempat ia berpijak.
“Aku senang kau sekarang bisa menunjukkan emosimu,” ucap Danieru. “Sebaiknya kita segera ke kamar, aku ingin kau beristirahat dan juga tidak memikirkan banyak hal. Apa kau mengerti?”
Camilla merentangkan tangannya, ia tersenyum semakin manis saat Danieru menatapnya dengan penuh keheranan.
“Ada apa? Sepertinya kau semakin aneh,” ujar Danieru.
Camilla mengembuskan napasnya kasar. “Gendong aku, aku malas berjalan.”
Mendengar penuturan istrinya membuat Danieru segera melakukan keinginan itu, ia menggendong tubuh Camilla, dan mencium kening wanita itu.
Camilla menyandarkan kepalanya pada d**a bidang Danieru, matanya terpejam. “Setelah ini temani aku tidur.”
“Aku mengerti, Istriku.”
Camilla yang mendengar ucapan Danieru merasa begitu senang. Ia kemudian menenangkan dirinya, dan menikmati semua yang bisa ia dapatkan saat ini. Suami yang begitu memanjakannya, dan suaminya itu juga begitu manis.
Danieru terus melangkah, ia kini sampai pada tingkat dua mansion. Pria itu tak ingin membuang waktu, kakinya dipacu agak cepat menuju ke kamar.
Setelah beberapa saat, Danieru dan Camilla akhirnya sampai di kamar. Mereka segera masuk dan menutup pintu.
Suasana terasa lebih tenang dan nyaman sekarang ini, membuat Camilla membuka mata dan menatap Danieru.
“Ada apa?” tanya Danieru.
“Aku menginginkannya,” balas Camilla.
Danieru yang mengerti keinginan sang istri segera membaringkannya di atas ranjang. Ia membuka baju yang Camilla kenakan, lalu segera menciumi bibir Camilla. Pria itu berusaha tak menindih tubuh istrinya, tangan kirinya menahan bobot tubuhnya, sedangkan tangan kanan memainkan p****g p******a Camilla yang benar-benar sudah mengeras.
Camilla membalas ciuman bibir Danieru, ia juga menikmati tangan Danieru yang memainkan p****g payudaranya. Wanita itu memejamkan mata, menikmati setiap tetes kenikmatan yang Danieru berikan untuknya.
Danieru segera melepaskan lumatan bibirnya, ia menatap Camilla yang kini sedang menikmati permainannya itu. “Apa begitu nikmat? Kau terlihat sangat menikmatinya.”
Camilla menatap teduh ke arah suaminya. “Ya, dan aku ingin kau yang memberikan ini padaku. Terus ... terus ... dan terus.”
Danieru segera menciumi bagian rahang Camilla, kemudian bergerak turun dan menjilati leher wanita itu.
“Accchhh ... Doggie, ini sangat nikmat.” Camilla menggeliat, kenikmatan yang Danieru berikan membuatnya semakin menanjak naik. Ia juga tak mengerti, tetapi hal kecil seperti ini begitu menyenangkan. Sedikit saja Danieru menyentuhnya, maka Camilla akan melayang jauh dan menunggu Danieru untuk menariknya kembali.
Danieru terus bermain-main pada bagian leher Camilla, pria itu kemudian menghentikan ulahnya dan melumat p****g p******a istrinya. Ia memejamkan mata, tangan meraba bagian paha Camilla, lalu membelainya lembut.
“Doggie ... ssssttt ... jangan berhenti, ahh yah ... Danieru!” Camilla yang merasakan permainan bibir suaminya pada p****g p******a merasa semakin dimanjakan. Ia meremas seprei hitam yang menjadi alas bagi kasur mereka. Rasanya semakin gila, membuatnya terbang semakin tinggi.
“Ahhh ... Danieru,” ujar Camilla di sela desah nikmatnya.
Danieru yang mendengar penuturan istrinya melepas lumatan itu, ia kemudian melumat p****g yang lain, dan membelai kewanitaan istrinya dengan begitu lembut.
Sementara Camilla yang mendapatkan perlakuan demikian semakin tak terkendali. Detak jantung wanita itu terus berpacu dengan cepat, darahnya berdesir, dan napasnya tersengal-sengal karena rasa nikmat yang terus dan terus menyiksanya.
...
Rachel baru saja tiba di rumah keluarga Malaike, wanita itu terlihat agak lelah dan juga pucat. Banyak sekali yang harus ia pikirkan. Mengembangkan perusahaan dan membantu Danieru menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang tertunda.
Itu hanya sebagian dari ingatan yang Rachel miliki, ia juga harus menyusun banyak rencana hanya untuk memisahkan Danieru dan Camilla.
Tok ...
Tok ...
Tok ...
Rachel menatap, ada seorang pelayan yang baru saja mengetuk kaca mobilnya. Dengan segera Rachel membuka kaca jendela, ia menatap.
“Nyonya, apa Anda baik-baik saja?” tanya pelayan itu khawatir.
Rachel yang mendengar pertanyaan itu tersenyum. “Ya, aku baik-baik saja. Ada apa ini?”
“Hanya merasa khawatir, biasanya Nyonya akan langsung masuk.”
Rachel yang mendengar ucapan itu tersenyum lagi. “Maaf membuatmu khawatir, aku hanya sedang memikirkan beberapa pekerjaan. Bukan hal yang besar, dan aku baik-baik saja.”
Pelayan itu terlihat lega, ia mengira ada sesuatu yang terjadi pada menantu keluarga tempatnya bekerja. “Maaf sudah mengganggu waktu Anda, Nyonya.”
Rachel mengangguk, ia kemudian membuka pintu dan melangkah ke arah bangunan besar di depan matanya. Wanita itu ingin segera tiba di kamar, tidur, dan menyusun mimpinya yang indah.
Drrrttt ...
Drrrttt ...
Ponsel Rachel bergetar, membuatnya harus kembali menghentikan langkah dan memeriksa tas yang sejak tadi ia bawa. Wanita itu segera meraih ponselnya, ia menggeser ikon hijau, lalu mendekatkan benda itu pada telinganya.
“Ya?” Rachel menjawab singkat, kakinya kembali melangkah.
“Tuan dan Nyonya baru saja kembali, dan saat saya melewati kamarnya, saya mendengar suara yang ... enggg ... suara desahan.”
Rachel berhenti, ia tak menyangka bila pasangan itu akan melakukan percintaan panas sekali pun Camilla baru saja nyaris keguguran.
“Hentikan! Bagaimana pun caranya kau harus mengganggu aktivitas mereka!” Rachel segera mematikan sambungan telepon itu, wajahnya terlihat semakin masam, ia juga begitu gusar dan jengkel.
“Menghentikan aktivitas apa?” tanya Nyonya Besar keluarga Malaike yang sedikit mendengar keributan yang Rachel perbuat.
Rachel yang tak sadar bicara cukup keras terlihat salah tingkah. “Enggg ... teman lamaku tak mendapat restu dari pihak keluarga. Ia dan kekasihnya ingin melakukan aksi bunuh diri, dan menolak untuk bicara secara baik-baik.”
“Rachel, kau begitu baik. Maaf jika Hatsu begitu buruk untukmu, jangan terlalu memikirkan banyak hal, kau sedang mengandung, dan akan sangat berbahaya jika kau menjadi stres.”
Rachel yang mendengar nasihat ibu mertuanya mengangguk.
“Apa Ibu bisa meminta bantuan padamu?” tanya wanita itu lagi.
Rachel tersenyum. “Apa yang bisa aku lakukan?”
“Berhentilah bekerja, Ibu hanya merasa khawatir padamu. Kau sedang dalam keadaan yang tidak baik-baik saja,” ujar wanita itu.
“Ibu, aku baik-baik saja. Aku hanya ingin menjadi menantu dan anak yang berguna untuk Ibu dan keluarga ini. Aku juga percaya jika anakku menteri, dia sangat baik dan membuatku sangat bersemangat.”
Gila saja, ia tak mungkin berhenti sekarang, walau tubuhnya terasa sangat lelah, tetapi ia akan tetap melakukan pekerjaan. Ini juga demi agar ia lebih dekat dengan Danieru saat di kantor, dan ia akan membuat pria itu melepaskan Camilla lalu memilih wanita seperti dirinya.
“Baiklah, Ibu hanya menyarankan agar kau lebih banyak beristirahat. Apa kau mengerti?”
Rachel tertawa kecil. “Ya, aku mengerti, Ibu.”