Bapak

241 Words
"Semua yang pernah hilang atau diambil dengan cara tak terduga, perlahan-lahan akan terlupakan seiring berjalannya waktu." Atau setidaknya, itulah yang dulu pernah Bapak katakan kepadaku saat kanak-kanak. Saat itu, aku tidak mengerti apa maksud dari ucapan Bapak. Yang kuingat hanyalah langit sore berwarna jingga dan garis wajah Bapak yang terlihat tegas. Ah, dan juga tangan besarnya yang sesekali mengusap puncak kepalaku. Aku menyesal mengapa aku tidak membiarkan tangan hangatnya itu untuk singgah di kepalaku lebih lama lagi. Aku hanya menganggukkan kepala sebagai respons. Setelah itu kami duduk berdekatan dalam diam, asyik mengamati langit jingga yang lambat laun berubah menjadi gelap. Kupikir hal yang biasa kami lakukan di sore hari itu hanya akan menjadi memori sepintas lalu saja. Beranjak dewasa, aku yang kadang-kadang suka menelusuri memori di masa kecil, jadi teringat beberapa kalimat yang dulu pernah Bapak sampaikan. Salah satunya, ya itu. "Semua yang pernah hilang atau diambil dengan cara tak terduga, perlahan-lahan akan terlupakan seiring berjalannya waktu." Tidak seperti dulu, kini aku mengernyitkan kening sebagai respons saat teringat kalimat Bapak dulu. Rasa tak percaya mulai menjalar di tubuhku. Pandanganku mengabur melihat tubuh Bapak diam kaku di depanku. Tidak adil. Aku baru saja mendapat pekerjaanku dan baru saja menerima gaji pertamaku, tetapi Bapak sudah pergi lebih dulu? Tidak adil. Aku belum sempat melakukan apa-apa untuknya. Kenapa Bapak pergi secepat ini? Bapak, Apa aku akan melupakanmu? Aku tidak mau melupakan Bapak. Bapak, Aku akan berusaha sekuat tenaga agar waktu tidak mengikis memoriku tentangmu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD