46. Dunia Sempit

1758 Words
Gadis itu baru saja turun dari sebuah mobil. Di tangannya dia terlihat membawa sebuah buket bunga mawar merah yang baru saja dibelinya beberapa waktu lalu saat perjalanan menuju tempat pemakaman umum itu. Sheryl menghampiri salah satu makam di sana dan langsung berjongkok di samping batu nisan bertuliskan Karan Sabintang tersebut. Ini baru pertama kalinya Sheryl mengunjungi makam Karan semenjak laki-laki itu meninggal beberapa bulan lalu. Gadis itu meletakkan buket bunga yang dia bawa tepat ke atas nisan itu. Tak lama, ada setetes air yang jatuh meluruh begitu saja membasahi pipinya. Namun, Sheryl tak menyadarinya. Dia menatap kosong ke arah makam Karan tersebut. Sheryl menangis. Dia ikut merasa bersalah ketika mengetahui kalau kematian Karan disebabkan oleh ibunya. Maka dari itu, dia ingin meminta maaf pada Karan atas kesalahan ibunya. "Selama ini gue naruh rasa ke lo. Tapi, rupanya orang yang lo sukai itu Dara." Kata Sheryl dan masih tak berhenti menitikkan air mata. "Gue gak pernah nyangka, karena perasaan gue ke lo yang tak terbalaskan itu bisa mendatangkan malapetaka buat lo. Gue pengen minta maaf meskipun terlambat. Gue minta maaf atas kesalahan ibu gue yang bikin lo sampe celaka kayak gini." Sheryl kini menangis semakin deras tanpa suara. Beruntung, di pemakaman itu hanya ada dia seorang sehingga tidak ada orang lain yang dapat memergokinya tengah menangis di sana. "Gue selalu kalah dari Dara. Harusnya gue sadar. Gue terlalu egois karena selalu mau menang sendiri dengan cara apa pun. Termasuk buat dapetin lo. Gue yang lebih dulu suka sama lo tapi gue gak dapet apa-apa. Sementara Dara yang diam aja malah dengan mudahnya dia dideketin sama lo. Gue cemburu." Sheryl mengusap nisan hitam itu dengan tatapan teduhnya. "Andai gue bisa lebih dulu ngungkapin perasaan gue ke lo. Andai aja gue gak punya rasa benci sebesar itu sama Dara. Lo pasti masih hidup sampe sekarang. Gue mau liat lo lagi. Gue mau lo hadir lagi dalam hidup gue, meskipun hati lo buat orang lain dan bukan gue." Sheryl mengusap air matanya dengan punggung tangan. Entah kenapa, dia malah semakin menangis dan tak dapat mengendalikan air matanya. "Gue mohon maafin ibu gue. Dia udah tanggung semua kesalahannya. Meskipun dengan dipenjaranya ibu gue selama 8,5 tahun, itu gak bakal bikin lo balik lagi ke dunia. Gimana caranya gue bilang ke lo supaya lo mau maafin dia? Gue juga capek sama hidup gue. Gue udah gak punya siapa-siapa lagi sekarang. Ibu gue ada di penjara sekarang. Gue bahkan gak yakin di sekolah masih ada orang yang mau temenan lagi sama gue setelah mereka tau kalo ibu gue adalah seorang pembunuh. Mereka pasti bakal ngejauhin gue. Apa menurut lo itu adalah karma? Kalo menurut gue jawabannya iya. Gue merasa Tuhan udah memutar balikkan keadaan. Di mana dulu gue menghasut semua orang buat ngejauhin Dara dan bikin dia menderita. Dan sekarang, gue dapet balasannya. Gue yang menderita di sini. Gue udah kehilangan semuanya. Orang tua bahkan teman sekalipun. Gak ada yang mau sama gue lagi. Ini semua karma atas kesalahan gue." Saat itu juga, Sheryl seolah merasakan Karan ada di sampingnya. *** Saka dan Kisa sama-sama kaget mendengar salah satu dari sahabat mereka, yaitu Kasa, rupanya ikut terlibat dalam masalah besar-besaran yang melibatkan Renita, Akriel, Dara dan yang lainnya. Mereka cukup terkejut apalagi ketika disebutkan kalau Kasa adalah adik kandung Karan. Demi apa pun, Kisa maupun Saka baru mengetahui kalau Kasa punya seorang kakak laki-laki. Lagipula Kasa tidak pernah menceritakan soal keluarganya pada siapa pun termasuk Saka dan Kisa jadi wajar kalau mereka baru tahu soal anggota keluarga cewek itu. "Masalah ini akhirnya kelar juga, kan? Atau bakal ada sequelnya barangkali." Saka tiba-tiba bertanya pada Kisa di kantin siang itu. Mereka berdua tengah makan siang. Kisa berdecak. "Mana gue tau. Mungkin iya soalnya Renita kan udah dipenjara. Jadi, masalah ini udah selesai." "Kayak di film-film aja deh masalah di sekolah kita tuh. Iya gak sih? Drama pake banget," kata Saka dan Kisa hanya mendelik mendengarnya. Tapi, ada benarnya sih. Masalah yang terjadi baru-baru ini mungkin bisa dibilang mengalahkan alur persinetronan. Apalagi terdapat kasus bunuh membunuh yang bikin Kisa ngeri ketika mendengar cerita dari teman-temannya yang menyebutkan kalau Renita telah menghabisi Karan dan Fany. "Saka, gue mau ngomong sesuatu, tapi kayaknya lo bakal jadi orang pertama yang gue kasih tahu." Kisa tiba-tiba berkata dan membuat Saka menoleh penasaran. "Ngasih tahu apa?" Saka bertanya. "Gue mau pulang ke rumah besok lusa." Ucapan Kisa membuat saka tersedak seketika. "Kenapa? Lo gak niat buat pindah sekolah, kan? Lo mau berencana mau ngambil waktu libur? Tapi, lo bakal kembali sekolah di sini lagi kan kalo lo udah selesai sama masa libur lo minggu depan?" Kisa malah mengedikkan bahu. "Gue gak tau. Kita liat aja nantinya gimana. Gue bakal lanjut sekolah atau nggak gue juga belum mutusin soal itu." Saka menghentikan acara makannya. Dia tampak agak sewot ketika Kisa berniat ingin berhenti bersekolah di sini. Bagaimanapun tentu saja Saka tidak rela. Kisa adalah sahabatnya begitu pun dengan Kasa. Saka tidak rela kalau harus kehilangan satu atau dua dari mereka. "Lo kenapa sih? Kenapa lo tiba-tiba berpikir kayak gitu? Lo baik-baik aja, kan?" "Jangan tanya gue baik-baik aja atau nggak." "Terus? Tolong lo bilang kalo lo gak berniat buat pindah sekolah atau bahkan berhenti sekolah. Lo kenapa?" "Gue gak bisa ceritain alasannya." "Kenapa?" "Karena lo gak akan ngerti." Saka mendelik seketika. Dia mencoba menahan kekesalannya. "Berapa lama lo bakal ngambil libur?" "Sekitar dua minggu atau mungkin lebih, bisa juga sampe selamanya." "Kisa!" Saka baru saja membentak. "Maaf. Tapi, gue udah mikirin ini dari lama. Gue mau pulang. Gue sebetulnya betah berada di sini. Bisa main sama lo atau Kasa serta sama Si Mermaid. Gue cuma pamit sebentar." "Apa lo bisa jamin kalo kepergian lo itu cuma sebentar?" Kisa tersenyum tipis. "Sebetulnya nggak. Kalo gitu gue cuma pamit aja. Doain ya." Saka menghela napas. "Gue minta doanya ke mana? Gue Hamba Allah, sedangkan lo Anak Bapa." Kisa terkekeh mendengar perkataan Saka barusan. "Lo berdoa ke Tuhan lo. Gue berdoa ke Tuhan gue." Saka berdecak. "Iya. Nanti gue doain lo." "Nah, gitu dong." Kisa sumringah lagi. Saka masih agak kesal sebetulnya. Tapi, dia terpaksa harus menerima apa keputusan Kisa bagaimanapun itu. "Lo masih belum dapat kabar apa pun dari Rangga?" Pertanyaan Saka barusan berhasil membuat Kisa tersentak entah kenapa. Rasanya seluruh badannya mendadak kaku dan tidak bisa digerakkan sedikit pun. "Ngapain lo nanya dia lagi?" "Emang kenapa? Ada yang salah? Dia jarang keliatan kagi sekarang dan tiba-tiba ngilang gitu aja. Dia sama sekali gak ngabarin sedikit pun ke lo?" Kisa mendengkus. "Gak." Saka ber-oh saja. "Oh, iya. Gue juga mau kasih tau lo sesuatu." Kisa mengernyit penasaran sambil memakan makanannya. "Apaan?" "Lo masih inget gak soal Si Dewi Aphrodite itu? Gue belum ceritain ke lo soalnya pas gue diajak sama dia makan di warung pecel lele." "Makan di warung pecel lele?" Kisa semakin mengernyit. "Iya, aneh banget ya padahal gue sama dia baru kenal sebentar tapi dia udah minta ditemenin sama gue makan pecel lele. Katanya sih dia baru pertama kali makan di warung lesehan kayak gitu." "Serius? Siapa namanya?" "Lo serius mau tau siapa dia?" "Serius-lah. Udah ngebet banget gue dari dulu mau tau siapa Si Dewi Aphrodite yang sebenernya." Saka tersenyum sebelum menjawabnya dan Kisa luar biasa penasaran saat itu. "Namanya Liura Kiehl, cewek blasteran Amerika-Indonesia." Mendengarnya, otak Kisa lemot seketika. Entah kenapa dia tidak bisa langsung mencerna perkataan Saka dan malah bengong selama beberapa detik. Dan setelah tersadar, akhirnya Kisa baru ngeh. Cewek itu luar biasa melotot dan ingin menghajar Saka sekarang juga. Jadi, sosok Si Dewi Aphrodite itu adalah Liura Kiehl? Pantas saja Kisa merasa tidak asing. "Liura Kiehl maksud lo?! Lo beneran suka sama Si Liura Kiehl?!" Kisa melotot, tangannya sambil berkacak pinggang dan suaranya sangat lantang sampai semua orang melirik ke arah mereka. Saka malah kebingungan kenapa Kisa tiba-tiba memarahinya seperti itu. "Lo kenapa?" Saka ketakutan sekarang. "Lo jangan sampe beneran suka sama Si Liura Kiehl itu." Saka mengernyitkan dahi. "Emang kenapa sih? Ada apa sama dia?" Kisa menepok jidatnya. "Gak boleh! Dia itu pacarnya Rangga!" Kisa luar biasa terkejut ketika tahu sosok Si Dewi Aphrodite selama ini adalah Liura Kiehl. Ke mana saja Kisa selama ini sampai baru tahu bahwa gadis yang tengah didekati Saka adalah Liura? Sebelum dia pulang ke rumah, Kisa harus bisa mencegah Saka untuk menjauhi Liura. Semenjak Pak Bondan mengatakan pada Kisa kalau Rangga datang ke sekolah ini hanya untuk memata-matai seseorang saja. Dari sana Kisa menyimpulkan kalau Rangga maupun Liura bukan orang yang patut didekati karena kehadiran mereka di sini sedikit mencurigakan. Kisa jadi takut kalau Saka pun cuma akan dimanfaatkan oleh Liura persis seperti Kisa yang merasa dimanfaatkan oleh Rangga karena tujuan misteriusnya. Saka pun sama tak kalah terkejutnya dari Kisa. Mereka seperti ada di sebuah dunia yang sangat sempit sampai-sampai mereka tidak tahu saling dibodohi oleh orang yang satu merk. Kisa dengan Rangga, dan Saka dengan Liura. Apakah dunia memang tidak seluas yang dikira? "Pokoknya lo jauhin Liura sekarang juga. Lo gak boleh deket sama dia lagi. Liura atau Rangga bukan jenis orang yang harus lo deketin. Identitas mereka gak jelas." Kisa berucap dengan lantang. "Gue udah gak berhubungan sama dia lagi sekarang. Liura udah balik ke Amerika dan dia juga gak bakal balik ke Indonesia lagi." Kisa memijit pelipisnya. "Bagus kalo gitu. Jangan berhubungan atau berkomunikasi sama dia lagi." "Jadi, Liura sama Rangga tuh se-merk? Pantesan aja gak asing tiba-tiba ada orang kaya yang datang ke sekolah kita. Tapi kenapa lo bisa menyimpulkan kalo Rangga dan Liura itu gak bokeh dideketin?" Saka bertanya. "Gue juga dapet kabar ini dari Pak Bondan kalo Rangga datang ke sekolah ini cuma sebagai mata-mata. Gue gak tau dia mata-mata-in siapa selama ini. Dan selama Rangga deket sama gue, gue ngerasa dia cuma manfaatin gue buat tujuannya mata-mata-in orang itu." Jelas Kisa. "Pokoknya jangan sampe terjerumus sama mereka. Harusnya lo juga sadar kenapa Liura yang latar belakangnya adalah orang kaya sama kayak Rangga tiba-tiba ngedektin lo dan secara anehnya ngajakin lo makan dan segala macem. Apalagi hilangnya mereka secara tiba-tiba dan barengan bikin gue makin yakin kalo mereka itu beneran bukan orang biasa. Mereka cuma datang karena sebuah misi." Saka menghela napas. "Lo bener sih. Gue harus lebih waspada sekarang. Harusnya gue agak curiga kenapa orang semodelan Liura yang punya wajah kayak Dewi Yunani sama punya harta yang bergelimang bisa-bisanya mau temenan sama gue." "Yaudah, kita sama-sama sadar sekarang." Final Kisa. "Kita sama-sama korban di sini. Lo jangan suka sama Liura lagi, oke?" "Oke." Kata Saka sambil berdecak. "Tapi, lo juga harus janji jangan suka sama Si Rangga." "Siapa juga yang suka? Gue nggak kali." Kata Kisa namun rasanya cewek itu mengucapkannya dengan setengah hati.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD