BAB 8

1084 Words
Danieru hanya bisa mengerjakan semua pekerjaannya dari rumah sakit tempat Camilla dirawat, ia benar-benar tidak keluar sama-sekali, bahkan untuk makanan, minuman, dan juga pakaian yang dikenakan ia akan meminta salah satu pelayan di mansionnya untuk mengantarkan. Kedua belah pihak keluarga juga sudah datang, dan Danieru mendapatkan banyak sekali nasihat-nasihat. Bahkan mereka meminta Danieru untuk mengurusi Camilla terlebih dahulu daripada pekerjaan perusahaan. Tetapi ... Camilla yang mencoba mengerti tentang hati kecil suaminya jelas saja mengatakan jika Danieru bisa melakukan semuanya dengan baik, dan ia akan berusaha untuk mengerti tentang suaminya itu. Wanita itu juga sudah mengintrospeksi dirinya sendiri, dan sadar jika semua amarahnya benar-benar buruk. Ia ingin menjadi lebih santai dari apa pun. Saat ini Camilla sedang duduk sambil menikmati buah-buahan segar, ia tidak lagi mendapatkan cairan infus, kondisinya juga sudah jauh lebih baik. Danieru yang ada tak jauh dari istrinya kini sedang duduk sambil mengerjakan pekerjaannya, ia membaca beberapa berkas kerja sama dengan perusahaan lain, lalu meletakkannya di bagian lain hanya untuk direvisi bersama para staf di saat ia sudah bisa masuk bekerja. Sedangkan rencana kerja yang lain Danieru tandatangani, dan ada yang ia koreksi agar lebih mudah. “Doggie ... aku bosan berada di rumah sakit.” Camilla merengut, ia ingin sekali pulang, tetapi sepertinya semua itu belum bisa ia dapatkan. Ini memang belum genap satu minggu dari kejadian tersebut, dan pihak keluarga meminta dokter menahan Camilla lebih lama lagi. Danieru yang mendengar penuturan istrinya menarik napas, ia kemudian meletakkan dokumen yang sedang direvisi olehnya di atas meja. “Kitty, kondisimu masih belum pulih.” Danieru berdiri, ia kemudian menghampiri istrinya dan tersenyum. Pria itu sedikit membungkuk, lalu mengecup lembut kening Camilla. “Tapi aku merasa bosan. Bisakah kita berjalan-jalan di luar? Aku merasa kamar ini seakan mencekik.” Camilla memandangi Danieru dengan tatapan memelas, ia berharap itu berhasil meluluhkan hari suaminya yang tampan itu. Danieru yang mendengar keinginan istrinya mengangguk, mungkin berada di luar ruangan akan membuat Camilla menjadi lebih baik lagi. Pria itu kemudian mengangkat tubuh istrinya, ia menatap Camilla yang kaget dengannya. Camilla yang tak punya pilihan lain melingkarkan kedua tangannya pada bagian leher Danieru, ia merasa gugup saat wajah Danieru begitu dekat dengannya. “Kau tak ingin menggunakan kursi roda?” Danieru menggeleng. Ia kemudian melumat bibir Camilla, memejamkan mata, dan menggigit bibir bagian bawah wanita itu. Camilla membuka mulutnya, dan saat Danieru memasukkan lidah ke dalam sana ia memejamkan mata semakin erat. Camilla juga memainkan lidahnya, membiarkan lidahnya menari dengan lidah Danieru. Rasanya begitu manis, apalagi saat mereka bertukar saliva. “Eum ....” Desahan Camilla tertahan, ia dan Danieru terus dan terus melanjutkan ciuman panas itu. Danieru kemudian melepas ciuman mereka, ia menciumi rahang Camilla dan membuka mata, ia harus menahan diri, jangan sampai ia melakukannya sekarang. Ia harus menunggu kandungan Camilla benar-benar kuat. “Apa kau yakin?” Camilla menggigit bibirnya. Ia merasa geli saat Danieru menciumi bagian lehernya, embusan napas pria itu menerpa kulitnya, terasa begitu hangat. Danieru yang mendengar pertanyaan itu menjilati leher Camilla. “Accchhh ... Doggie ... ini geli dan menyenangkan.” Camilla menyuarakan itu dengan suara serak, napasnya terengah karena ada sesuatu yang memuncak dengan cepat. Danieru kembali menyudahi aksinya, ia senang saat berhasil membuat wanita kesayangannya merasakan hal itu. “Aku sangat menginginkannya, tetapi aku tak bisa melakukannya sekarang. Bisakah kau bersabar, dan menunggu beberapa waktu?” “Ya ... tapi apa kau berjanji akan memberikan foreplay padaku sesering mungkin?” tanya Camilla tanpa malu-malu. “Ya ... aku akan memberikannya.” Danieru kembali menciumi bibir istrinya, kali ini hanya sekejap dan ia kembali menatap wanita itu. “Aku mencintaimu, Camilla.” “Aku juga ... enggg ... apa kau yakin tak ingin menggunakan kursi roda untuk membawaku?” Danieru mengangguk. “Aku yakin, sama sepertimu yang bisa menahan semua hasrat padahal kau masih merasa begitu tersiksa dan ketakutan.” Camilla membuang muka, ia memang selalu berusaha menekan kondisinya yang buruk, ia juga mendengar alasan Danieru yang semakin takut jika bercinta maka akan membuat dirinya mengalami situasi yang sulit, apalagi ia nyaris saja keguguran. “Kita akan berkonsultasi dengan dokter tentang hal ini,” ujar Danieru sambil menatap ke arah jendela. Di luar sana tidak terlalu panas, dan ia yakin Camilla akan nyaman jika mereka menghabiskan waktu dengan duduk di taman dan menghabiskan waktu untuk bicara. “Benarkah?” tanya Camilla. “Ya ... karena kita juga memerlukan saran yang baik dan benar.” “Apa kau tak merasa malu saat bertanya nanti?” tanya Camilla yang masih tak yakin dengan suaminya. “Malu bertanya, tersesat di jalan. Apa kau ingin kita melakukan kebodohan semacam itu?” Camilla yang mendengar ucapan suaminya tertawa kecil. “Aku percaya padamu.” “Aku juga percaya kepadamu,” balas Danieru. Danieru segera melangkah ke arah pintu, ia dan Camilla keluar dari ruangan VVIP yang beberapa hari ini mengurung Camilla. ... Di tempat lain, Rachel sedang duduk dengan gusar di dalam ruangannya. Ia ingat dengan kejadian beberapa waktu lalu, dan menjadi emosi. Kenapa Camilla begitu menyebalkan? Kenapa wanita itu sanga-sangat membuatnya ingin melakukan hal yang buruk. Rachel jelas saja tak terima jika Camilla mendapatkan perhatian lebih dari Danieru, ia sudah berusaha membuat Danieru lepas dari jeratan Camilla, ia juga sudah nyaris berhasil membuat Danieru lebih banyak bersamanya daripada Camilla. “Ahhh! Aku hanya ingin mereka segera berpisah!” Rachel kemudian berdiri. Beruntung ruangan itu kedap suara, dan tak akan ada yang mendengar ucapan Rachel. Wanita itu tahu jika dirinya egois dalam mengharapkan Danieru memerhatikannya, tetapi ia merasa egois itu juga perlu. Wanita itu mengembuskan napas perlahan, ia berusaha untuk lebih tenang dalam melakukan rencana demi rencananya. Ia tidak perlu buru-buru, yang jelas semuanya harus berjalan perlahan dan juga pasti. Rachel menyeringai. Karena Camilla ia kehilangan segalanya. Suami, cinta pertama ... dan sekarang ia akan membuat Camilla membalasnya. Rachel tahu jika hilangnya Hatsu juga karena campur tangan orang-orang besar, dan ia juga yakin yang memicu hal ini adalah Camilla. Karena Rachel pernah mendengar langsung dari Hatsu jika mereka akan mendapatkan perlindungan dari seseorang, dan jika sampai orang itu tak ada lagi, maka mereka mungkin akan mati dan juga hilang bagai ditelan bumi. Rachel merasa menyesal sudah membantu Danieru dan Camilla dulu, seandainya saja ia tahu semua ini akan terjadi, maka ia akan melakukan hal yang berbeda. Seandainya ia tahu jika Hatsu juga akan ikut menghilang, maka ia akan tetap diam dan menikmati jalan hidup Danieru dan Camilla. Tetapi ... itu bukan sesuatu yang penting sekarang ini. ia harus merebut apa yang seharusnya menjadi miliknya dari Camilla, dan ia akan memastikan semuanya akan kembali seperti semula. Rachel yang sudah merasa lebih tenang tersenyum. “Cinta pertama itu jelas saja memiliki kesan yang berbeda.” Wanita itu kembali duduk, ia kemudian mengelus perutnya yang masih terlihat rata. “Kau akan memilih kematian setelah ini, Camilla ....” Rachel menggeliat, ia masih belum melunturkan senyumannya sama sekali.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD