That Bastard

1749 Words
"Ada apa Hyunjin-ah??" Hyunjin mengajakku untuk duduk di sofa miliknya. "Nuna.." Ia memanggilku dengan ragu. Ada apa dengannya? Aku merasakan ada sesuatu yang tak beres dari gesture tubuhnya, "Nuna.. Jawab jujur ya. Apa kau berpacaran dengan Minho hyung??" Aku tertawa pelan mendengar pertanyaannya itu. "Tentu saja tidak. Banyak yang salah paham dengan kami." Jawabku. Hyunjin kini memberanikan diri menatapku. Tatapan yang pertama kali aku lihat dari seorang Hwang Hyunjin, sangat dominan dan mengerikan. Aku refleks membuat jarak duduk darinya. "Kalian sih selalu bermain di belakang," Ucapnya. Kini ia meraih kedua tanganku lalu digenggamnya erat. Mataku menyipit, "Maksudmu?" "Kalian selalu berhubungan seks bukan?" Tanya Hyunjin yang sukses membuat perasaanku semakin tak enak. Jantungku berdegup kencang saat ia menarikku mendekat padanya, ini membuatku takut dan refleks melepaskan genggamannya pada tanganku. Ia memutar bola matanya kesal saat melihat reaksiku itu. Aku bangkit dari dudukku lalu berjalan pelan menuju pintu apartemennya. Ia tak boleh tahu bahwa aku sedang ketakutan saat ini. Jadi aku berusaha untuk senormal mungkin. Terkunci, sial!! "A-aniya," Jawabku semakin takut saat Hyunjin meraih tubuhku lalu mendorongku ke sisi tembok. Aku meringis pelan saat rasa sakit itu mengalir ke sekujur tubuhku. "Jangan bohong nuna," Aku berusaha mendorong tubuh Hyunjin agar menjauh dariku. Biar bagaimana pun Hyunjin tetaplah seorang lelaki. Walau ia lebih muda dariku, tinggi badan dan kekuatannya tentu bukanlah tandinganku. "Lepaskan!!" Bentakku saat ia mulai lancang hendak menciumku. "Tanda kemerahan ini dan nuna yang terlalu sering menginap di kosan Minho hyung. Serta desahan kalian yang terdengar hingga keluar!" Bentaknya tak kalah kuat. Ia memukul tembok sampingku saat mengucapkan hal itu. Aku begitu terkejut dengan sikap kasarnya ini. "Ne, kami sering melakukannya hanya untuk melampiaskan nafsu kami. Jadi aku mohon kau jangan beritahu ke-" Hyunjin akhirnya berhasil menciumku tiba-tiba, melampiaskan seluruh kekesalan yang ia rasakan. Tanpa aku sadari, tangis ketakutanku pecah di dalam ciumannya. Dia bukan Hyunjin yang aku kenal, Hyunjin yang ramah dan penuh tawa. Hyunjin begitu agresif hingga mengigit keras bibir bagian bawahku. "Hmmppp!!" Aku berusaha menyadarkannya dengan memukul tubuhnya yang semakin menghimpitku. "Jauhi Minho hyung. Aku tak suka dengan hubungan kalian itu." Perintahnya. Tangan dinginnya mengelus wajahku guna menghapus air mata yang mengalir di pipiku. Tubuhku bergetar merasakan hembusan nafasnya menerpa kulit wajahku. Bugh! Bugh! Bugh!! Pintu kamar Hyunjin dipukul dengan kasar oleh seseorang, "Y/n!! Kau di dalam??" Aku yakin lelaki itu adalah Minho! Aku sangat mengenal suaranya! "Minho tolong!!" Hyunjin refleks menutup mulutku menggunakan telapak tangannya. Ia menatapku tajam, mengisyaratkanku agar diam dan tak memberontak. "Yak!! Apa yang kalian lakukan di dalam!! Buka pintunya!!" Teriak Minho mulai membuat keributan dengan menggedor kasar pintu apartemen Hyunjin. Jantungku berdegup kencang mengiringi suasana yang semakin tak terkendali. Hyunjin dengan penuh kemarahan kembali mendekatkan wajahnya ke arahku, "Aku mohon nuna, dengarkan aku dulu! Jangan takut!" Yakin Hyunjin tepat di depan wajahku. "Yakk!! Hwang Hyunjin!!" Minho tak gentar membuat keributan di depan sana. "Aku janji akan menjelaskan semuanya, tapi tolong buat Minho hyung diam dulu. Penghuni apartemen lain bisa marah jika ia terus menggedor seperti itu!" Aku terdiam sebentar, lbenar yang dikatakan Hyunjin. Jika Minho terus menggedor seperti itu, keberadaanku di dalam kamar ini yang terancam. "Buka pintunya!" Pintaku setelah berhasil lepas dari Hyunjin. Aku menghapus air mataku lalu dengan ragu Hyunjin akhirnya membuka pintu kamarnya. Minho dengan penuh kekhawatiran langsung masuk ke dalam apartemen ini. Menatap tajam padaku dan Hyunjin secara bergantian. "Yak!! Mengapa lama sekali!!" Aku berusaha senormal mungkin di depannya. "Minho-ya!" Aku menarik tangan Minho agar mendekat padaku. Ku genggam erat kedua tangannya agar Minho hanya terpokus padaku. "Apa yang kalian lakukan!!" Tanya Minho sedikit membentak. Minho tak pernah membentakku sebelumnya, hal ini semakin membuatku gugup. Apalagi saat melihat tatapan Hyunjin padaku. Apa yang harus kulakukan? Perlukah aku memberitahu kepada Minho tentang yang baru saja terjadi padaku dan Hyunjin?? Atau aku menuruti keingan Hyunjin dan mendengarkan penjelasannya agar semuanya semakin jelas? "Aniya, hehehe. Hyunjin tadi mengajakku tanding F1 lagi, tapi aku tak mau." Jawabku diakhiri kekehan paksa. Sedangkan, Minho menghembuskan nafasnya kasar, lalu menatapku curiga padaku. "Lalu mengapa kau berteriak minta tolong denganku?" Aku menelan ludahku susah, ku lirik Hyunjin yang mengisyaratkanku untuk tidak berbicara macam-macam saat ini. "Hey, jawab aku!" Minho membawa wajahku agar menatapnya. Ia adalah tipe orang yang tak suka diabaikan, aku tahu sekali itu. "Hyunjin memaksaku, hehe." Jawabku diakhiri kekehan pelan. Minho yang gemas, langsung mencubit kedua pipiku pelan. "Aish, kalian ini! Aku tadi mengambil kunci motorku yang ketinggalan." Tuh kan, "kebiasaan!" Aku melepaskan tangan Minho dari kedua pipiku, tetapi pokus Minho kini beralih ke bibir bawahku. "Bibirmu berdarah!" Oh tidak, "Ne???!" Tanyaku memastikan. Ibu jari Minho terulur guna menhapus darah segar yang mengalir dari luka di bibir bawahku.  "Apa aku terlalu kuat menggigitnya tadi? Eum, maafkan aku." Gumam Minho, merasa bersalah. Oh tuhan, ini bukan salahmu Minho! Kau bahkan tak pernah melukaiku sedikitpun saat bercinta! Bukan kamu yang seharusnya meminta maaf. Aku yakin ini adalah ulah Hyunjin yang tadi mengigitku begitu keras. Beruntung, Minho tak mudah berpikiran buruk terhadap hal keci seperti ini. "Gwenchanayo," Aku meyakinkan Minho, bahwa semua baik-baik saja. "Kotak obat ada di buntelan warna biru, kau bisa mengobatinya sendiri, kan?"  Aku menggaguk pelan. Lalu Minho merapikan tatapan rambutku dan memberikan kecupan singkat di wajah maupun bibirku. Semua perlakuannya begitu manis dan membuatku nyaman, sejenak aku dapat melupakan keberadaan Hyunjin yang masih memperhatikan kami dengan penuh kecemburuan. "Pergi sana, udah ditunggu Choi saem loh." Aku mengingatkannya sebelum ia menciumku lagi. Minho mendesah kasar lalu menurutiku,  "Ne, bye." Setelah aku yakin Minho telah pergi, aku menutup pintu kamar Hyunjin itu. "Sekarang jelaskan!" Aku berjalan menghampiri Hyunjin yang sedang bekacak pinggang sambil bersender di lemari pendinginnya. Lelaki itu kemudian menarikku agar duduk di sofa miliknya lagi. Kami sempat terdiam sebentar, saling tenggelam dalam pikiran masing-masing hingga aku rasakan Hyunjin telah duduk dengan jarak yang begitu dekat denganku. Membuat tubuh kami bersentuhan. Aku menegang takut dan berusaha mengatur nafasku yang memburu. "Aku sebenarnya sudah memperhatikan nuna sejak lama," Hyunjin mulai membuka pembicaraan. Aku tak bisa membaca ekpresinya saat ini, jadi aku hanya menunggunya menjelaskan alasannya melakukan hal ini padaku.  "Ne, lalu?" "Aku menyukaimu nuna." Sudah kuduga. Dari pintanya barusan agar aku menjauhi Minho dan mengakhiri hubungan menyimpang kami. Apalagi alasannya jika bukan karena kamu menyukaiku Hyunjin? "Mau kah nuna menjadi pacarku?" Nafasku tercekat, aku hanya tak menyangka ia akan memintaku menjadi kekasihnya setelah mengetahui semuanya. Ini terlalu cepat, dan aku masih belum mengenalnya dekat. Ditambah lagi dengan semua perlakuan buruk dan kasarnya tadi, aku tentu akan berpikir ulang untuk menerimanya menjadi kekasihku. "Nunaa.." Panggil Hyunjin berusaha menyadarkanku. "Maaf, aku tak bisa Hyunjin-ah" Aku memberanikan diri menatap Hyunjin. "Mengapa?? Nuna menyukai Minho hyung?" Itu kamu tahu, "Ne, aku menyukainya. Maafkan aku Hyunjin." Jawabku tegas. "Tapi Minho hyung tak menyukaimu nuna." "Aku tak peduli, maka dari itu aku menjalani hubungan menyimpang ini dengan Minho, agar aku selalu bisa bersamanya." Mendengar jawabanku refleks membuat Hyunjin tertawa paksa, "Kau gila?, bagaimana jika suatu saat kau hamil? Dan Minho tak ingin bertanggung jawab?" Ia bertanya menggunakan banmal dan dengan nada yang sangat tidak sopan seolah merendahkanku. Kau tak tahu tentangku Hwang Hyunjin!! Kau bahkan tak tahu bahwa aku memang pernah hamil anak Minho dan pernikahan hampir terjadi saat itu. "Sudahlah, jangan campuri urusanku!" Aku tak suka jika harus mengungkit masa itu. Jadi saat aku berniat pergi dengan berdiri dan berjalan menuju pintu apartemen ini, Hyunjin lagi-lagi menghentikanku. "Aku tidak suka penolakan nuna". Ia menarikku dengan sedikit brutal menuju meja makan miliknya. Aku memberontak, sebisa mungkin melepaskan diri dari Hyunjin. Tetapi tenaga Hyunjin memang lebih kuat, ia mendorongku agar tengkurap di meja makan miliknya lalu mengikat kedua tanganku ke belakang menggunakan tali yang entah dari mana ia dapatkan. "Yak!! Apa yang ingin kau lakukan?!!" Aku merasakan Hyunjin berulang kali memukul serta memainkan kedua bokongku secara bergantian sambil terus menahanku agar terus tengkurap. "Apa Minho hyung pernah melakukan doggy style?" Doggy style?? s**t!! Aku merasakan Hyunjin melepaskan celana hotpans milikku berserta celana dalamku lalu membuangnya ke sembarang arah. Aku tak dapat melihatnya, hanya dapat merasakan dan mendengar ia juga melepaskan celana yang ia kenakan. Aku rasa mendengar penjelasan yang Hyunjin maksud tadi adalah kesalahan besar, dan jika aku ikut Minho keluar dari kamar ini, hal buruk ini pasti tidak akan terjadi. Aku merutuki kebodohanku ini, tangisku pun  pecah saat merasakan Hyunjin telah siap memasukiku. Ia memberikan sedikit penetrasi pada vaginaku dengan memasukkan dua jarinya. Hyunjin menggerakkannya keluar masuk daerah kewanitaanku dengan sedikit brutal. Membuatku memekik kesakitan setiap kali jarinya menyentuh titik nikmat di tubuhku dan sebelah tangannya memukul bokongku keras. Tak ada harapan untukku lagi, "Akhh!!" Tanpa aba-aba ia memasukiku dalam sekali hentakan. Membuat tubuhku membentur ujung meja ini dengan sedikit kuat. Dan terus seperti itu, ia menghentakkan tubuhnya kasar dan cepat seperti orang kesetanan saat menyetubuhiku. Aku hanya bisa menangis sambil menggigit bibir bawahku keras agar desahan tak keluar dari bibirku. Aku tak pernah merasa sekotor ini sebelumnya, semua semangat hidupku perlahan luntur bersamaan dengan air mata yang terus mengalir di wajahku. "Mendesah nuna!!" Perintahnya sambil memukul kedua bokongku secara bersamaan. Aku menyerah, p***s Hyuniin begitu panjang dibandingkan dengan milik Minho dan Hyunjin yang tanpa henti menghentakkan tubuhnya. Memancing pelepasan pertamaku sampai dengan begitu hebatnya. "Akhh!! Hyunjinnhh" Tubuhku menggelinjang hebat. Kepalaku jatuh ke atas meja, tubuhku melemas. Dan seolah mengerti dengan apa yang aku rasakan. Hyunjin membaeaku agar berbaring di sofa miliknya. Tanpa melepaskan ikatan tanganku ini. "Mendesah yang keras, nuna!!" Hyunjin menampar pipi kiriku pelan guna menyadarkanku dari pelepasan yang baru saja aku rasakan. Hyunjin melebarkan kedua kakiku dan kembali menyatukan tubuh kami. "Ahhh" Desahnya pelan. Kami saling bertatapan dalam, sambil ia mulai menggerakkan tubuhnya lagi. "Ahhhh hyunjinnn fasterrhh" Desahku tanpa sadar mulai menikmati pergerakan Hyunjin. Mendengar itu, refleks Hyunjin tersenyum penuh kemenangan dan semakin menghentakkan pinggulnya kasar. Tak lupa ia memainkan kedua payudaraku yang masih terbungkus baju. Ia juga meninggalkan tanda kemerahan yang cukup banyak di leherku. "Aku bertaruhhh setelah inihh, kau akann tergilahh gila padakuh nuna" Ucapnya tepat di depan bibirku. Dan setelah itu ia kembali menyatukan bibir kami. Ia melumat bibirku secara bergantian. Tak lupa mengajakku berperang lidah. Tergila gila padamu? Yang ada aku malah semakin membenci dirimu Hwang Hyunjin!! "Nunaahhh aku sampaii" Hyunjin semakin mempercepat pergerakannya yang memancingku menemukan pelepasanku juga. "Ahhhhhh!" Dan pada hentakan terakhir ia keluar begitu banyak di dalam tubuhku. Cairan kami menyatu, keluar begitu banyak dari dalam tubuhku. Aku mengalihkan wajahku saat ia ingin menciumku lagi. Hyunjin mendesah kasar lalu perlahan mengeluarkan miliknya dari dalam tubuhku. "Nuna, kau boleh pergi sekarang." Ucapnya. "Mwo!?" "Aku hanya ingin merasakan tubuhmu. Kau tak lebih seperti jalang yang aku temui di luar sana! Kau memang pantas bersama si b******k Minho!" Dasar b******n sombong!! To Be Continued
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD