"Maaf." Akhirnya kata-kata itu yang keluar dari mulutnya. Zura juga tak paham dengan dirinya sendiri. Karena ia memang merasa terguncang dengan segala hal yang terjadi. Benar-benar tak menyangka kalau akan dipertemukan kembali dengan Nathan lalu hubungan mereka justru menjadi seperti ini. Nathan berdeham. Baginya bukan ini yang penting. Ia melihat ke arah lain. Mendadak terasa aneh karena duduk begitu saja di sebelahnya tanpa berpikir ulang seperti sebelum-sebelumnya. "Gak usah dipikirin dulu. Aku bersedia menunggu kok," tukasnya. Lalu ia berdeham. "Kenapa milik naik bus ini?" "Pengen aja." Zura berusaha melupakan kejadian tadi. Setidaknya untuk sementara. Ya Nathan benar, ia bisa memikirkan hal itu nanti. Lelaki itu tak meminta jawaban sekarang. Baginya yang jauh lebih penting adalah

