Bab 01 _ Awalan

1013 Words
Surabaya, 2012 Terlihat seseorang tengah menghajar pria yang ada di hadapannya, pukulan demi pukulan dia terima tapi pria itu tetap mencoba berdiri walau sekujur tubuhnya sudah merasa remuk akibat pukulan yang didapat, namun dia tetap bertahan. Pria itu sedang mendapat hukuman, dimana saat ada yang melakukan kesalahan, anggota yang lain akan menghajarnya. Dan itu yang sedang pria itu rasakan, walau bukan kesalahannya, namun dia bertanggung jawab untuk timnya yang gagal melakukan tugas dari sang bos. Beberapa orang yang terus menghajar pria yang hanya diam tanpa melawan itu atas perintah bosnya. Beginilah hidup menjadi seorang anggota gangster, semua yang dilakukan penuh dengan kekerasan. Erza Narendra, pria yang sedang dipukuli oleh beberapa orang yang juga temannya itu, sudah menjadi anggota gangster sejak usia belia. Pamannya yang menjadikan Erza seorang anggota gangster, Erza harus menjadi gangster untuk melunasi hutang pamannya. Walau awalnya dia tidak ingin melakukannya tadi berjalannya waktu, Erza menikmatinya walau dengan paksaan. Meskipun Erza jago dalam bela diri, Erza tidak bisa membalas pukulan yang diterimanya karena dia harus mempertanggungjawabkan apa yang menurut bosnya salah. *** Setelah mendapatkan beberapa pukulan, Erza sedang duduk bersandar di dinding di sebuah ruangan dimana dia dihajar oleh beberapa orang tadi, sekarang dia hanya seorang diri. Satu tangannya memegang perut yang terasa sakit akibat tendangan yang diterimanya. Dan satu tangannya digunakan untuk tumpuan tubuhnya. "Ahh …," rintihnya pelan saat dia mencoba menghapus darah yang ada di sudut bibirnya. Erza menyadarkan kepada pada dinding dingin yang menjadi sandarannya sambil memejamkan mata. Dalam diam, Erza merasakan setiap rasa sakit yang menjalar di sekujur tubuhnya. Erza menangis dalam diam dengan mata yang tertutup. Air mata mengalir dari sudut matanya, meskipun mencoba untuk kuat, dia tetaplah seorang yang rapuh. Walaupun begitu, dia tetap memendam semua rasa sakitnya sendiri. Dengan rasa sakit yang hampir setiap hari Erza rasakan, pamannya masih saja menuntut ini dan itu kepadanya, dia juga masih meminta uang kepada Erza untuk berjudi atau mabuk, sungguh tidak memiliki perasaan. Erza dijadikan jaminan agar dia bisa menikmati hidupnya dengan tenang. Namun, Erza tetap memberikan apa yang pamannya mau, dia berfikir hanya pamannya lah yang Erza punya. Walau semua terasa sangat berat dia tetap harus melakukannya, seperti sudah menjadi tanggung jawabnya, untuk membalas budi yang pamannya berikan, walau kenyataannya tidak ada kebahagian yang pamannya berikan untuk Erza. "Kau baik-baik saja?" tanya seseorang yang berdiri di depan Erza, yang sedang duduk bersandar sambil merasakan rasa sakitnya. Dia, Argi, sahabat Erza. Mereka bersahabat saat menjadi anggota gangster, meskipun Erza yang lebih lama menjadi anggota gangster daripada Argi, namun tetap saja, mereka sama. Erza banyak membantu Argi saat baru menjadi anggota gangster, Erza juga yang menolong Argi saat bos gangster mencoba menguji dirinya yang saat itu masih baru. Jika alasan Erza bergabung dengan gangster karena pamannya, berbeda dengan Argi. Dia mengikuti gangster karena keinginannya. Argi berpikir hanya mereka yang bisa mengerti disaat orang tuanya menuntut dirinya menjadi apa yang mereka mau. Orang tua Argi hanya mementingkan keinginan mereka dan menjadikan Argi sebagai boneka mereka tanpa bertanya keinginan putranya. Alasan itu yang membuat Argi berontak dan mengikuti teman temannya menjadi anggota gangster, memang terdengar tidak masuk akal tapi itu yang Argi lakukan sekarang. Belum lagi beberapa tahun lalu, orang tuanya memilih berpisah karena kesibukan dan ambisi mereka masing-masing tanpa memperdulikan Argi yang juga memiliki keinginan. "Kau disini," ucap Erza yang melihat Argi yang sedang berdiri di depan nya" Erza mencoba untuk bangun dibantu Argi untuk berdiri. Erza ciri orang yang tidak ingin menunjukkan rasa sakitnya kepada orang lain apalagi itu sahabatnya sendiri. Dia hanya tidak ingin dianggap lemah oleh orang lain, itu akan membuat Erza menyedihkan. "Seharusnya kau terima tawaran Bos Marchel untuk bergabung dengannya," ucap Argi. "Apa kau lapar? Aku sangat lapar." Tanpa menjawab ucapan Argi, dia mengalihkan pembicaraan. "Kau akan mati di sini jika kau terus menerima hukuman dari kesalahan orang lain. Mereka hanya ingin kau mati dengan cara seperti ini." "Sudahlah aku sedang tidak ingin membahasnya," ujar Erza. Dia berjalan lebih dulu meninggalkan Argi yang mencoba membujuknya agar dia mau terbebas menjadi anggota gangster yang hanya membuatnya semakin sakit. Sebenarnya ini bukan salah Erza, dia harus menerima hukuman dari bosnya saat dia sendiri tidak tahu apa yang dilakukan. Salah satu anggota gangster yang juga teman Erza, memang tidak suka kepada Erza. Sebab, dia dengan mudahnya mendapatkan kepercayaan dari bos daripada teman yang memfitnahnya itu. Padahal jelas-jelas, dia lebih senior dari Erza menjadi anggota gangster. Erza sudah di percaya bos gangster untuk menggantikan dirinya saat dia tidak ada, dan alasan itu membuat salah satu dari anggota gangster itu sangat ingin Erza keluar dengan membuat bos menganggap nya buruk. Erza bahkan di fitnah menggunakan uang yang biasa mereka dapatkan dari memalak untuk dirinya sendiri dan menghasut anggota lain untuk pergi dari bosnya itu dan ikut dengan Erza yang menganggap dirinya bos. Padahal hal itu tidak pernah terjadi, dia hanya merasa Erza adalah saingan untuknya dan ingin menyingkirkannya dengan cara kotor. Erza sebelumnya ditawari untuk ikut dengan bos Marchel, mafia besar di kota ibukota, Jakarta. Dia mengenal Bos Mac sebutan untuk Marchel dari bos gangsternya saat melawan Bos Mac. Dia menawarkan tawaran bagus kepada Erza tapi dia masih memikirkan itu karena kalau dia menerima tawaran Bos Mac, Erza harus meninggalkan kota kelahirannya dan pamannya. Jika tentang pamannya, mungkin dia akan memperbolehkan dirinya untuk ikut Bos Mac tapi dia tidak ingin jauh dari orang tuanya. Walau sudah meninggal, tapi Erza selalu menyempatkan waktunya untuk berkunjung ke makam orang tuanya. Hal yang selalu dia lakukan saat merasa lelah dengan apa yang dia lakukan. Erza juga ingin berhenti dari dunia gelap yang digelutinya ini, dia tidak ingin terus berada di dunia yang membuatnya menjadi pribadi yang dingin dan kejam itu. Apa bedanya jika dia berhenti menjadi seorang gangster dan menjadi mafia? Itu tidak ada akan bedanya. Itu sama saja hal yang buruk, makanya Erza belum menjawab tawaran Bos Mac untuk bergabung dengannya. Entah apa yang akan terjadi nanti, apa Erza akan meninggalkan dunia hitam yang digeluti seperti ke inginnya atau tetap dengan apa yang sudah menjadi takdirnya, menerima tawaran menjadi seorang Mafia? Semua Erza yang menentukan, hal yang selalu membuat dirinya merasa sangat bersalah seumur hidupnya menjadi seorang gangster. To Be Continue.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD