Bab 3 Adam Darmawan

1059 Words
Reiki saat itu hanya menundukkan kepalanya saja, ketika ia melihat papanya seolah tidak peduli dengan kepulangannya saat itu. Namun lelaki itu jelas tidak bisa kemana-mana lagi karena tidak memiliki alasan untuk kabur dari rumah lagi. "Kalian makan saja, papa masuk kekamar duluan." Ucap papa Re yang terlihat sangat lesu dengan wajah yang teramat payah. Sebelum papanya melangkah jauh, Re sudah beranjak dari tempat duduknya terlebih dahulu. "Disini yang harusnya pergi itu Re pah, papa disini saja dengan mama, sepertinya kepulangan Re kali ini tidak membuat papa bahagia sama sekali." Ucap Re yang membuat kedua orang tuanya terkejut. Dan ketika papa Re mendengarnya, lelaki itu pun langsung berbalik dan menatap kearah sang putra dan istrinya disana. "Apa kamu bilang? tidak suka? hah...kamu bisa lihat tidak? anak papa satu-satunya itu cuma kamu...hanya kamu Re, dan harusnya kamu bisa tahu...papa bekerja dari pagi hingga malam begini, sampai sepayah ini...siapa yang kelak menggatikan? harusnya kamu sudah tahu...kamu nggak bisa milih jurusan kuliah sesuka hatimu sendiri selain bisnis." Ucap papa Re yang makin naik amarahnya, karena saat itu ia merasa sedang banyak masalah di perusahaannya sedangkan putranya tidak mengerti masalah kerjaan. "Iya pah, aku salah...salahkan saja aku terus...dan terimakasih banyak..." ucap Reiki saat itu, sembari pergi meninggalkan kedua orang tuanya disana, lelaki itu lalu menaiki anak tangga dan menuju ke kamarnya yang ada di lantai dua rumah tersebut. Re segera masuk kedalam kamarnya dan mengunci rapat-rapat pintu kamarnya tersebut. Re segera membanting tubuhnya diatas pembaringan, saat itu Re memang tengah membenarkan perkataan papanya, namun lelaki itu juga menyukai hobinya yang ia tekuni sebagai Arsitek. Meski baru beberapa jasanya di pakai oleh salah satu mall dan juga beberapa tempat perumahan, namun semua itu tidak bisa membantu dibidang bisnis perusahaan papanya. Hingga tepat pukul sebelas malam saat itu, Re memutuskan untuk pergi dari rumah. Lelaki itu sudah membawa semua yang mungkin ia butuhkan. Re keluar dari kamarnya dengan cara mengendap-endap dan menuruni anak tangga dengan menjinjing koper bajunya disana. Lelaki itu pun segera keluar dari rumahnya. Meski ia hanya punya beberapa teman di Kota, namun tidak banyak yang akrab dengannya. Hanya ada satu lelaki yang pernah mengajaknya main ke rumah saat ia berada di sekolah menengah atas dulu. Ia putuskan saat itu pergi kerumah temannya itu. Dengan menyeret koper tersebut. Re pergi meninggalkan rumah, bertepatan saat pak satpam rumahnya tengah berkeliling, Re berhasil keluar dari rumah tersebut tanpa diketahui oleh pak satpam penjaga. Re menyeret koper yang dibawanya menuju ke taman, disana Re menyelonjorkan jedua kakinya yang ia rasa kaku karena sudah berjalan cukup jauh dari rumahnya. Terlihat lelaki itu tengah memesan taksi online disana, sembari menunggu taksi itu datang, Re hanya memainkan ponselnya saja. Sampai...terlihat seorang lelaki dengan jaket hitam, topi hitam, dan juga celana hitam, berlari membawa satu tas tangan yang di peluk di dadanya, lelaki itu tengah berlari menuju ke arahnya. Dan terlihat pula dua orang lelaki dengan sesekali berteriak tengah mengejar lelaki dengan pakaian serba hitam itu. Sontak Re pun menyimpulkan bahwa lelaki dengan pakaian hitam tersebut adalah seorang penjahat yang tengah kedua orang itu kejar. "Hari gini masih saja ada pencuri!" gerutu Re saat itu, lalu sengaja Re mengulurkan satu kakinya kedepan. "Bugh." Orang itu terjatuh karena tersandung oleh kaki yang sengaja Re pasang disana. "Hei...pencuri...kembalikan apa yang bukan punya kamu." Ucap Re saat itu, sembari meringkus orang tersebut dan menahannya disana. Kedua orang yang tengah berlari mengejarpun begitu lega saat mengetahui pencuri berkas bosnya sudah tertangkap. "Wah...terimakasih." Ucap kedua orang tersebut sembari memberi hormat dan mengambil alih ringkusan tangan Re pada pencuri tersebut. Hingga beberapa saat, datanglah seorang bapak-bapak, terlihat ia sangat familiar, dan begitu berwibawa datang kearah ke empatnya. "Syukurlah berkasnya selamat..." ucap orang tersebut yang lalu menerima tas yang Re bawa dari orang yang tadi Re jatuhkan. "Makasih ya nak atas bantuannya, didalam tas ini memang tidak ada uang banyak, namun yang paling berarti disini adalah berkas-berkas dari mitra bisnis bapak." Ucap lelaki tersebut pada Reiki. "Oh iya pak, saya hanya kebetulan mengulurkan kaki saja tadi." Ucap Re dengan merendahnya. "Tolong serahkan pada yang berwajib agar di adili." Ucap bapak tersebut pada kedu orang disana. "Lalu bapak?" ucap salah seorang disana. Yang khawatir jika bosnya kena begal lagi. "Saya tunggu kalian disini saja dengan anak muda ini." Ucap bapak tersebut yang lalu di laksanakan oleh kedua orang disana tanpa bantahan lagi. Terlihat kedua bawahan bapak tersebut pergi sembari membawa serta orang yang tadi tertangkap. Hingga terlihat ketiga orang itu pergi dari pandangan mata keduanya. Si bapak lalu turut duduk disa, disamping tas dan koper yang Re bawa. "Kenalin nama saya Adam Darmawan, nama anak muda ini siapa ya? dan malam-malam begini mau kemana membawa koper pakaian begini?" tanya pak Darmawan tersebut sembari mengulurkan satu tangannya agar Re jabat tangannya. "Saya Reiki pak..." ucap Re sembari langsung menyambut uluran tangan lelaki itu dengan antusiasnya. "Saya sedang mencari tempat tinggal pak, rencananya mau ke rumah teman saya yang berada di pinggiran Kota sana, itu juga kalau masih ada, dan belum pindah, soalnya...kita sudah empat tahun tidak bertemu, saya hanya mengira-ngira saja." Ucap Re dengan ceritanya, dan saat itu si bapak terlihat manggut-manggut mengerti. Terpercik sedikit rasa penasaran dihati bapak tersebut saat tadi sempat melihat aksi lelaki disampingnya itu meringkus pencuri. "Nak Reiki bisa bela diri tidak?" tanya bapak tersebut. Dan Re jelas tahu jika dirinya bisa bela diri, karena memang selain kuliah yang ditekuni, Re juga mengikuti kelas bela diri. "Mungkin bapak bisa melihat ini dan percaya tanpa saya bicara." Ucap Re yang lalu membuka tasnya dan mengeluarkan beberapa piagam penghargaan bela diri di salah satu sasana yang Re ikuti. Terlihat pak Adam begitu terkejut saat itu, karena piagam penghargaan itu tidak hanya ada satu, melainkan ada tiga disana. "Akh...mungkin kita berjodoh nak, maukah kamu tinggal di tempat bapak, dan ikut bapak menjadi orang bapak?" tanya pak Darmawan pada lelaki itu. Tanpa pikir panjang, Re pun mengangguk menyetujuinya. "Anak bodoh kamu Re, kamu punya orang tua yang berada, tapi kamu memilih jalan hidup kamu sendiri, yang kedepannya tidak tahu harus bermuara dimana." Ucap dalam hati Re saat itu dengan umpatannya. Dan Re hanya bisa mengikuti arus yang terjadi dalam hidupnya. Lelaki itu terbiasa sengsara di luar Negeri, dan ia tidak kaget dengan hidup yang ia jalani saat itu. Meski ia sangat menyayangi kedua orang tuanya, apa lagi mamanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD