Mata ayah Malakor yang sebesar danau menatap mereka dengan amarah yang membara, asap tipis mengepul dari lubang hidungnya – fussh... fussh. Raungannya mengguncang seluruh kawah gunung berapi – ROOOOAAAAARRR! – membuat batu-batu kecil berjatuhan dari dinding-dinding terjal. "Siapa yang berani menginjakkan kaki di wilayah pribadiku dan mengganggu tidur siang abadiku?!" geramnya, suaranya seperti gemuruh gunung yang hendak meletus. Namun, sebelum amarah naga purba itu sempat memuncak, kembaran Senja melompat turun dari retakan dimensi dengan tawa dingin yang menusuk – kikikiki. Ia mendarat dengan ringan di atas bebatuan panas, matanya yang berkilat ungu tertuju pada mereka dengan kemenangan yang mengerikan. "Kejutan! Kalian pikir bisa bersembunyi dari kegelapan di sarang naga tua ini? Sung

