Bagian 1 - Kakak Jangan Jual Aku

1878 Words
#Flower POV Aku Rose Flower. Usiaku baru 19 tahun. Ibuku sudah lama meninggal dan kini, aku hanya tinggal berdua dengan kakak perempuanku karena ayahku sedang terbaring di rumah sakit, sejak 5 tahun lalu. Saudaraku bernama Jane Deandra. Meskipun dia hanya saudara tiriku, tapi aku sangat menyayanginya, karna hanya ayah dan Jane, keluarga yang aku miliki di dunia ini. Aku berjalan lesu meninggalkan rumah sakit. Sungguh keadaan ini membuatku kehilangan semangat. Dokter hanya memberiku waktu 3 hari untuk melunasi biaya operasi itu. Bingung? Tentu saja aku sangat bingung saat ini. Dari mana aku akan mendapatkan uang sebanyak itu? Mengandalkan pekerjaanku sebagai buruh cuci piring sampai 24 jam pun, aku tidak akan mungkin mendapatkan uang, sebanyak itu. Hidupku sangatlah sulit. Untuk makan sehari-hari saja, aku harus menjadi buruh cuci piring di kedai sederhana dan bekerja sebagai tukang sapu di sebuah sekolah dasar untuk menyambung hidup. Ke esokan harinya. Kurebahkan tubuhku di kasurku yang sudah sangat keras dan usang. Entah sudah berapa lama kasur ini menemaniku. Tekstur nya yang keras, sudah biasa menyapaku di setiap waktu. Aku menatap langit-langit kamarku yang berlubang di beberapa bagian. Situasi sulit ini, membuatku lelah. Aku sudah mencari pinjaman kepada pemilik tempatku bekerja. Tapi, tak satu pun mau memberikanku uang pinjaman sebanyak itu. Lagi pula, mereka pasti akan berpikir, mau berapa lama dan sampai kapan, aku bisa melunasi uang sebanyak itu? Aku memakluminya. Bagaimana aku harus membayar biaya operasi ayah sebesar itu? Sedangkan hutang-hutangku yang dulu juga masih belum terlunasi. Aku tidak punya barang berharga apa pun lagi untuk dijual. Hanya tersisa rumah ini, dan ini satu-satunya peninggalan ibu, mana mungkin aku menjualnya? Selain peninggalan ibu, rumah ini juga tempat berlindungku, ayah dan kakak dari panas dan hujan selama ini. Ya Tuhan ... apa yang harus aku lakukan? Aku benar-benar bingung. Dari mana aku bisa mendapatkan uang sebanyak itu? Tiba-tiba lamunanku buyar, saat ku dengar suara ribut di luar. Entah keributan apa yang terjadi, karena sesekali terdengar teriakan kakak ku Jane. Aku segera bangun dan berlari ke ruang tamu. Astaga, Aku shock! Kakak ku sedang berhubungan badan dengan dua orang pria sekaligus. Gila! Aku menutup mulutku yang sempat memekik kecil. Ku ambil langkah seribu, berbalik dan kembali ke kamar, lalu ku kunci pintu. Jujur, pemandangan seperti itu memang sering kujumpai. Kakakku memang sering membawa pria asing ke rumah dan melakukan hubungan itu di sembarang tempat. Tapi jika model yang seperti tadi, astaga ... Itu menjijikkan! *** "Kau nikmat Jane!” kata pria yang posisinya berada di bawah. Selang beberapa menit kemudian, akhirnya Jane dan ke dua pria itu sama-sama mencapai puncaknya. Ke dua pria itu segera memakai pakaiannya, dan melemparkan beberapa lembar uang pada Jane. Jane hanya tertawa senang sambil memungutnya satu persatu ke dalam genggamannya. "Kami akan memakai servismu lagi, Jane. Karna kau begitu nikmat,” kata pria berkulit putih. "Ya Tuan. Kau tinggal hubungi aku, atau datang ke klub, karna setiap malam aku di sana,” jawab Jane sambil membersihkan sisa-sisa persetubuhan yang membasahi sebagian tubuhnya. "Oiya Jane, siapa gadis tadi?” tanya pria berkulit agak coklat Mata Jane menyipit, dia tau siapa gadis yang ditanyakan oleh pelanggannya itu. Flower sialan! Apa dia sengaja, untuk menarik perhatian pria-pria ini? Batinnya. “Mmm ... bukan siapa-siapa.” Jane menjawab asal sambil memakai pakaiannya. Dia enggan berkomentar banyak tentang pertanyaan itu. Bukannya tidak mungkin pria-pria pelanggannya tadi akan tertarik pada Flower. Tidak dapat dipungkiri, jika saudara tirinya itu masih muda, cantik, dan menawan. Juga gelar Virgin yang masih disandang Flower, pasti akan menjadi incaran para pria di luar sana. Setelah ke dua pria tadi pergi. Jane segera bangkit dan menuju kamar Flower. Ada masalah yang harus dia selesaikan dengan adik tirinya itu. Jane kesal. Kedatangan Flower tadi, tentu saja mengganggu kesenangannya. Tok! Tok! Tok! “Flower buka pintunya!” teriak Jane. “atau aku akan menghancurkannya, jika dalam hitungan ke tiga, pintunya belum kau buka!” imbuhnya dengan penuh rasa kesal. “Satu!” Ceklek! Flower yang sedang mandi segera memakai handuknya, kemudian tergesa-gesa membuka pintu menghampiri Jane. “Ada apa Kak?” tanya Flower bingung. Begitu Flower muncul di depannya, mata Jane malah berkelana. Sejenak, dia menatap takjub pada tubuh adik tirinya itu. Tubuh Flower, yang mungil dengan kulit putih bersih dan mulus, serta wajah yang cantik meski tanpa make up, pasti akan memancing banyak pria untuk membelinya. "Kak, kenapa memandangiku begitu?” tanya Flower lagi. Semakin bingung melihat pandangan aneh Jane pada tubuhnya. “Kenapa kau mengganggu kesenanganku? Apa kau tidak punya kerjaan lain, selain mengintip huh?” sentak Jane sambil menjambak rambut Flower kasar. “Aww!” ringis Flower sambil menangkup tangan Jane di rambutnya. “Maaf kak, tapi aku tidak sengaja. aku mendengar suara ribut tadi, jadi aku keluar dari kamarku. Arghhh ... sa—kit kak! Tolong lepaskan!” pinta Flower sambil mencoba melepaskan jambakan Jane pada rambutnya yang rasanya ingin terlepas dari kulitnya. "Oh ... begitu ya?” respons Jane sangat menjengkelkan. “sepertinya, aku harus memberimu pelajaran agar kau tidak mengganggu kesibukanku!” kata Jane tersenyum licik. "Tidak Kak! aku mohon maafkan aku,” pinta Flower dengan mata yang mulai berkaca-kaca. "Maaf huh?” Jane kembali tersenyum licik. “menarik, baiklah aku akan memaafkanmu. Tapi, kau harus mengikuti perintahku!” lanjutnya sambil melepaskan jambakannya pada rambut Flower. “Baiklah Kak,” jawab Flower sambil memegangi kepalanya yang berdenyut—sakit. Jane menatapnya misterius, seakan sedang merencanakan sesuatu yang berbau licik. Tapi, dia tak mau berburuk sangka dulu. "Oiya, kau dari mana saja?” tanya Jane dengan tatapan menyelidiknya. "Aku dari rumah sakit, Kak. Ayah kritis, dan harus segera di operasi. Tapi operasi itu memerlukan biaya sekitar 200 juta, dan aku di beri waktu tiga hari untuk melunasinya. Mendengar perkataan Flower, tentu saja membuat Jane terbelalak "Kau gila, Flow! Dari mana kau akan mendapatkan uang sebanyak itu? Lagi pula, untuk apa kau masih mengurusi si tua bangka itu?!” kata Jane sambil berkacak pinggang, menunjuk Flower tepat di keningnya. "Ingat! Pria itu ayah kita! Sudah kewajiban kita berjuang untuknya, Jane ...,” jawab Flower menatap Jane dengan air mata yang mulai membasahi pipinya. Dia ingat, betapa ayahnya sangat menyayangi Jane. Dan kini, apa balasan seperti ini yang harus ayahnya dapatkan dari putri kesayangannya itu? "Aku tidak peduli! Dia ayahmu! Bukan ayahku! Ingat itu!” Flower menggeleng lemah. Sampai saat ini. Jane memang tidak pernah menganggap ayahnya sebagai ayah kandungnya juga. Tapi, tidak ada gunanya juga berdebat perihal itu dengan Jane. Jane selalu menang dan dia selalu kalah dan terpojokkan. “Kak, aku mohon bantu aku. Aku harus mendapatkan uang itu ....” Flower mengalah. Memilih membahas masalah yang lebih genting. "Emmm ...” Jane tampak berpikir keras. Tampaknya dia tau apa yang harus dia lakukan untuk adik kesayangannya itu. “Baiklah. Nanti malam kau ikut aku. Seseorang yang kukenal pasti akan memberimu uang sebanyak itu,” jawab Jane dan Flower hanya mengangguk senang. Tanpa tau apa yang sebenarnya direncanakan oleh kakak tirinya itu. *** Malam pun tiba, ke 2 kakak beradik itu sudah bersiap-siap. Jane dengan gaun ketatnya dan Flower yang hanya memakai kemeja kotak-kotak kebesaran dengan jeans nya. Jane dan Flower naik taxi dan segera menunjukkan alamat yang mereka tuju. Selang beberapa menit kemudian, setelah mereka sampai di tempat itu, Jane menarik lengan Flower dengan kasar. Flower hanya mengikuti pasrah sekaligus tak percaya, kakaknya membawanya ke sebuah klub? Astaga, kenapa klub? Seumur hidup, aku tak pernah mengira akan masuk ke tempat ini. "Kak, untuk apa kita kesini?” protes Flowe ketakutan. Sungguh Flower merasa takut sekaligus Merasa mual. Sejauh mata memandang, di setiap sudut klub itu para pasangan tanpa malu melakukan hal-hal m***m yang tidak seharusnya. "Diam! Kau ikut saja!” sentak Jane “Tidak mau! Aku mau pulang saja!” “Oh ... rupanya kau lebih memilih ayahmu yang penyakitan itu mati huh?!” ucap Jane sinis, dan Flower hanya diam sambil menundukkan kepalanya dalam. Benar kata Jane. Ia tidak punya pilihan lain selain menurut. Siapa lagi yang bisa memberinya uang sebanyak itu? Jane mengajak Flower masuk ke sebuah ruangan. Di ruangan itu, pencahayaan sangat minim. Terlihat 2 orang berbadan tegap, berdiri di samping pintu. Dan di kursi yang tampak nya khusus untuk atasan mereka itu, tengah duduk seorang pria yang wajahnya tidak terlihat, karna tidak terkena cahaya lampu. Jane menghampiri pria itu, tak terlihat mereka sedang melakukan apa. Tapi yang jelas Jane sedang melakukan sesuatu di sana. "Ada apa Jane?” tanya pria itu dengan suara datar, dingin, dan aura misterius melingkupinya. "Aku membawa barang bagus untukmu, Tuan,” jawab Jane sambil melirik Flower sejenak "Ini barang nya ... Jane?” suara pria misterius itu kembali terdengar. Kali ini, lebih dingin, dan tegas dari sebelumnya. "Ya, Tuan. Bagaimana? Bagus bukan? Satu hal lagi, gadis ini masih Virgin!” kata Jane vulgar. membuat Flower melotot "Kakak! apa yang kau bicarakan, huh?!” tanya Flower mulai curiga. Kenapa kakaknya membicarakan tentangnya dengan pria itu? Lalu keperawanan? Apa maksudnya? Jangan bilang .... "Diam bodoh! Kau akan ku jual!” Kata Jane membuat Flower menganga, shock. "Dia adikmu Jane? “ suara berat itu kembali terdengar. Penasaran dengan hal tabu yang terjadi di depanya. "Ya, Tuan. Dia adik tiriku. Dan aku tidak peduli! Sekarang berapa kau akan membayarnya?” tanya Jane cepat hingga membuat pria itu mengetuk-ngetuk meja kekuasaannya. "Tidak, Kak! Aku mohon jangan jual aku! Aku tidak mau jadi jalang. Hiks ... hiks ...” Flower mulai terisak sambil mengguncang lengan Jane. Kakaknya akan menjualnya. Kenapa Jane begitu kejam? "Sudahlah, Flow. Terima saja nasibmu. Aku lebih sayang uang dari pada dirimu. Kau tidak pernah berguna untukku. Tapi, sekarang. Setidaknya, kau bisa memberikanku uang agar aku bisa menganggapmu adikku yang berguna,” ucap Jane tanpa peduli pada Flower yang kali ini, sudah bersimpuh memegang kakinya. "Tidak Kak. Aku tidak mau! Aku mohon hiks ... Aku akan bekerja keras untuk memberimu uang! Tapi aku mohon, jangan jual aku ...,” pinta Flower terus menangis terisak. Dia tidak mau hidupnya berakhir dalam lingkar dunia hitam itu. "Tuan, aku hanya ingin menjual nya untuk malam ini saja. Sekarang beri aku uang 50 juta. Aku tau, kau tidak akan ragu membeli barang yang masih tersegel seperti adik kecilku ini,” kata Jane tanpa mau peduli pada Flower yang sudah menangis terisak sambil melantai. Tanpa banyak bicara, pria itu menyerahkan selembar cek di meja kekuasaannya, dan Jane dengan senang hati segera mengambilnya. “Baiklah, adik kecilku yang manis. Nikmati malammu oke? Aku pergi dulu, bye ....” Jane memutar tubuhnya menuju pintu. Tapi, Flower dengan cepat kembali merengkuh kakinya. "Jangan Kak. Jangan tinggalkan aku! Aku mohon, hiks ... ” sungut Flower dengan air mata yang semakin menderas. Tubuhnya gemetar dengan hebatnya. Dia benar-benar merasa sangat ketakutan. "Hey, bodyguard tak berguna! Cepat pegang dia!” teriak Jane. Dia jengkel dengan drama yang Flower lakoni di sana. Sok jual mahal. Padahal menjadi p*****r, sudah hal lumrah di kalangan wanita kelas rendah seperti mereka karena ke tidak adilan hidup. Para bodyguard itu pun memegangi Flower yang terus berteriak dan berontak kuat. “Tidak! Lepaskan aku! Aku mohon. Aku tidak mau berada di tempat terkutuk ini!” ronta Flower dalam keputusasaannya. Jane pergi dari tempat itu dengan wajah sumringah, meninggalkan Flower yang hidupnya terancam karena sudah di jual. Flower memberontak, dan terus menangis kencang. “Kumohon Tuan. Lepaskan aku. Ini bukan keinginanku. Aku tidak mau menjadi p*****r ...,” mohonnya lirih. Mencoba peruntungan terakhir dengan memohon pada pria asing itu, walaupun rasanya akan sangat mustahil. Pria itu mengangkat telapak tangannya. Flower kira, itu adalah isyarat untuk menyuruh bodyguard itu melepaskannya. Tapi, ternyata ... pikirannya salah besar. “Bawa dia!” Flower meronta dengan kuat. Rupanya, pria itu memberi isyarat pada bodyguard nya untuk membawanya pergi dari sana. "Tidak! Hiks ... hiks. Aku mohon, lepaskan aku! Siapa pun dirimu! Kasihanilah aku!” teriak Flower dalam rontaanya, mencoba melawan saat ke dua bodyguard itu menariknya paksa—keluar dari ruangan tempat jual beli itu. Sepeninggal Flower dari sana, pria itu pun melirih, "Gadis yang malang ..., “Aku pastikan, kau tidak akan pernah melupakan malam ini seumur hidupmu. Aku akan membuatmu takluk di bawahku. Setelah itu, kau akan menjadi gudang uangku.” imbuhnya sambil menyesap vodkanya dengan seringai yang nampak menakutkan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD