DUA

1028 Words
Dito masih tidak percaya dngan apa yang di katakan oleh kakaknya. “Gue gak abis pikir gila Papa nutupin ini semua dari kita” ujar Maira. “Apapun alesannya, Papa salah nutupin dari kita. Kita kan udah jadi bagian dari perusahaan. Apapun yang terjadi ya kita harus tau, baik buruknya” ujar Dito. “Gue penasaran abis sumpah. Papa minjem sama siapa? Pasti temen Papa ini orang kaya juga dong dan perusahaannya juga besar” ujar Maira. “Kemaren gue gak sengaja nguping pas ambil minum dari dapur, Papa lagi ngomong sama temennya yang minjem dia duit itu. Papa mohon supaya di kasih waktu lagi, soalnya perusahaan belum ada pemasukan” ujar Maira. Kakak beradik itu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. “Eh gimana, kita udah nyusun buat rapat kan?” tanya Dito. “Udah, minggu depan kita rapat besar-besaran banget” ujar Maira stress. “Kemaren conference di Malaysia gimana? Lancar?” tanya Maira. “Lancar kok Alhamdulillah” jawab Dito. “Lo gak mikir mau nikah gitu Kak?” tanya Dito tiba-tiba. “Hah? Nikah? Keadaan perusahaan lagi sekarat kek begini lu nanya masih bisa nanya gitu ke gue?” tanya Maira tidak percaya. ”Yaelah kan gue cuman nanya, bukan nyuruh lo buat nikah sekarang, santai aja kali” ujar Dito santai.   “Gak, gue belom kepikiran nikah sih” jawab Maira. “Gatau ah, gue belom mau mikirin nikah dulu.Toh gue juga masih muda.Baru bulan lalu 26. Terus sekarang lo nyuruh gue buat buru-buru nikah?” tanya Maira. “Menurut gue ya Dit, nikah itu gak bisa dasarnya cuman ‘I love you’ lo bayangin aja. Mau makan pake apaan kalo modalnya cuman itu? Mau bayar anak sekolah pake i love you gitu?" tanya Maira dengan nada meremehkan. "Udah banyak contoh di luar sana, perempuan terlalu gampang percaya sama laki-laki.Terlalu gampang kemakan bualan busuk. Gue gamau kayak begitu" ujar Maira.  Dito bisa memahami. Kakaknya itu sangat anti di remehkan. Paling anti bergantung pada pasangan. Sosok wanita tangguh yang pernah ia kenal adalah kakaknya ini. "Tapi lo suka cowok kan?" tanya Dito iseng. Seketika Maira melotot dan melempar bantal sofa ke arah adiknya itu."Ya iyalah gue suka cowok! Gue masih normal gila!"                                                                                                     ***   Maira sudah siap dengan segala kemungkinan buruk yang akan ia terima pada rapat hari ini. Satu per satu kepala cabang restoran keluarganya menjelas alasan tutupnya beberapa cabang mereka. "Bisa saya simpulkan, penyebab tutupnya beberapa cabang karena keuangan dan juga pembeli yang enggan datang karena karyawan yang selalu ceroboh" ujar salah seorang kepala cabang. "Contohnya?" interupsi Maira cepat. "Beberapa karyawan kerjanya ceroboh Bu. Ada yang mencuci piring tidak bersih, pesanan tidak sesuai, bahkan sampai ada binatang kecil yang masuk ke makanan" jawab karyawannya. Maira merinding geli medengarkan penjelasan yang terakhir.  Maira melirik Papa dengan wajah frustasi. Tiba-tiba Maira teringat akan pembicaraan ayahnya dengan seseorang yang bisa ia pastikan teman ayahnya yang meminjamkan uang. "Kalau begitu, selanjutnya akan kita evaluasi lagi" ujar Dito memecahkan lamunannya.     "Papa kenapa keliatannya pusing banget?" tegur Dito saat makan siang. "Aku perhatiin papa gak konsen waktu rapat tadi. Mikirin apaan Pa?" tanya Dito. Ia sudah tidak menahan rasa ingin tahunya tentang siapa yang memberikan Papa pinjaman. Agung menghela napas panjang dan menatap bergantian antara putri sulung dan putra bungsunya itu. "Hutang perusahaan sudah terlalu banyak" ujar Papa. "Jujur, Papa ada pinjam uang dengan salah seorang teman Papa. Dan hutang itu sudah terlalu banyak" ujar Papa sedih.  "Papa sendiri bingung mau menggantinya bagaimana" ujar Agung frustasi. Maira langsung menggenggam tangan ayahnya. "Kemarin dia menghubungi lagi, nanya kapan Papa bisa bayar. Papa gabisa jawab, apalagi kondisi perusahaan lagi begini. Jadi dia menawarkan untuk . . ." ujar Agung menggantung. "Untuk apa?" tanya Maira penasaran. "Untuk join dengan perusahaan dia, dengan begitu bisa dia anggap lunas semua hutang-hutang Papa" ujar Agung.Maira dan Dito tercekat mendengarnya.  Ide gila macam apa itu. Baik Dito dan Maira langsung berspekulasi bahwa perusahaannya memang sedang di incar dan sengaja di ganggu oleh teman ayahnya ini. "Ide gila macam apa Pa? Emangnya sebanyak apa hutangnya sampai dia ngomong kayak gitu? Papa minjem berapa sama dia?" tanya Maira kesal. Perusaahaan yang di bangun Papanya dengan keringat dan air mata ini seenaknya saja main di ambil alih? Oh tidak bisa. "Totalya hampir 1,5 triliun" ujar Agung. Lagi-lagi Maira dan Dito di buat kaget.Beruntung keduanya tidak memiliki riawayat penyakit jantung.JIka tidak, habis sudah. "Papa gak becanda kan?" tanya Dito. Agung menggeleng. "Uang sebanyak itu gimana coba dapetinnya dalam waktu singkat?" keluh Maira. "Ngepet" bisik Dito. Kontan aja Maira memukul kepala Dito cukup kencang, tidak peduli dengan suasana restoran. "Aku mau ketemu dia" ujar Maira tegas. "Ketemu siapa?" tanya Agung dengan kening berkerut. "Ya ketemu temen Papa itu. Pengen liat aku kayak apa tampangnya" ujar Maira. "Kakak!" ujar Dito berusaha meredam emosi Maira."Diem" ujar Maira sambil melotot. "Pokoknya Papa bilangin sama temen Papa itu, aku mau ketemu sama dia. Seminggu ini jadwalku kosong kok, gaada ke luar kota atau yang lainnnya. Atur aja waktunya, mau pas makan siang boleh, makan malam juga boleh" ujar Maira enteng.  Agung mencoba menebak apa yang akan di lakukan putrinya berikutnya. "Gausah ngeliatin aku kayak gitu dong Pa, santai aja" ujar Maira tanpa menoleh ke arah Agung. Benar-benar tidak bisa di tebak. "Lo mau ngapain sih? Jangan cari penyakit deh" ujar Dito. "Siapa juga yang cari penyakit? Justru gue mau cari tau sumber penyakitnya itu gimana" ujar Maira sambil tersenyum sinis. "Udah diem, makan aja sana" tambah Maira sedikit ketus.  Dito hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.                                                                                               *** "Lo punya rencana apaan sih?" tanya Dito tidak percaya dengan rencana Maira. "Gue gak punya rencana apa-apa! Gue cuman pengen tau siapa yang udah minjem bokap uang segitu banyak dan pengen tau motifnya apaan!" ujar Maira. "Menurut lu aja ya, temen Papa minjemin duit segitu banyak kalo gak ada maksud! Pasti ada udang di balik batu" ujar Maira kukuh. "Coba lo pikir baik-baik deh ya" ujar Maira lagi sambil berkacak pinggang. "Dari awal gue udah curiga pas Papa ngomong alternatifnya adalah perusahaan kita merge sama perusahaan temen Papa itu" tambah Maira. Dito terdiam sambil berusaha mencerna dengan jernih ucapan kakaknya itu.  "Iya juga sih ya kalo di pikir-pikir. PAsti ada maksud tertentu, apalagi sampe bantuin banget. It's not a small value" ujar Dito
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD