***
Sunyi dan remang, meski hari sudah siang di luar jendela. Ranjang itu masih dihuni. Seseorang terlelap di dalam selimutnya yang hangat. Jam digital bahkan sudah berbunyi sejak dua jam lalu, tapi dia abaikan seolah tak mendengar dering berisiknya.
Sebuah ponsel di nakas tiba-tiba bersuara dengan ringtone normal. Suaranya mungkin tidak sekeras dering jam weker. Namun, berhasil membuat satu tangan sosok itu terulur keluar dari selimut, dan menggapai gawai miliknya. Tanpa melihat layar, gadis itu asal mendial tombol hijau dengan setengah sadar. "Moshi-moshi? Nami-desu," bukanya dengan suara lesu nan serak.
Kekehan kecil terdengar renyah, bak mengalir lembut ke rongga rungunya. Yang membuat otak Nami, nama gadis itu, seketika mengenali suara berat orang itu. "Kau baru bangun tidur huh? Aku sedang dalam perjalanan ke rumahmu." Mendengar itu Nami langsung terbelalak dan bangun dengan rambut acak-acakan. "Tunggu dulu, kapan kau ada janji ke rumahku sepagi ini, Takashi?" kaget Nami seraya memutar memori di otaknya, barang kali dia melupakan janji temu dengan pria bernama Takashi.
"Sepagi ini? Apa kau sudah melihat jam, sayang?" Bibir Takashi tersenyum geli.
Sontak saja Nami turun dari tempat tidur dan mengambil jam weker yang entah sejak kapan sudah tergeletak di lantai. Pukul setengah sepuluh jam itu tunjukkan. Yang itu artinya hari sudah siang, sementara dirinya baru saja terbangun. Astaga, Nami telah tertidur sangat lelap rupanya.
"Dalam tiga puluh menit lagi aku akan sampai di rumahmu," lanjut Takashi sebelum menutup sambungan, dan membuat Nami terlonjak. Bagaimana bisa seorang wanita dapat berpenampilan rapi hanya dalam waktu setengah jam. Bahkan dia belum mandi! Nami terburu-buru saat menyerbu kamar mandinya.
***
Apa kau tahu ghoul? Ya, makhluk pemakan organ manusia itu keberadaannya sangat meresahkan manusia. Mereka adalah predator yang unik seperti bunglon: menyamar sebagai manusia, berbaur dan hidup seperti manusia tanpa tahu bahwa mereka mengincar manusia untuk dijadikan makanan.
Karena mereka makhluk yang dinilai berbahaya, mengancam keamanan manusia, pihak pemerintah bergerak cepat dengan membentuk pasukan khusus untuk mengurusi ghoul. Pasukan itu dinamai Kesatria Putih. Terdiri dari orang-orang terpilih dan bertekad kuat dengan ancaman kehilangan nyawa lebih tinggi di medan perang. Ingin dengar sejarah ghoul yang hidup bersembunyi kini bisa diketahui manusia modern?
Baiklah, semua berawal dari Pulau Berdarah. Berdasarkan informasi dari ghoul yang berhasil Kesatria Putih tahan, para ghoul hidup di suatu pulau yang dikelilingi gerbang dunia lain. Gerbang yang memisahkan dunia ghoul dan manusia. Dijaga ketat oleh ghoul yang bertugas. Hanya para ghoul bangsawan yang dapat keluar masuk pulau itu cuma untuk mencari buruan tanpa meninggalkan jejak. Sementara ghoul biasa mendapat makanan gratis dari ghoul bangsawan setempat.
Sejauh itu belum ada satu manusia pun yang menemukan pulau mereka, sebelum suatu hari gerbang itu rusak berat akibat pertarungan dua ghoul bangsawan. Entah ini fakta atau fiksi yang dibuat-buat ghoul, dua ghoul itu adalah kakak beradik yang bertarung tanpa peduli jika mati. Rumor beredar kalau sang adik bersikeras pergi ke dunia manusia, dan membuat kekacauan di sana karena dendam, kekasihnya dikabarnya tewas di dunia manusia. Sedangkan sang kakak menahan adiknya sekuat tenaga. Mereka mengerahkan segenap kekuatan yang tak terbayangkan.
Setelah gerbang dunia lain itu meluruh dan hilang, para ghoul sedikit demi sedikit mulai memisahkan diri ke luar pulau. Menjalani hidup dengan memangsa manusia sendiri, secara langsung, tanpa harus menunggu pemberian dari ghoul bangsawan. Mayoritas dari mereka adalah ghoul yang penasaran akan dunia manusia. Rupanya, dunia manusia semenarik dan secanggih ini daripada tempat mereka tinggal dulu. Akhirnya mereka memilih bermukim bersama manusia dengan menyembunyikan identitas mereka. Sampai saat ini.
Seperti itulah singkatnya asal usul ghoul yang pernah k****a dalam buku tentang ghoul. Sebuah informasi yang tidak disebarluaskan, dan hanya pihak Kesatria Putih yang mengetahui semua itu. Sebelum terjun di medan perang, mereka terlebih dulu mempelajari teori dan melatih fisik mereka sampai benar-benar matang. Latihan yang berat sama seperti latihan menjadi tentara. Baik pria maupun wanita, semua anggota Kesatria Putih diperlakukan rata.
Nami Yoshitsune nama lengkapku, adalah seorang wanita yang tinggal sendiri di apartemen sederhana pinggir kota. Mungkin aku salah satu orang yang tertarik pada ghoul. Karena kekuatan mereka yang nyaris di luar nalar manusia, membawaku pada jalan berbahaya.
Sebuah janji dengan Takashi tak sengaja terlupakan ketika lelah mendera tubuh sehingga membuatku tidur sangat lama semalaman, berkat pertarungan di medan perang melawan satu ghoul level S. Kini, aku telah siap dengan penampilan kasual yang feminin saat berjalan di lobi gedung. Begitu pintu lobi di buka, sesosok punggung tegap dengan kedua tangan di dalam saku, sudah berdiri menungguku. Sosok pria itu mengenakan coat hitam dan celana jeans hitam yang membentuk kaki jenjangnya. Kemudian pria itu berbalik, dan segaris senyum manis menyambut keberadaanku. Aku mengenalnya.
"Maaf aku lumayan lama. Apa kau sudah menunggu lama?" tanyaku. Takashi mengangkat tangan kirinya untuk mengecek jam tangan. "Kurasa baru dua menit aku di sini," pungkas pria itu kemudian. "Tapi tidak masalah jika yang kutunggu adalah dirimu." Kalimat kelanjutannya membuat aku mengerucutkan bibir. "Apakah itu pujian atau teguran untukku?" ujarku.
Takashi tergelak. Wajah tawanya mampu membius mataku untuk terus mengagumi pria ini. "Tentu saja itu pujian. Hanya untuk kekasihku tercinta, aku rela menunggu lama asalkan kau kembali kepadaku." Takashi itu pria b***k cinta. Kata-katanya memang terdengar seperti bualan kaum buaya, akan tetapi entah itu dusta atau tulus, aku tetap menyukai pria ini. Karena aku selalu dibuat jatuh cinta lagi dan lagi olehnya.
"Sekarang kita akan pergi ke mana?" kataku seraya menatap wajah tampan Takashi dengan sorot penuh kasih. "Kita kencan!" seru pria itu riang. Aku sedikit terkejut, mataku berkedip dua kali. "Heh?"
"Sudah lama kita tidak menghabiskan waktu berdua, bukan? Ayo kita kunjungi banyak tempat bagus di Yokohama ini!" Pria bermarga Haruki itu tidak pernah tidak terlihat riang. Entah sejak kapan menjadi matahari dalam hidupku.
Kami sama-sama orang yang sibuk. Dapat bertemu seperti ini saja merupakan hal yang jarang terjadi. Takashi bekerja seharian
di laboratorium sebagai peneliti; kemunculan ghoul menambah sibuk jam kerjanya untuk meneliti tubuh mereka yang misterius bagi manusia karena memiliki kekuatan di atas manusia.
"Wah! Ada es krim! Ayo kita ke sana! Aku mau beli!" tunjukku dengan wajah terkuak senang. Aku berlari lebih dulu ke arah penjual es krim di dekat taman kota.
Setelah mendapatkan satu cone es krim di tanganku, kami berjalan beriringan di taman kota. "Bagaimana pekerjaanmu?" tanyaku membuka topik saat kami melewati sungai. "Kau sangat sibuk, pasti melelahkan."
"Aku belum menemukan hal aneh. Yaah, semua yang ada pada ghoul memang aneh sih bagi manusia, hanya saja ini serumit yang kuduga. Ini mungkin memerlukan waktu lebih lama untuk meneliti dasar s*****a mereka. Apakah darah mereka dapat menghasilkan s*****a mematikan itu atau tidak berhubungan. Tubuh makhluk hidup itu unik."
"Aku setuju."
"Apa kau sering lembur di kantor?" Kali ini giliran Takashi yang bertanya. Yang Takashi tahu tentangku adalah aku seorang karyawan swasta di perusahaan teknologi informasi. "Ya, aku sering lembur kalau memang ada tugas untukku. Tapi aku senang dapat bermanfaat bagi orang lain," kataku tersenyum. Kami berhenti dengan memandang sungai kota yang kelihatan indah disertai hutan beton di sekeliling.
"Hati-hati lah saat pulang malam. Jangan lewat jalan sepi apalagi g**g gelap. Belakangan ini banyak berita mengenai hilangnya orang saat malam hari. Dugaan pelakunya adalah ghoul." Perhatian dari Takashi kuangguki patuh. Terlihat Takashi mengukir senyum meneduhkan. "Tentu saja, aku tak akan membahayakan diriku sendiri," sahutku mantap sambil menunjukkan senyum ceria.
Kami menghabiskan waktu hampir seharian berkeliling kota dan taman bermain. Soal kencan kami ini, aku ingat bahwa aku lah yang meminta jadwal kencan di akhir pekan sebab kami sama-sama tidak memiliki jadwal di hari ini. Takashi menyanggupi, tentu saja aku gembira. Takkan kusia-siakan momen kebersamaan kami.
"Ta-chan! Ayo sini, kita foto bersama tuan beruang!" ajakku. Aku tahu Takashi tidak suka beruang, sedikit menjahilinya bukan masalah hihihi.
"Apa? Tidak, tidak!"
Sudah kuduga kalau dia akan menolak. Semakin kau menolak, semakin kupaksa lho. Aku hanya bisa menikmati reaksi penolakannya. Lelaki itu jadi menjaga jarak dariku. Sedangkan aku menyengir lebar mendekatinya. "Tidak, tidak, Mi-chan!" Takashi menggeleng-geleng takut. "Ayo, sebentar saja kok!" bujukku, pokoknya kami harus berfoto dengan beruang. Salah satu hewan yang kusukai karena lucu.
"Mi-chan, aku tidak mau~" Takashi merengek.
"Ayolah, dia hanya beruang badut, bukan beruang betulan." Aku tahu alasan Takashi takut dengan beruang. Hanya karena badannya yang lebih besar darinya, dia takut. Sungguh tak dapat kupercaya, mengapa Takashi sepengecut itu. Padahal beruang itu menggemaskan, tentu saja makhluk itu berbahaya bagi manusia, aku pun takkan berani mendekatinya jika beruang nyata. Tapi! Beruang di taman bermain ini kan badut berisi manusia sambil memegang balon.
Grep!
Kucekal pergelangan tangannya seketika. Takashi tak sempat mengelak, sehingga dengan paksa kuseret dia mendekati badut beruang di jembatan itu. "Nami-chan~" rengeknya. Namun kuabaikan dengan terus menyeretnya susah payah.
to be continued