Plan B

2734 Words
Di tempat lain, rombongan pengiriman barang sudah sampai di hutan selatan ibukota. Anak termuda ketua Naga Putih, Joe, kali ini yang memimpin rombongan. Dia lebih tua setahun dari Naviza, baru-baru ini Naviza juga baru tahu kalau Joe sehari-harinya menghabiskan waktu di sekolah tinggi yang sama dengan dia, perbedaannya dia mengambil tingkat 3. Sore-malam pekerjaan Joe adalah mengelola cabang provinsi timur Naga Putih. Tentu saja dia atasan Naviza, dan dalam tugas malam ini pemegang keputusan adalah Joe. Tugas Naviza adalah memastikan transaksi berjalan lancar dan aman. Joe dan Naviza saling tahu identitas mereka, Joe hanya tahu Naviza dengan nama Ara dan dia menyamarkan diri menjadi mahasiswa tingkat 1 yang tidak bisa ilmu bela diri apapun. Mengenai nama asli Naviza dan siapa dia enam tahun lalu, Joe tidak tahu. Mereka berdua tidak cukup dekat dalam pertemanan, tapi cukup profesional dalam hubungan pekerjaan. Rombongan mereka sampai dpertengahan jalur hutan selatan. Hutan benar-benar gelap segela-gelapnya. Satu-satunya penerangan hanya obor yang mereka bawa. Empat orang pengawal berjalan di depan menerangi jalan. Joe dan Naviza berjalan beriringan diatas kuda tepat di depan barang dagangan. Mereka sudah saling tahu sejak enam bulan lalu, tapi belum pernah sekalipun membicarakan hal di luar pekerjaan, kali ini Joe ingin mencoba menjali hal itu. "Ara" sapa Joe mengawali pembicaraan. Naviza menoleh tanpa menjawab apapun. "sudah lama aku ingin menanyakan ini tapi belum ada kesempatan. Kenapa kau mengambil tingkat 1 dan menjadi siswa yang tidak bisa bela diri di sekolah? Aku tahu kau sangat ahli bertarung, tapi kenapa?" Joe mendekatkan jarak kudanya dengan Naviza. "hmm.. hanya ingin saja.. " jawab Naviza dengan enteng (ringan). "karena aku harus memperpanjang hidupku Joe. Ketika mereka tahu aku masih hidup dengan sehat, saat itulah aku tidak mungkin bisa bertahan di dunia ini. Xatho sudah mengetahui keberadaanku, tapi yang menginginkan aku mati tidak hanya Xatho." "kau tidak ingin dikenal sebagai mahasiswa yang hebat? Dengan kemampuan bertarungmu sekarang, aku yakin kau bisa mengalahkan mereka semua sendirian!" "hahahha.. bagaimana mungkin aku sehebat itu?" Naviza hanya menanggapinya dengan tawa. "aku tidak sehebat itu, Joe." "kau tahu tentang kelompok Harimau putih di sekolah?" "aku pernah dengar. Anak-anak di kelasku sering membicarakan mereka, kelompok penguasa di sekolah?" sebenarnya Naviza tidak tertarik, tapi tentu saja dia harus menanggapi Joe dengan baik. "ya, kelompok petarung terbaik di sekolah. Mereka tingkat 5. Seharusnya mereka senior kita hahaha... tapi nyatanya mereka lebih muda dari kita, tapi begitu sombong." Kali ini Joe mulai cair, dia bahkan tertawa lepas. "aku tidak tertarik dengan urusan mereka, aku ingin menghabiskan waktu disana dengan tenang tanpa terlibat dengan perkelahian apapun, tidak perlu terkenal untuk mendapatkan ketenangan kan?" Kali ini Joe gagal mengangkat topik yang tepat. Dia terdiam dan jadi salah tingkah. "kau tahu Ara? Kau menyebalkan hari ini." balas Joe dengan ketus. Dia berusaha mengembalikan harga dirinya. "aaa.. maafkan aku Joe. " Naviza cepat-cepat minta maaf, karena sebagai bawahan dia tidak boleh mengecewakan atasannya. Setelah sama-sama diam beberapa saat, Joe kembali membuka percakapan, kali ini topik yang dia bahas mengenai pekerjaan, jadi ekspresi serta nada bicaranya sudah serius seperti biasanya. "Ara, kau sudah dengar kabar baru dari ketua?" "belum, kemarin aku tidak datang karena ada sedikit kecelakaan ringan." "kita berhasil melakukan kontrak kerja sama dengan organisasi dagang dari Guldora." Joe memberitahu dengan volume sangat rendah hampir membisik. Berita ini menarik antusiasme Naviza, usaha menjalin kerja sama itu sudah dilakukan sejak dua tahun lalu oleh Naga Putih, tapi baru terealisasi sekarang. "hebat!" pekik Naviza mengapresiasi keberhasilan Naga Putih. "kau juga datang kemarin?" "tidak. Ayah tentu saja tidak mengizinkanku. Aku mengirim pengawal pribadiku untuk mencuri informasi dari sana." kata Joe dengan bangga. "sial! Andai saja Xatho tidak datang. Harusnya aku datang ke pertemuan penting itu." Joe melanjutkan ceritanya. "kami berhasil tanda tangan kontrak untuk lima tahun kedepan. Komoditas utama adalah sagu, jagung dan beberapa jenis senjata. Keuntungannya memang besar, tapi sebenarnya aku kurang setuju dengan kontrak ini. perdagangan senjata cukup berbahaya, termasuk yang sedang kita lakukan malam ini Ara. Tapi mereka menawarkan keuntungan hingga 300% jika kita mau. Tentu saja ayah menyetujuinya." Joe mengakhiri ceritanya. Naviza belum memberikan tanggapan apapun, dia masih menatap lurus ke depan, ada banyak hal yang sedang ia pikirkan setelah mendengar berita ini. ada begitu banyak pertanyaan yang ingin ia ketahui jawabannya. siapa yang bekerja sama dengan Naga Putih? Benarkah itu hanya organisasi di Guldora? Ataukah sebenarnya mereka ada kaitannya dengan pemerintahan Guldora yang sengaja ingin menyelundupkan senjata? Tunggu, sebelum kesana, mengapa mereka bersedia memberikan keuntungan sebegitu besar kepada Naga Putih? Apa rencana besar mereka sesungguhnya? Dan mengapa perdagangan senjata? "Ara?" karena lama tidak memberikan respon, Joe sedikit kesal. "kapan transaksi dengan mereka dimulai?" tanya Naviza, tentu saja dia harus mendalami tentang kerja sama itu. dia harus bisa mendapatkan informasi tentang Guldora. "aku pikir minggu ini, pihak kita sudah menyerahkan uang muka 20% saat penandatanganan kontrak kemarin." "Joe, apakah Naga Putih sudah memilih siapa yang akan terlibat dalam pengamanan transaksi?" Naviza mengatakannya dengan nada yang berbeda, lebih lembut dan pelan. Joe seakan mengerti apa tujuan tersembunyi dibalik pertanyaan Naviza, dia tersenyum meremehkan, "kau ingin bergabung?" Naviza mengangguk cepat penuh semangat. "aku yang bertanggung jawab dalam hubungan dengan Guldora." Ekspresi Naviza benar-benar berubah jadi sumringah. Dia benar-benar bahagia dan senang sekali mendengar jawaban Joe. Pasalnya dari semua pimpinan di Naga Putih pusat, yang paling dekat dengannya adalah Joe, karena kebetulan mereka mengambil sekolah yang sama dan perbedaan usia yang tidak terpaut jauh. Sekalipun sebenarnya hanya kedekatan profesional pekerjaan. Mendengar bahwa Joe adalah penanggung jawabnya, serasa seperti angin segar dan kesempatan yang luar biasa untuk Naviza masuk ke dalam jaringan dagang ini. "tidak bisakah kau memasukkanku dalam bagian tim-mu ?" kali ini Naviza sedikit memohon. "akan kupikirkan. Aku tidak mungkin memilih pengawal yang tidak berkompeten dalam urusan sepenting ini." jawab Joe dengan bangga dan sedikit menyombongkan diri. Naviza hanya tersenyum sedikit. Jika dia berhasil menjadi bagian dari tim itu, peluangnya untuk mencari tahu motif terselubung Guldora akan semakin besar. Dan juga, sebenarnya ada pr besar yang masih belum terselesaikan, pr ini juga adalah penyebab perpisahannya dengan Angkasa, Naviza harus menyelidiki siapa saja yang terlibat dalam proyek ini, apakah Benang Merah ada di dalamnya? Ataukah ada musuh besar lain yang sekarang sedang mempersiapkan diri? Dia sadar hubungan Naga Putih dengan Guldora ini adalah masalah serius yang sedang dipantau ketat oleh istana, termasuk juga badan intelejen kerajaan. Tapi perjanjian dagang dan pajak Naga Putih dengan Raja membuat istana lemah dalam memasukan agen ke Naga Putih. Pertahanan kelompok dagang ini sama kuatnya dengan Benang Merah, nilai lebih Naga Putih adalah mereka memiliki payung hukum yang kuat dan kegiatan mereka legal. Intelejen negara sulit menyentuh mereka. Lokasi pertemuan hampir sampai, tinggal 1 jam lagi perjalanan. Naviza mendahului dengan satu pengawal, seperti biasa, dia harus mengecek lebih dulu keamanan lokasi transaksi sebelum rombongan tiba. Selama Naviza pergi, Joe yang akan bertanggung jawab terhadap keamanan barang. Rombongan tidak boleh bergerak maju sebelum ada kepastian keamanan dari Naviza setelah dia kembali. "tunggu sampai aku kembali," Naviza pamit pada Joe. Joe mengangguk. Dia memerintahkan pengawal yang tersisa untuk memilih tempat tersembunyi untuk mengamankan barang dan mematikan obor. Mereka harus diam disana tanpa terdeteksi siapapun. Lalu semua pengawal berpencar ke semua arah mata angin sejauh kurang lebih 10 m dari lokasi persembunyian. Mereka harus mengintai tempat itu. mereka wajib waspada terhadap segala jenis pergerakan. Sementara Joe tetap berada di dekat barang. Akhirnya mereka menghilang dalam gelapnya malam. ֎֎֎֎ Naviza terus memacu kudanya melintasi jalan setapak hutan, tidak boleh ada nyala api yang terlihat,benar-benar hanya mengandalkan cahaya bulan. Selama sisa perjalanan ini diabenar-benar harus membuka telinga dan mata sepeka mungkin. Tidak boleh adapergerakan yang terlewat. Tidak boleh ada apapun yang tertinggal dalampengecekan keamanan. Dia memimpin di depan.  Dan.. "berhenti." Naviza membisik pada anggotanya, sekaligus memelankan laju kuda. Naviza memberi isyarat supaya diam dan waspada, satu anggotanya mengangguk paham. Ada pergerakan asing yang dirasakan Naviza disekitarnya. Atmosfer malam yang berbeda, udara terasa lebih pekat dan padat. Tidak banyak tanda, tapi cukup jelas di dengarnya. Sedikit gemerisik di sekitar semak sisi kiri. Naviza tidak menghentikan kuda, hanya memelankan saja semakin lama semakin pelan dan seperti melangkah biasa hingga tak terdengar suara tapal  kudanya. Naviza berhenti disana. Dia berusaha mendengarkan setiap getaran yang ada, sekecil apapun pergerakannya. Anggotanya mengerti isyarat Naviza supaya dia segera kembali ke rombongan dengan cepat, dia melakukannya. Naviza menunggu agak minggir. Ini adalah pancingan supaya mereka keluar. Satu pengawalnya pergi, memacu kuda sangat kencang kembali ke rombongan. Tidak lama setelah itu segerombolan orang keluar dari persembunyian dan memacu kuda mengejar pengawal yang kembali ke rombongan. "perburuan dimulai." Bisik Naviza. Sekali hentakan, sang kuda melaju dengan kecepatan penuh mengejar pengintai yang keluar dari persembunyian.Jaraknya sekarang dengan lokasi rombongan tidak terlalu jauh, sepuluh menit dengan kuda. Dia terus melaju dengan kencang, orang paling belakang dari pengintai terlihat sejauh sepuluh meter di depannya. Naviza melempar satu belati pendek tepat mengenai leher musuh. Satu orang jatuh! Tanpa mengurangi kecepatan, target kedua terlihat, satu belati pendek kembalimenjatuhkan musuh kedua! Naviza terus melaju ke depan, sambil membuat isyarat suara burung hantu dengan tujuan memperingatkan pengawal lain yang berjaga. Sisa tiga orang lagi yang berada di depannya dan masih kencang dengan kuda mereka. satu pengawal yang bersama Naviza tadi segera berbalik arah menyerang musuh di belakangnya. Pedang panjang terhunus dan pertarungan dimulai. Saat Naviza sampai, tiga orang itu sudah mati. Semua pengawal berkumpul mendekat dan melingkari Naviza, mereka keluar dari pos penjagaan. Joe datang paling akhir. "kau yakin hanya ini?" pertanyaan itu ditujuakan pada naviza. Mereka sudah terbiasa menghadapi pengintai-pengintai seperti ini setiap kali hendak bertransaksi, jadi kejadian ini tidak cukup membuat mereka terkejut. Naviza menggeleng ragu. "kupikir tidak hanya ini." jawaban Naviza membuat Joe semakin yakin ada lebih banyak pengintai di depan sana. "nyalakan obornya! Aku ingin tahu siapa mereka." perintah Joe. Joe mendekatkan nyala api ke wajah pengintai yang telah mati itu, dia mencoba mengidentifikasi mereka. siapa yang telah mengirim mereka. "mereka bandit hutan." Cetus Naviza setelah sekilas melihat penampilan pengintai yang tergelepar itu. "benar. wajah lusuh, gigi hitam, kulit kotor, pakaian tidak berkelas,senjata belati melengkung, dan peralatan lain yang khas sekali pencurihutan." Naviza sekali lagi mengamati mereka. dia mengecek saku-saku baju dan semua pernik yang ada dan melekat pada tubuh mereka. beberapa koin perak dan lima keping emas dia temukan dari saku jubah. Diatas koin emas itu terpahat lambang Zakaffa. "ini emas istana. Bagaimana mungkin mereka bisa memilikinya?" pikir Naviza. Sekali lagi dia mengecek jasad mereka. barangkali ada barang lain yang bisa menguatkan hipotesanya sementara ini. jika para bandit ini punya koin emas istana, yang mana sebenarnya koin itu tidak didistribusikan secara luas dimasyarakat, hanya untuk transaksi khusus yang melibatkan kepentingan istana saja,tapi bagaimana mungkin para bandit ini memilikinya? Berarti mereka pernah berhubungan dengan urusan istana. Melihat profesi mereka, bisa dimungkinkan ini hasil curian dari orang-orang yang kebetulan memiliki hubungan dengan istana,kemungkinan kedua adalah mereka mendapatkan langsung setelah bertransaksi untuk urusan istana. Joe mendekati Naviza dan mengambil koin emas itu. dia juga mengenali bahwa itu adalah koin emas yang hanya dipakai oleh istana. "kita lanjutkan perjalanan sesuai plan B!" perintah Joe dengan segera setelah dia melihat koin itu. sebelum dia pergi, dia membisikan alasan padaNaviza, "mereka dikirim istana. Siapkan langkah pengamanan segera." Naviza mengangguk. "aku juga berpikir demikian. Berhati-hatilah." Sesuai plan B, jika sampai ada yang mencurigakan, barang harus dilindungi dan dikelabuhi. Semua pengawal harus mengamankan pedang yang jumlahnya ratusan itu,karena barang adalah bukti terkuat yang ada untuk dijatuhi hukuman, mengingat ini adalah transaksi ilegal. Ratusan pedang tidak bisa terus dibawa, mereka harus diamankan disuatu tempat yang tidak terdeteksi oleh musuh. Lima pengawa lsegera menggali tanah sedikit masuk ke dalam hutan. ֎֎֎֎ Di tempat transaksi, Teratai Merah sudah menunggu. Lokasi transaksi dipilih tempat teraman yang tidak terlalu mencolok. Penginapan yang dipesan khusus olehteratai merah. Seluruh kamar sudah dipesan dan tidak mengizinkan pelanggan laindatang. Barang di parkir di gudang penginapan. Sementara pengawal berpencar dan membaur dengan pengawal dari pihak teratai merah. Hanya Naviza saja yang mendampingi Joe bertemu dengan perwakilan teratai merah untuk melakukan transaksi. Ada ruangan khusus untuk pertemuan di penginapan itu, pihak teratai merah sudah siap disana.  Sekarang pukul 02.00 pagi. Joe duduk di hadapan orang berbadan gemuk dan rambut panjang dari teratai merah. Sementara Naviza berdiri di sisi kanan Joe. Transaksi dimulai. "teratai berduri merah darah." Ucap Joe mengawali percakapan. Itu sebuah sandi untuk memastikan orang yang dihadapannya adalah benar-benar pesuruh teratai merah. "Naga terbang menguasai langit putih." Jawab pria gendut berambut panjang itu.  Mereka saling berbalas sandi perdagangan. Ini salah satu metode untuk memastikan transaksi dilakukan dengan pihak yang benar. setelah sandi terjawab dengan benar, mereka berdua bersalaman. "maaf membuat anda menunggu lama. Ada sedikit hambatan selama perjalanan kami." Joe memulai pembicaraan. Transaksi berjalan sekitar lima belas menit saja. Joe memberitahu kondisi yang terjadi dan kenyataan bahwa barang itu tidak sedang bersama mereka, ada disuatu tempat aman yang terpaksa harus disembunyikan disana. Dalam dua hari kedepan Naga Putih akan mengirim orang untuk memberitahu lokasi barang tersebut disembunyikan. Pihak teratai merah memahami kondisi itu, mereka tidak terlalu mempermasalahkan sebab pencegahan demikian memang wajib dilakukan. Mereka memberikan uang muka pembayaran, dan seperti biasa, pembayaran penuh akan dikirim langsung ke kantor Naga Putih oleh pengawal mereka setelah barang diterima.  Transaksi lancar. Rombongan Naga Putih dipersilahkan bermalam di penginapan tersebut, sementara teratai merah akan kembali ke markas mereka membawa barang bahan pangan pokok yang dibawa Naga Putih. Pengawal akan bergantian berjaga hingga mereka meninggalkan ibukota besok subuh. Naviza tidak mengambil jatah istirahatnya, tapi dia juga tidak berjaga. Dia pergi ke balkon penginapan dan melihat langit malam dari sana. hanya satu jam waktu yang dia miliki untuk istirahat, berikutnya dia harus memacu kuda kembali ke provinsi timur. Semuanya begitu sempurna dalam ketenangan malam, sebelum pada akhirnya Joe datang. "syukurlah malam ini berjalan lancar." Seru Joe. "ya.. " jawab Naviza pelan. "kupikir aku harus kembali lebih dulu, butuh setidaknya tiga jam perjalanan kembali ke provinsi timur.Bolehkah?" Joe mengangguk. "akan kukatakan pada yang lain kau menerima perintah tambahan dariku." "terima kasih.. " jawab Naviza. "kalau begitu istirahatlah sebentar sebelum kau kembali. Aku akan keluar." Naviza mengangguk. Sampai diambang pintu, Joe berbalik lagi dengan tergesa-gesa. "ada apa?" Tanya Naviza. "jika aku tidak salah, besok akan ada event di sekolah. Pertandingan bela diri antar sekolah se-provinsi. Beberapa perwakilan sekolah lain akan datang,jadi kurasa besok sekolah akan sangat ramai. Jadi .. sebenarnya kau tidak perlu terburu-buru, sebab gerbang sekolah tidak akan ditutup hingga malam hari.Maksudku adalah, kau bisa tidak perlu pergi ke sekolah." Seru Joe bersemangat. Lalu dia pergi menghilang dari ambang pintu. "oh benarkah? Berita hebat!" jawab Naviza.  ֎֎֎֎ Lepas dari kabar bahwa besok sekolah akan libur sebenarnya tidak terlalu berpengaruh untuk Naviza. Ada masalah yang lebih besar sedang menantinya, lebih dari masalah terlambat datang ke sekolah. Keterlibatannya dalam urusan negara tidak terelakkan lagi, sekalipun dia telah mencoba sekuat tenaga menghindari itu semua. Tapi arus yang terlalu deras selalu memancingnya terus terlibat. Seolah semua itu semakin menguatkan keyakinannya bahwa jalan terjal yang ia pilih akan semakin mendekatkannya pada Angkasa yang entah berada dimana diasekarang. selalu ada harapan yang akan tetap tumbuh dalam hatinya. Harapan untuk pertemuan itu. Naviza sudah meninggalkan penginapan. Dia berkendara menuju provinsi timur melintasi jalur lain. Rute hutan selatan terlalu panjang dan berisiko untuk ditempuh seorang diri, dia memutuskan mengambil rute timur, dari perbatasan selatan melintasi jalan utama ibukota kemudian langsung mengambil jalan ke gerbang timur menuju provinsi timur. Dia berkendara dengan kecepatan biasa, sebab perkiraan waktu yang dia miliki tidak terlalu mendesak untuk tiba segera dirumah. Jalanan ibukota sangat sepi, beberapa kali dia melewati penjaga keliling ibukota dan satu kompi penjaga malam titik persimpangan jalan utama. Dia memelankan kudanya, sampai di persimpangan utama. Jika dia mengambil jalan kekanan dia akan menuju timur, jika mengambil lurus maka akan terus menuju pusat ibukota dan sampai di komplek istana. Naviza sedikit terkenang jalanan ini, tempat yang selalu ia lintasi setiap pagi menuju sekolah tinggi ilmu pedang, ketika semua kejadian menyedihkan dan luar biasa yang ia lalui belum terjadi. Ketika dia masih menjadi siswa biasa dengan kehidupan yang normal seperti siswalainnya. Sekolah tinggi ilmu pedang ada di sisi kiri persimpangan utamasekarang, lurus menuju ke arah barat. Naviza tersenyum sebentar, semua kejadian indah di masa lalu hanya tertinggal sebagai kenangan yang tak akan pernah kembali berulang. Berapa kali pun dia mencoba dan memohon, kehidupan sederhana dan damai yang ia impikan rasa-rasanya terlalu sulit untuk dicapai. Dia sempat memiliki itu semua, sekalipun hanya sebentar, segalanya terlalu indah untuk dilupakan dan terlalu pahit untuk diingat. Secara tidak sengaja,jalan terjal penuh dengan ancaman kematian yang ia pilih telah mempertemukannya dengan Angkasa, kesempatan merasakan kasih sayang itu pernah ia rasakan. Tapi segalanya lenyap dalam waktu singkat. Bahkan tak sampai ia bisa melihat wajah bayinya, tak sampai ia menjadi seorang ibu. Kenyataan bahwa semua memang harus direlakan untuk pergi, kenyataan bahwa inilah konsekuensi yang harus ia hadapi dalam profesi ini. dia harus tetap tegar dan bersabar. Selalu ada akhir pada setiap perjalanan. Seharusnya ia bangga telah terpilih, mendapatkan kesempatan yang tak semua orang bisa memilikinya. Tapi sekali lagi, semua itu terlalu pahit untuk ia kenang kembali. Naviza memacu kudanya menuju gerbang timur ibukota. Biarlah yang telah terjadi hanya berakhir dengan kenangan dan memori, terlepas apakah itu kenangan yang indah atau buruk, atau bahkan semuanya buruk. Dia segera membebaskan diri dari jerat perasaan yang terlalu besar. Semua harus berakhir saat air mata telah membasahi pipi Naviza, terbang terbawa angin malam, yang tersisa hanya suara tapak kuda memecah heningnya malam, di ibukota, yang penuh dengan kenangan. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD