2. Lamaran dari Noel

1219 Words
Setelah pertemuan pertama itu, kini mereka kembali bertemu di sebuah restoran. Kali ini, Noel sendiri yang mengajak Akira untuk bertemu dan makan malam bersama. Karena lama tidak berjumpa, keduanya perlu melakukan pendekatan lagi. Kedewasaan yang sudah mereka jalani selama berpisah, membuat keduanya terlihat berbeda dari masa-masa SMA. “Kamu kelihatan cantik, Ra,” ucap Noel memuji. “Makasih, lagian kenapa harus dandan sih? bukannya kita cuman makan berdua aja ya?” tanya Akira. “Iya sih, tapi ada hal penting yang mau aku omongin sama kamu, Ra,” jelas Noel kemudian. “Oke, deh. Kita berangkat sekarang nih? Mama lagi sibuk soalnya, gak akan peduli ada kamu di sini, hehehe.” “Oke, yuk!” Mereka masuk ke dalam mobil milik Noel. Lalu … mobil itu melaju menuju sebuah restoran yang sudah Noel pesan secara khusus. Tentu saja di sebuah ruang VIP yang sudah tertata rapid an penuh hiasan bunga juga balon berbentuk hati. Akira merasa sangat senang saat tahu mengenai dekorasi yang sudah Noel siapkan. Ia tidak menyangka jika teman atau mantan yang telah meninggalkannya dulu, sudah sangat berubah. Noel menarik kursi untuk Akira duduk, dan mereka kini menyaksikan seorang pianis memainkan piano dengan ahli. Lantunan musik dari piano itu sangat meneduhkan hati, sampai akhirnya Noel merendahkan posisinya dan meraih tangan Akira. “Ra, aku tahu … aku gak cukup baik buat di jadiin pasangan hidup, tapi … aku mau kamu bisa jadi pasangan hidupku mulai hari ini, karena aku mau hubungan yang dulu pupus, kembali mekar layaknya bunga yang baru. Aku … Noel Roeim Salvino melamarmu untuk jadi pendamping hidupku, menemaniku disetiap suka dan duka. Dan aku berjanji akan menjadikan dirimu yang terakhir, dan untuk selamanya,” ujar Noel. Perkataan Noel cukup membuat Akira meneteskan airmata. Ia tidak menyangka jika sang mantan kekasih akan kembali padanya. penantiannya selama ini berujung bahagia, dan penantiannya tidak sia-sia. Akira meraih tangan Noel dan menyuruh pria itu berdiri. Akira memeluk tubuh tinggi Noel dengan erat seraya berbisik tepat di telinga Noel. “Ya, aku mau … aku mau menjadi seseorang yang akan terus menemanimu,” jawab Akira. Perasaan bahagia itu tengah mereka rasakan, hingga Akira melupakan rasa sakit hati yang selama ini membuat dirinya berpisah dengan Noel. Bahkan, sejak ia datang di Jakarta, Akira tidak pernah sekalipun membahas wanita yang dulu merusak hubungan mereka. “Makasih ya, Ra. Makasih karena kamu masih mau menerima aku.” “Noel, kamu udah bikin penantian aku gak sia-sia selama sepuluh tahun ini,” ujar Akira. “Apa? Jadi … alasan kamu selama ini masih lajang … karena aku?” Akira mengangguk, ia tidak menyangka akan mengakuinya saat ini. Ya, Noel adalah pria yang membuat Akira gagal berpindah hati. Noel juga cinta pertama dan terakhir Akira. Karena hal itu, Akira tidak pernah menerima pria lain selain Noel. Bodoh … memang untuk sebagian orang hal ini terasa seperti seorang yang tidak bisa menjalani hidup dengan baik. Tetapi … Akira yang menjalani kehidupan itu, dia juga yang merasakan rasa sakit itu. Tahu apa orang lain mengenai kehidupan Akira. Setelah itu, mereka kembali melanjutkan kegiatan makan malam. Sampai pada hidangan penutup, sebuah kue dengan potongan kecil kini berada di depan Akira. Wanita itu memang sangat menyukai makanan manis seperti kue dan sejenisnya. Hanya saja, saat Akira mulai memakan kue itu, ada yang aneh. Sesuatu yang keras berada di dalam mulutnya, ia harus mengeluarkannya dan membersihkan benda keras itu dengan tissue. Akira tidak akan menyangka jika Noel bisa se-romantis itu mala mini. “Noel, apa ini?” tanya Akira. “Cincin … suka?” “Sejak kapan kamu jadi romantic?” “Sejak aku mulai jatuh cinta lagi sama kamu.” “Gombal banget sih!” “Hahaha, sini aku pakein.” Noel meraih cincin itu dari tangan Akira, lalu ia menyematkannya pada jari manis Akira. Terlihat indah dan juga masih terdapat sisa dari kue yang Akira makan. Akira tersenyum kecil melihat Noel yang memang sangat berubah dari masa SMA. “Kamu kenapa sih?” tanya Noel. “Nggak … aku kalo inget kamu pas SMA, pasti bawaannya ketawa dan nggak akan percaya,” ucap Akira. “Hmm, emang segila itu aku dulu?” “Iya.” Jawaban Akira membuat Noel lega, karena wanita di hadapannya tidak pernah melupakan dirinya. Setelah kegiatan mereka selesai, Noel kembali mengajak Akira ke sebuah tempat yang dulu pernah mereka datangi. “Taman ini masih ada, astaga … aku pikir kena gusur,” ujar Akira, tidak menyangka dengan yang ia lihat saat ini. “Gimana? Masih mau main sama aku di sini?” tanya Noel. “Ish … aku pake gaun begini, kamu ajakin ke taman.” “Ya udah, aku main sendiri aja,” ujar Noel dengan melonggarkan dasi dan melepaskan jas yang dikenakannya. Akira yang melihat Noel seperti tidak rela jika pria itu bermain sendirian di sana. Akhirnya Akira melepaskan heels yang dikenakannya, lalu ia menenteng heels itu. akira berjalan mendekati Noel yang kini duduk di ayunan. Akira tidak mau kalah, ia juga duduk di ayunan yang ada di samping Noel. Seperti mengenang masa lalu, mereka terlihat begitu bahagia saat ini. Tanpa Akira sadari, Noel menatap pada dirinya dengan tatapan kerinduan. Merasa jika Noel melihatnya, Akira menengok dan tersenyum. “Noel … boleh tanya?” “Apa?” “Selama ini … kamu … pernah melupakan aku nggak?” “Jujur … rasa bersalah it uterus menghantui aku, dan aku nggak pernah bisa lupa sama kamu. Aku bener-bener bersalah saat itu. Aku minta maaf, Ra. Dan mungkin udah terlambat, tapi … aku seneng pas kamu mau terim aku tadi,” ujar Noel. “Kamu pasti tahu … aku nggak akan lupain kamu, dan aku juga nggak akan bisa berhubungan dengan orang baru sebaik kamu. Makannya … aku memilih pergi dan berusaha untuk menahan semua itu sendiri, aku nggak mau Mama dan Papa ikut sedih dengan kesendirian yang aku rasain.” Tanpa ia sadari … Akira meneteskan airmatanya. Ia tidak bisa menahan keharuan yang selama ini ia rasakan. Noel berdiri lalu mendekati Akira … pria itu berdiri di depan Akira lalu memeluknya. Semua memang sudah terjadi, tetapi kali ini Noel akan melakukannya dengan benar. Dan kali ini ia tidak akan lagi menyakiti Akira. “Makasih ya ,Ra. Kamu bertahan cuma buat cowok b******n kayak aku.” Akira menengadahkan kepalanya menatap Noel. “Noel, jangan bilang gitu lagi! Aku bener-bener gak pernah mikir kalo kamu kayak gitu. Kamu tetep Noel yang baik sama aku, dan sayang sama aku. Aku Cuma yakin hal itu selama ini.” “Kamu terlalu baik, Ra.” “Kamu yang selalu melihat kea rah lain di saat aku selalu menatapmu. Udahlah! Yang lalu biarin aja, ngapain juga kita mikirin hal ini.” “Iya, kita mulai cari tanggal ya?” “Ha? Tanggal buat apa?” “Loh … bukannya kita mau nikah?” “Oiya … hehe, becanda Noel … iya-iya, kita nikah ya?” “Dasar … kamu masih aja suka godain aku.” “Hehehe, kamu lucu kalo lagi bloon gitu.” “Hmm, awas ya ….” “Ampun Kakang … .” “Ish, Ra … apaan sih.” Noel menggelitik tubuh Akira hingga ia merasa geli, dan hampir saja Akira terjatuh jika Noel tidak segera menangkapnya. Tubuh mereka terlalu dekat hingga Noel menghapus jarak diantara wajah keduanya. Ciuman pertama itu membuat Noel dan Akira semakin merasa jika mereka memang ditakdirkan untuk bersama.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD