Demam

1171 Words
Rasya seperti biasanya bersama dengan perempuan yang selalu tidur bersamanya. Dia tidak peduli dengan Bianca. Karena memang Bianca yang dia lihat dengan mata kepalanya sendiri sedang merayu Faraz waktu itu. sekalipun sudah bersama dirinya, tapi terlihat jika Bianca itu memang mengejar harta Faraz dan menganggap jika kehidupan dengan Faraz itu begitu menyenangkan. Faraz yang memang tak kekurangan apa pun. Faraz yang memang tak pernah kekurangan dalam hal materi. Pria itu juga selalu menggunakan kendaraan mewahnya. Rasya memiliki asset juga yang dia kelola sendiri. Sekalipun dia mendapatkan lebih sedikit warisan, akan tetapi dia sadar jika kesalahannya itu memang sangat fatal. Tapi, sebagian warisan lagi akan diberikan untuknya ketika dia nanti menikah. Hingga kali ini dia belum menikah juga karena dia merasa belum ada perempuan yang cocok untuk dirinya. Dia tidak suka perempuan keras kepala dan selalu menjajahnya. Dia lebih baik menikah dengan perempuan biasa dan melakukan hal sederhana dibandingkan dengan menikah bersama perempuan seperti Bianca yang hanya bisa menghabiskan uangnya. Sekalipun pernah tidur dengan beberapa wanita, tapi dia menilai wanita mana yang cocok untuk bersama dengan dirinya. Beberapa kali Bianca menghubunginya ketika dia sedang bersama dengan seorang perempuan yang bekerja di salah satu bank swasta. Dia mengenal perempuan itu beda dari yang lainnya. Sekalipun gaji perempuan itu tak sebesar pengeluarannya kepada Bianca. Tapi dia melihat perempuan itu mandiri. Perempuan yang selalu bekerja dengan motornya. Bahkan perempuan itu jujur jika dia memang tak punya mobil. Akan tetapi Rasya justru merasa lebih baik perempuan yang sederhana seperti ini dibandingkan dengan perempuan yang hanya bisa menghabiskan uang. Bukan dia tidak memiliki uang untuk diberikan kepada Bianca. Akan tetapi pengeluaran Bianca memang terbilang tinggi. Sekalipun dia yang pertama menyentuh perempuan itu, tapi untuk menikah. Sepertinya dia memang tak ada niat untuk menikahi perempuan itu. "Yang hubungi kamu siapa?" tanya perempuan bernama Aulia itu. "Papa aku," dia mengelak. Rasya memang tidak mungkin mengatakan jika yang menghubunginya adalah Bianca. Bahkan Bianca datang ke rumahnya. Bianca memang sering menanyakan tentang Faraz dihadapan orang tuanya. Sekalipun Faraz sudah menikah. Empat bulan sudah Faraz tidak pulang dan memilih tinggal di apartemennya. Rasya yang sudah menyuruh Faraz pulang beberapa kali. Tapi Faraz akan pulang namun tidak pernah menginap. Orang tuanya tidak tahu lagi cara memaksa Faraz. Faraz yang pernah mengancam akan menceraikan Nila jika dipaksa pulang lagi. Maka dari itu orang tuanya tidak pernah memaksa lagi dan membiarkan semuanya berjalan apa adanya. Rasya dekat dengan Aulia karena pertemuan mereka berawal dari Rasya yang melihat perempuan itu di kantor kala itu. ketika Faraz sedang mengambil uang dalam jumlah besar, dan waktu itu yang melayaninya adalah Aulia. Terlihat dari tata cara bicara perempuan itu juga yang memang sangat sopan membuat Rasya sedikit lebih semangat dalam bekerja sekarang ketika mendapatkan perempuan seperti Aulia. Mereka berdua memang dekat. Sekalipun Rasya tidak pernah sama sekali menjemput perempuan itu ke rumahnya. Karena setiap kali bertemu, mereka selalu bertemu di luar. Rasya akui jika dia memang sering tidur bersama perempuan lain hanya untuk memuaskan diri. Tapi, jika dengan Aulia, tentu saja dia tidak akan pernah menyentuh perempuan itu. "Bapak nanyain, kapan kamu bakalan datang ke rumah?" tanya Aulia yang membuat Rasya terkejut dengan permintaan Aulia. Mereka dekat sejak satu bulan yang lalu. Ketika itu dia langsung terkejut ketika mendapati pertanyaan itu. jujur saja dia tidak pernah datang mencari perempuan langsung ke rumahnya. Kali ini dia justru ditantang oleh Aulia. "Aku belum siap," "Bapak bilang kalau kita bertemu seperti ini terus di luar. Aku bakalan dijodohin," Rasya memang memberi kode kepada Aulia mengenai kedekatan mereka. Tapi, tidak pernah disangka jika dia disuruh datang ke rumah Aulia. "Kasih aku waktu," "Tapi kapan? Bapak serius mau jodohin aku, Rasya," umurnya bukan muda lagi. Tapi dia memang sangat sulit menemukan perempuan yang begitu baik. "Mau kamu kapan?" "Satu minggu dari sekarang," Mata Rasya melotot ketika dimintai waktu hanya satu minggu," "Satu minggu untuk apa?" "Lamaran dan juga pernikahannya. Kalau kamu memang nggak setuju, aku nggak bisa lanjut lagi hubungan kita, Sya. Aku juga nggak mau digantungin terus sama kamu, aku nggak mau kalau kamu jadikan aku cuman cadangan aja," "Aulia, aku nggak pernah berniat seperti itu," "Kalau kamu nggak niat kayak gitu, aku juga berhak dong pergi dulu dari kamu. Karena Bapak nggak mau ya aku lama-lama pacaran. Kamu juga udah janji mau nikah 'kan? Tapi kapan? Aku nggak mau lama-lama, Rasya," Pria itu langsung mencoba meraih tangan Aulia. Tapi bayangkan saja reaksi Aulia. Sedari awal mereka bertemu. Dia tidak pernah sekadar berjabat tangan dengan Aulia. "Aku pamit, Sya," "Aku antarin," "Nggak usah," "Besok malam aku datang ke rumah kamu. Aku mau ngomong dulu sama orang tua aku," "Aku nggak yakin kamu masih lajang, Rasya. Maka dari itu aku suruh kamu datang ke rumah. Aku nggak mau terus seperti ini. Aku sebagai perempuan tentu saja mau menikah satu kali dalam seumur hidup. Aku suruh kamu yang datang karena aku yakin kalau kamu itu yang terbaik, asal kamu tahu kalau kamu adalah pria pertama yang aku suruh datang," Rasya mengangguk, "Iya. Tunggu aja aku bakalan datang kok," katanya. Ketika itu Aulia langsung pamit kepadanya. Rasya mengikuti perempuan itu dari belakang. Ketika telah tiba, Aulia masuk begitu saja tanpa berbalik sedikitpun. Kali ini dia diberikan pilihan antara pergi atau melanjutkan hubungannya ke jenjang yang lebih serius. Masalah tentang Faraz belum selesai. Justru dia disuruh untuk datang melamar. Mereka resmi dekat satu bulan. Sekalipun mereka kenal sudah lama. Karena dia memberi keyakinan kepada Aulia bahwa dia akan membawa hubungan itu ke jenjang yang lebih serius. Ketika dia pulang dari mengantarkan Aulia ke rumahnya. Dia memijit pelipisnya di ruang tamu karena bagaimana dia harus melamar perempuan itu untuk menjadi istrinya. "Kamu ketemu Faraz?" tanya papanya yang tiba-tiba saja datang. "Nggak, Pa. Pa, Mama mana?" tanya Rasya. "Ada apa kamu nyariin Mama? Mama baru balik dari kamarnya Nila. Dia demam, kasihan," mamanya muncul begitu saja membawa gelas kosong. "Mama baru ngasih dia obat. Tadi sempat dipanggilin dokter," "Suruh pulang si Faraz kenapa sih, Ma? Kasihan loh perutnya udah nampak gitu juga. Nila juga kalau bisa tidurnya di kamar bawah, Ma. Turun naik tangga ya pasti capek, nggak usah disuruh masak lagi, lah," "Udah nggak lagi kok. Dia kan baru pulang dari rumah orang tuanya, tapi tiba-tiba demam gitu. Dia nggak keluar kamar, makanya Mama samperin," "Oh," "Kamu mau ngapain? Berantakan banget tumben," "Ma, Pa, besok lamarin aku perempuan ya," Sontak mamanya langsung menatap papanya. "Jangan bilang kamu hamili anak orang seperti Faraz," tuduh mamanya. "Sumpah demi apa pun enggak, Ma. Justru dia nggak mau pacaran lama-lama. Orang tuanya juga nyuruh segera," "Kamu yakin sama pilihan kamu? Kalau kamu memang yakin, ya udah Papa lamarin buat kamu. Tapi ingat tujuan kamu menikah itu untuk apa. Jangan sampai kamu nanti bosan terus ninggalin," "Enggak, Ma, Pa. aku kali ini serius," "Ya syukur kalau kamu memang niatnya seperti itu. Mama bahagia dengarnya," "Ya udah, besok bisa kan minta dia ke orang tuanya?" "Pastinya. Asal kamu tanggung jawab. Jangan kayak b******n itu," kata papanya. Braaaaaak Ketiga orang itu langsung melihat kearah pintu ketika melihat Faraz pulang dalam keadaan mabuk. "Sialan, dia pulang dalam keadaan mabuk begitu," "Jangan kasih masuk ke kamar! Nanti dia apa-apain istrinya!" larang papanya. Rasya yang langsung menarik Faraz ke kamar lain. Sedangkan mamanya berlari menuju kamar Nila takut jika nanti Faraz memukul atau bahkan melukai Nila di saat perempuan itu tengah sakit. "Lihat saja, kamu nggak bakalan punya apa-apa setelah ini, Faraz," bentak papanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD