Bab 02 _ Masalah Baru

1073 Words
Erza sedang menjemput, Haryadi, pamannya yang sedang berada di rumah sakit, Haryadi ditemukan dengan kondisi babak belur di pinggir jalan di tengah kubangan air, seseorang membawanya ke rumah sakit karena Haryadi yang tidak sadarkan diri. Erza berpikir pamannya pasti sudah membuat masalah sampai dia babak belur seperti itu, belum lagi dia sepertinya mabuk berat. Entah masalah apalagi yang dia buat, pada akhirnya Erza yang akan menjadi korbannya. Setelah sadar, Haryadi diperbolehkan untuk pulang. Tidak ada luka yang serius jadi dokter mengijinkannya pulang. Hanya kepalanya terasa sakit karena efek minuman keras yang dikonsumsi. "Sebenarnya apa yang terjadi paman?" tanya Erza sesampainya di rumah. "Kenapa paman bisa babak belur seperti ini?" tanya Erza lagi saat Haryadi tidak menjawabnya. Hidup di salah satu pusat kota, yang bisa di bilang pusat kota jawa timur, membuat Haryadi dengan mudahnya mengenal dunia gelap. Belum lagi, pergaulan Haryadi yang jauh dari hal baik itu, hanya akan membuat Haryadi semakin menjadi. "Bukan urusanmu, sebaiknya kau pergi. Tinggalkan aku sendiri," jawab Haryadi, dia tidak peduli dengan Erza yang ingin tahu apa yang pamannya lakukan sekarang. Karena tidak ingin pamannya marah, Erza memilih untuk meninggalkannya, membiarkan pamannya untuk beristirahat. Tidak akan bagus jika Erza tetap di sana, itu akan membuat Haryadi akan menghajar nya, jika saja Erza tidak menuruti apa yang pamannya katakan. Erza lebih memilih pergi ke basecamp dimana dia biasa berkumpul. "Bagaimana? Apa dia baik-baik saja?" tanya Argi, saat melihat Erza yang baru masuk. "Dia tidak bercerita apa yang terjadi," jawab Erza. "Apa dia kalah judi lagi? Kau yang menghasilkan uang tapi pamanmu itu yang menghabiskannya. Kenapa kau tidak meninggalkannya saja." Sebenarnya Argi tidak tega melihat temannya itu harus selalu susah karena ulah Haryadi. "Sudahlah, aku hanya ingin tidur sekarang. Bangunkan aku pukul 10," ucap Erza yang sudah membaringkan tubuhnya di bangku panjang yang tak jauh dari Argi berdiri. "Ini sudah pukul 8.30 jika kau tidak tahu itu. Sebaiknya kau bersiap menunggu Bos datang jika kamu mau aman." Bagaimana bisa Erza tidur hanya beberapa menit saja. "Sebentar saja. Aku ingin memejamkan mataku sebentar saja," ujar Erza yang sudah memejamkan mata, sejak semalam dia belum tidur dan tadi pagi sekali dia mengantarkan Haryadi pulang kemudian datang ke basecamp. Argi hanya mengiyakan apa yang dikatakan Erza, karena dia tahu Erza tidak tidur sejak kemarin malam. Dan memang Erza jarang sekali tidur, Argi sudah bilang padanya untuk memeriksakan kondisinya karena menurut Argi, Erza mengalami insomnia parah. Erza bahkan bisa tahan tidak tidur selama 3 hari. Mungkin ini karena depresi yang dialaminya. Seperti takdirnya sudah menggariskan Erza untuk hidup susah. Dia terpukul atas kepergian orang tuanya, sampai sekarang luka itu tetap disimpan dalam hatinya. Belum lagi Haryadi yang selalu saja membuatnya susah karena perbuatannya. *** Setelah tidur sebentar dan melakukan tugas dari Bos gangster, Erza mendapatkan kabar jika pamannya dibawa oleh rentenir. Haryadi disekap karena memiliki hutang yang belum dibayarnya sama sekali pada rentenir itu. Dan lagi, Erza tidak tahu tentang hutang pamannya yang begitu banyak. "Lepaskan pamanku." Erza dengan berani mendatangi rentenir itu, dia sampai di tempat rentenir itu berada seorang diri. "Dia berhutang kepadaku dan dia memberikan nyawanya untuk membayar hutang kepadaku," ucap sang bos rentenir. "Lepaskan dia, biar aku yang membayarnya hutang itu," ucap Erza. "Dengan apa kau akan membayar hutang pamanmu? Kau itu hanya dimanfaatkan saja oleh pamanmu. Kau itu bodoh sekali," ucapnya. "Tidak usah banyak bicara, lepaskan pamanku dan aku akan membayar hutang itu," tegas Erza pada bos rentenir yang ada di depannya . "Benar kau ingin membayar hutang pamanmu? Oke, aku kasih kau waktu 2 hari untuk melunasi hutang pamanmu. Apa kau bisa?" Tantang bos rentenir. "2 hari?" Bagaimana dia bisa mendapatkan uang hanya dalam waktu 2 hari. Dan Erza yakin hutang pamannya tidak mungkin sedikit. "Kau tidak bisa? Jika kau tidak bisa sebaliknya kau pergi," ucapnya. "Oke, aku akan melunasi hutang itu 2 hari lagi tapi aku ingin membawa pulang pamanku sekarang." Erza harus berhasil bernegosiasi dengan rentenir itu sebelum pergi. "Tidak bisa. Kau harus memberikan uang itu baru kau bisa membawa pamanmu." "Aku ingin membawa pamanku sekarang, jika kau tidak percaya denganku, kau bisa menghabisiku nanti. Bukankah kau tahu di mana kau harus mencariku?" tutur Erza. Tidak ada ketakutan saat dia mengatakan itu semua. "Baiklah, kau bisa membawa pamanmu. Tapi 2 hari lagi kau tidak menyerahkan uang itu, aku pastikan pamanmu akan mati ditanganku." Bos rentenir itu masih saja mengancam Erza. Dia berbaik hati untuk sekarang. Setelah bernegosiasi tentang kebebasan pamannya, Erza mengajak pamannya untuk pulang. Namun, dia ingin tahu penjelasan pamannya. Karena Erza akan tahu, alasannya akan tetap sama. "Kenapa kau menjemputku, bukankah sebaiknya kau biarkan saja aku mati di sana," ucap Haryadi memecahkan keheningan diantara mereka. "Aku hanya butuh penjelasanmu, Paman. Kenapa paman masih saja meminjam uang kepada rentenir? Bukankah aku selalu memberikan uang kepada paman?" Tidak tahu lagi apa yang Haryadi pikirkan, saat Erza selalu memberinya uang tapi dia selalu kurang. "Biarkan aku yang membayar hutangku, aku selalu saja membuatmu susah. Paman macam apa aku, aku pantas mati," tutur Haryadi sambil memukul kepadanya, dia merasa sangat bodoh. Erza menatap terkejut dengan perkataan pamannya, dia bahkan tidak berpikir jika pamannya akan merasa bersalah seperti itu saat pamannya juga yang membuat hidup Erza hancur. "Kau seperti ini karena ku, aku tidak mau kau terus hancur karena ku. Aku hanya meminta uang, uang dan uang kepadamu, tapi apa yang kau dapatkan dariku. Aku memang paman yang buruk untukmu." Haryadi merasa bersalah dengan perlakuan yang dia lakukan kepada Erza selama ini. Tiba-tiba sekali memang, apa sesuatu sudah membuatnya sadar atau apa kepalanya terbentur sesuatu, entahlah. "Apa aku ini keponakanmu, Paman?" tanya Erza. "Apa kita keluarga?" tanya Erza lagi pada Haryadi. "Aku merasa sangat menyedihkan saat keluarga ku sendiri mendorongku melakukan hal bodoh ini, namun tentang itu semua, pernah aku pernah mengeluh, Paman? Aku tetap melakukan apa yang paman mau karena aku ingin paman menganggapku keluarga," jelas Erza. "Anak mana yang mau pamannya mati demi membayar hutangnya? Apa aku ini keluarga untukmu, Paman." Tak terasa air mata Erza pun jatuh mengatakan itu semua. Erza tidak pernah mengeluhkan apa yang pamannya inginkan, dia bahkan menerima setiap pukulan yang pamannya berikan saat kondisi mabuk atau saat Erza belum bisa memberikannya uang untuk berjudi. Namun, walau begitu Erza juga tidak ingin pamannya menyerah dan memberikan nyawanya untuk melunasi hutangnya. Keponakan macam apa yang tega melihat pamannya seperti itu? Erza bukan orang seperti itu. "Jika memang aku bukan keluarga untukmu, lantas aku paman anggap apa? Hanya penghasil uang paman saja? Sebenarnya apa salahku pada paman, sampai paman begitu tega padaku?" To Be Continue..

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD