BAB 5

1210 Words
Camilla kembali terbangun dari tidurnya, ia mencium aroma kopi yang begitu wangi dan membuat dirinya keluar dari alam mimpi. Wanita itu menatap ke arah sofa di sudut ruangan, ia melihat suaminya sedang membaca beberapa dokumen, dan ia menjadi penasaran karena hal itu. Camilla segera duduk, matanya terfokus pada jam yang berada pada meja di samping ranjang. Ia mengucek matanya beberapa kali, mencoba untuk menyadarkan dirinya sendiri. Tetapi ... jam itu juga tidak berubah. Kini jam delapan malam, dan ia benar-benar menghabiskan satu hari untuk tidur. Setelah sarapan pagi tadi Camilla langsung berbaring, ia membaca beberapa novel di atas ranjang, kemudian tertidur pulas. Tatapan wanita itu jatuh pada tiga buku tebal yang ia baca sebelum tidur. Semuanya sudah tersusun rapi di atas meja. “Kau sudah bangun?” Danieru berdiri, menghampiri istrinya, dan langsung mengecup lembut kening wanita itu. Camilla yang belum seratus persen sadar hanya bisa diam, ia kemudian menatap Danieru yang malah tersenyum. “Ada apa denganmu? Kau kelihatannya sangat bahagia setelah tidak memberi kabar padaku.” Mendengar penuturan Camilla membuat Danieru sedikit merasa bersalah. “Maaf, semalam aku tidur di rumah keluargaku.” Camilla yang mendengar hal itu menarik napas, ia menjadi kesal sendiri karena Danieru tak memberikan kabar padanya. “Kau marah?” tanya Danieru. Camilla menatap. “Tidak ... untuk apa aku marah.” Danieru yang mendengar nada ketus itu hanya bisa diam, kali ia memang bersalah karena tidak memberikan kabar kepada istrinya, dan bukan salah Camilla jika marah dan kesal. Pria itu kemudian duduk di samping Camilla, ia membelai rambut wanita itu lembut. Entah kenapa ia merasa semakin jauh dari Camilla saat ini, istrinya seperti tak lagi berada pada tempat yang sama. “Maafkan aku,” ujar Danieru pada akhirnya. “Katakan, aku yakin kau punya sesuatu yang penting. Tidak biasanya kau bersikap begitu kaku seperti sekarang ini.” Camilla melirik, mengamati ekspresi wajah Danieru yang terlihat tegang. Danieru merasa Camilla sudah menjadi peramal sekarang ini, atau mungkin ia bisa membaca pikiran seseorang. Camilla yang tak kunjung mendengar suaminya bicara kembali berbaring. “Lakukan apa saja, asal kau tidak menduakanku. Jika kau menduakanku, maka saat itu aku akan pergi dan tak akan kembali padamu lagi.” Danieru diam, ia masih tak tahu harus melakukan apa untuk mencairkan suasana. Sedangkan Camilla hanya menunggu pria itu bereaksi, ia tak tertarik memulai segala hal dan membuat dirinya menjadi kesal karena Danieru tak ingin memenuhi keinginannya. Danieru segera beranjak dari ranjang, ia menuju ke arah pintu kaca dan menutup tirainya. Kemudian pria itu kembali duduk pada sofa, ia akan menyelesaikan pekerjaannya sesegera mungkin, setelah itu baru membujuk Camilla yang terlihat begitu dingin padanya. Jujur saja suasana ini sangat canggung, Danieru juga sangat membenci situasi seperti ini. Secara tiba-tiba Danieru menutup semua dokumen yang ada di atas meja. Ia kemudian berdiri, kembali mendekati Camilla, dan segera berbaring di samping wanita itu. Danieru mengamati wajah Camilla, ia kemudian langsung melumat bibir Camilla. Pria itu kemudian meraba bagian d**a Camilla dan meremas buah d**a Camilla. Sementara Camilla yang merasakan sentuhan Danieru segera membuka mata, ia kemudian membalas ciuman lembut Danieru. Mata wanita itu terpejam semakin erat, dan setelah beberapa saat berlalu Danieru melepaskan ciuman mereka. Camilla membuka mata, ia bisa melihat tatapan mata Danieru yang menatap jeli padanya. Entah kenapa Camilla merasa tatapan itu untuk mengintimidasi dirinya, wanita itu segera mendorong tubuh Danieru. “Jangan menyentuhku jika kau memang tak menginginkannya.” Danieru yang mendengar jawaban Camilla hanya diam. Pria itu kemudian menarik Camilla, dan langsung memeluknya. Camilla yang kini berada di pelukan Danieru diam. Ia tak tahu harus merasa senang atau sedih. “Maafkan aku ... aku mohon, jangan membuat suasana di antara kita menjadi secanggung ini.” Danieru mengecup kening Camilla, ia memeluk tubuh istrinya semakin erat, tak ingin wanita itu beranjak dan mendorongnya untuk menjauh. Sedangkan Camilla yang mendengar hal itu terus diam, ia membiarkan Danieru bicara dan menciuminya. “Aku tak bisa melakukannya selama kau hamil, aku hanya tak ingin melukai bayi kita. Aku tahu ini aneh, tetapi ... aku tak ingin menyentuhmu selama mengandung anak kita.” Camilla yang mendengar hal itu menjadi sangat kesal, dari mana sejarah seseorang yang sedang mengandung tak bisa melakukan percintaan di atas ranjang? Wanita itu kemudian memberontak. “Apa Rachel sudah memberikan tubuhnya padamu semalam? Kau tak ingin menyentuhku hanya karena alasan konyol.” Camilla menatap Danieru, matanya sudah berkaca menahan tangis. Ia tak menyangka jika suaminya sendiri tak ingin menyentuhnya. Jika memang begitu, untuk apa ia menikah dengan Danieru? Lebih baik ia keluar, mencari para gigolo yang akan memanjakannya. Danieru menggaruk kepalanya, kenapa Camilla bisa salah paham tentang hal itu. “Aku tidak menyentuh wanita lain, aku hanya menyentuhmu. Kau ... kau ... dan hanya kau!” “Terserah! Aku akan mencari pria lain yang ingin memuaskanku, percuma saja aku kembali dan menikah secara sah denganmu. Kau suamiku, kau juga ayah dari anakku, tapi kau sama sekali tak memahamiku. Aku membencimu! Aku sangat kesal dan marah kepadamu!” Danieru yang mendengar ucapan Camilla berusaha untuk bersabar. “Kitty ... aku sangat lelah setelah bekerja hari ini. Sebentar lagi akan diadakan acara pengangkatanku sebagai Presdir perusahaan keluarga Malaike, bisakah kau mengerti tentang diriku?” Camilla membuang muka. “Setelah menjadi Presdir perusahaan kau akan semakin sibuk dan punya banyak alasan untuk tak memerhatikanku. Kau akan membuat alasan perusahaan sedang begini dan begitu. Lalu kau akan membuat alasan jika sangat sibuk dengan perusahaan, memintaku untuk mengerti dengan keadaanmu, dan kau juga tak akan berusaha memahamiku.” Danieru yang mendengar penuturan istrinya menatap lebih lembut. Ia sudah mengira jika Camilla tak akan suka dengan hal ini. “Kau berjanji akan bekerja setelah aku melahirkan, kau berjanji akan menemaniku saat sedang mengandung, ini baru satu bulan, dan kau sudah mengingkari janjimu. Kau sangat menyebalkan, kau begitu jahat, kau selalu mengingkari janjimu!” Camilla menghapus air matanya, ia tak tahu lagi kata yang tepat untuk memuaskan rasa sakitnya. “Kau berjanji akan menjadi obatku, tetapi sekarang kau malah menjadi racunku!” Camilla segera meraih bantal, ia melemparkannya kepada Danieru. Tidak hanya itu, ia memukul Danieru dengan guling yang ada di dekatnya. “Aku kesal! Aku sangat marah! Dasar pria b******n!” Camilla menghentikan ulahnya, ia menarik napas. Sedangkan Danieru masih diam, menerima semua kemarahan istrinya dan tidak akan melakukan apa-apa sampai Camilla menjadi puas. “Kau begitu dekat dengan mantan kekasihmu, kau menggunakan alasan sudah terlalu larut dan tidak kembali ke rumah semalam. Kau tidak mengangkat teleponku, kau tidak memberikan kabar padaku.” Danieru mengakui itu semua kesalahannya, ia tak mengerti bagaimana bisa membuat Camilla merasa lebih baik. Camilla yang tak tahu harus mengatakan apa segera beranjak. Tetapi ia segera memegang bagian perutnya. “Akkhhh ...” Camilla menahan tubuhnya dengan berpegang pada ranjang , ia bergetar karena rasa sakit yang luar biasa sedang menerjang tubuhnya. Tetapi sial ... ia tak bisa menahan rasa sakit itu, langsung terjatuh, dan tak sadarkan diri. Danieru yang melihat hal itu langsung beranjak, ia membelalakkan mata saat melihat Camilla begitu pucat dan tak sadarkan diri. “Camilla!” Danieru menatap ke arah paha istrinya, ia segera mengangkat tubuh Camilla dan keluar dari kamar. “Maafkan aku ... aku mohon ... bertahanlah.” Danieru benar-benar panik saat melihat darah itu, ia seharusnya bisa menenangkan Camilla dan kejadian itu tak akan terjadi. Pria itu melangkahi beberapa anak tangga, ia segera menatap sopir yang duduk di ruang tengah. “Segera siapkan mobil!” titah Danieru. Ia juga segera melangkah keluar dari rumah setelah mengatakan hal itu, ia harus menyelamatkan anaknya dan Camilla, dan ia tak akan kehilangan apa pun. Sopir itu segera melaksanakan tugasnya, sedangkan para pelayan menatap kaget pada beberapa tetes darah yang terjatuh di atas lantai.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD