|Stuck on Twins ~ Raya 4|

955 Words
Enggak boleh pulang, sebelum basah!!!! Teriakan Raya yang disambut heboh oleh orang-orang sekelilingnya, semakin membuat suasana panas. Orang-orang disekeliling gadis itu menari, melompat dengan penuh semangat. Karisma ratu pesta Raya memang tidak pernah hilang, sekalipun ia berada di tengah-tengah orang yang tidak di kenalnya. Baju Raya sudah basah kuyup, efek dari ia menari-nari dengan orang se-club. Namun ia sudah berniat tidak ingin minum alkohol sedikitpun, karna mau ikut balapan liar yang di selenggarakan oleh temannya Arga. Ia ingin membuktikkan kepada papanya, bahwa saat acara ulangtahun besok berlangsung, ia akan memamerkan mobil baru hasil balapannya. Sudah dari lama ia menutup nafsu ingin balapannya, karna terikat janji dengan papanya. Sekarang ia bebas, dan tidak ada lagi orang yang bisa mengatur hidupnya. "Lo keren!" Ujar seseorang memberinya jempol, saat Raya hendak berjalan menuju meja bar. Raya hanya balas menyeringai, lalu mengedipkan satu matanya dengan genit. Ia bahkan tidak mempedulikan, seseorang yang berada di lantai dua itu mempengaruhinya. Raya berhasil mengacuhkan keberadaan orang itu. Ia bahkan tidak mempedulikan orang itu membawa seseorang yang menjadi penyebab hubungan mereka putus. Raya mendesah dalam hati. Bima, Bima!!! Tuh badan makin gede aja, batin Raya, saat tidak sengaja melirik ke atas, tepatnya ke arah tempat Bima sedang berdiri sambil berpelukan dengan perempuan lain. Lagi pula, Raya sudah tidak punya hubungan apa-apa lagi dengan laki-laki itu. Jadi seharusnya Raya sudah tidak punya hak sama sekali dengan Bima yang berdekatan dengan siapapun. Namun walau begitu, Raya tetap mengumpat dalam hati, saat tahu hubungan Bima dengan perempuan itu awet, bahkan melebihi dari hubungannya saat lalu. "Hey yoo!!!" Sapa seseorang sambil menepuk bahu gadis itu. Raya berbalik dan ia mendapati Alan, teman Arga yang merupakan penyelenggara balapan malam kali ini. Raya memang sengaja meminta laki-laki itu datang ke club malam untuk menjemputnya, berhubung tadi Raya datang ke club dengan menumpang mobil truck yang saat itu sedang lewat dari dealer tempat papanya membeli mobil untuk Raga. Jangan tanya ekspresi papanya, saat Raya dengan mudah menghentikan truck lewat dan meminta izin untuk menumpang. Jika saat itu, rahang Afka bisa jatuh, mungkin sudah terjadi. Anak gadisnya ini terlalu luar biasa, bahkan melebihi mamanya, Kaluna, saat di masa muda dulu. "Jadi join kan?" tanya Alan, sambil memesan minuman kepada seorang bartender yang berada di hadapan mereka. Raya mengangguk, tangannya meminta bartender yang baru saja tadi datang ke mereka untuk menjauh. "Kenapa? Gue mau minum!" sergah Alan kesal. "Lo nyetir nanti b*****t!" hardik Raya, tak kalah sengit. "Yaelah, segelas doang mana bisa buat mabuk" ucap Alan masih dengan keukuh. "Lo minum segelas, gue yang nyetir! Jadi jangan salahkan gue kalau lo nanti cuma sampai rumah sakit, karna gue gak sebaik itu mengantar lo ke alam baka. Gue jauh lebih senang lihat lo cacat daripada mati" sinis Raya dengan wajah penuh ancamannya. Raya memang terkenal dengan cara menyetirnya yang ugal-ugalan. Hal itulah mengapa Afka sampai saat ini masih belum memberikan gadis itu mobil, karna takut Raya akan melampiaskan emosinya dengan balap-balapan. Entah bagaimana, Raya yang saat ini, mirip dengan Bima saat mereka masih sekolah. Bima, laki-laki itu juga saat lalu melampiaskan emosinya, saat sedang balapan dengan Raya. Bima seperti ingin menjatuhkan mobilnya ke jurang, namun hal itu gagal terjadi, karna Raya selalu mensejajarkan mobilnya dengan miliki Bima, tidak peduli walau saat itupun, nyawanya juga bisa menghilang. "Yaudahlah, cuz lah! Ngapain lagi kita disini" ucap Alan mendengus. Raya dan Alan serentak berbalik dan baru saja berjalan beberapa langkah, namun di urungkan karna seseorang yang menabrak bahu gadis itu. Mundur beberapa langkah, tatapan mata Raya turun kearah tanktop dengan jacket jeans yang ia gunakan. Ada noda merah tepat bagian d**a gadis itu. Mengangkat pandangannya, Raya melihat tersangka yang baru saja menabrak dan menyebabkan bajunya kotor dengan dingin. "Duh, tumpahkan! Lo itu jalan pakai mata dong!" kesal perempuan itu. Raya menaikkan salah satu alisnya dan matanya memberikan tatapan membunuh kepada orang tersebut. "Lo gak pernah disekolahkan ya? Dimana-mana jalan itu pake kaki" sentak Raya tajam. "Diam lo! Bukannya minta maaf, lo malah menghujat. Minta maaf sekarang!" sengit orang itu. Terkekeh, Raya menelengkan kepalanya ke kanan, matanya memandang orang itu dengan merendahkan. "Lo itu manusia atau bintang kecil? Ketollolan lo kok jauh tinggi menghias angkasa" ucap Raya terkekeh, yang membuat wajah perempuan yang di depannya memerah antara kesal dan malu. "Yang harus minta maaf itu, lo tololl!" tekan Raya. "Apa lo bilang?" sengit orang itu tidak terima. "Rana, sudah!!" ucap seseorang dari belakang perempuan, yang bernama Rana tersebut. Gadis itu berbalik dan tangannya langsung menggandeng orang yang memberhentikan gadis itu. Raya sudah cukup tercengang malam ini karna harus bertemu dengan Bima, setelah sekian lama. Dan ternyata, kecengangan gadis itu semakin bertambah, apalagi saat tahu, gadis t***l yang baru menambrak dirinya adalah orang itu, orang yang menjadi penyebab dirinya dan Bima bertengkar hebat, hingga membuat hubungan mereka berdua kandas. Sungguh menyedihkan hidup Raya, apalagi saat tahu ternyata hubungan laki-laki yang pernah bersamanya dulu masih awet dengan perempuan perebut pacar orang. Owwwww, rasanya Raya ingin sekali menyiksa gadis itu, sama seperti ia menyiksa Nona dengan cewek-cewek yang berdekatan dengan mantannya dulu. Mungkin kemarin Raya tidak bisa berbuat apa-apa, karna posisi Bima dengan pacar barunya sedang berada di Italia. Namun, jika kedua orang itu sudah berada di Indonesia, jangan salahkan Raya bermain-main dengan kedua sejoli itu dengan caranya dulu. Raya menyeringai memikirkan hal itu. Ia sudah tidak sabar melakukannya. "Lama tidak ketemu Ray!" sapa Bima dengan nada hangatnya. Raya mendengus, lalu tertawa. "Selera lo ternyata makin hancur ya" ucap Raya tanpa repot-repot menjawab sapaan Bima. "Coba lo sekolahin dong. Soalnya, begonya terlihat natural banget. Lo kan ATM berjalan" ucap Raya begitu saja dan segera menarik tangan Alan. Ia bahkan tidak mempedulikan tatapan tajam dengan rahang mengeras Bima. Ekspresi marah Bima sangat terlihat, hanya saja Raya tidak tahu, bahwa Bima marah karna Raya berani menghina milik laki-laki itu, ataupun hal lain.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD