1.1 : One

1004 Words
Gadis berpipi bulat itu terlihat mengembungkan pipi. Merasa penat setelah berkutat dengan pelajaran. Apalagi ia harus mengerjakan beberapa tugas yang kemarin-kemarin masih remed. Bibirnya mencuatkan kecil merasa kesal kenapa tidak pintar-pintar. Padahal selama ini ia sudah berusaha sebisanya. Belajar di sekolah, belajar di rumah bahkan belajar di tempat les privatenya. Gadis berambut panjang halus itu merasa bodoh sendiri. "Airin." Gadis itu menoleh pelan sontak mencebikan bibirnya melihat pemuda berkacamata kini mendekat padanya. "Kenapa?" Tanyanya seadanya sembari kembali melangkah menyusuri koridor, pemuda di sampingnya secara naluri mengekor. "Kamu masih remed tugas kimia, fisika sama biologinya?" Ujar pemuda itu dengan menatapnya polos. "Iya. Kenapa?!" Sentaknya sudah turn-on. Airin paling sensitif kalau membahas nilai. "Kamu kan anak IPA, tapi pelajaran inti IPA selalu remed. Kamu beneran gak salah masuk jurusan, kan?" "Jangan bikin aku nyekek kamu di koridor ya, Romeo?" Cowok bernama Romeo Laurent itu mendelik pelan dengan menarik diri. Gadis imut di depannya ini begitu menakutkan kalau sedang dalam mode sensitif. Apalagi kalau sudah mengeluarkan cakaran ataupun jambakannya. Romeo yang kebetulan menjadi dekat dengannya harus rela jadi pelampiasan. Airin menggerutu sepanjang jalan dengan berjalan menghentakan kakinya membuat Romeo mengejarnya. Pemuda tampan berkacamata itu tersenyum samar sembari mencolek lengan Airin berusaha membujuknya. "Kenapa ngikutin aku sih. Sana pergi, gak usah dekat-dekat aku lagi. Kamu kan pintar aku enggak," cerocosnya dengan mengibas-ngibaskan tangan mengusir temannya itu. "Benar juga sih. Yaudah aku pergi ya," balas Romeo lalu tanpa dosa meninggalkan Airin di koridor kelas dua belas sendirian. "Beneran aku ditinggal? Emang dasar Romeo gak peka nih." Gerutunya lalu tersentak saat Romeo tiba-tiba muncul di belakangnya dan menunjuk pipi gembul Airin. "Gak usah ngambek lagi. Entar kamu gak punya teman lagi selain aku." Cibir pemuda itu. "Ck. Gak usah di bahas juga," Romeo menganggukan kepalanya lemah lalu menarik Airin dan mendorong pelan tubuh gadis itu menuju kantin. Airin sendiri hanya pasrah dengan sesekali melihat sekitarnya. Beberapa murid sudah khusunya makan dengan teman-teman mereka membuat Airin melemaskan bahu merasa iri. Sejak kepindahannya ke sekolah barunya itu. Airin sama sekali tidak punya teman dekat perempuan, hanya teman kelas biasa. Berbeda dengan Romeo yang selalu ngekor kemanapun ia pergi. Dan membuat keduanya berteman sampai sekarang. "Hai Airin." Airin yang sibuk melamun jadi mengangkat wajah memandang gadis cantik kini berdiri di samping meja keduanya. "Hai juga Romeo." Tambah gadis itu dengan melambai kecil ke arah Romeo yang hanya mengangguk samar. "Gue mau undang lo ke acara ulang tahun pacar gue. Acaranya nanti di Mitu Bar, Romeo kalau mau ikut, boleh." Ujarnya dengan tersenyum manis. Airin mengerjap samar dengan tersenyum kikuk. "Aku belum pernah ke tempat begituan," gumam Airin. "Gakpapa elah. Cuma ke pesta ulang tahun aja, gak ada acara minum-minumnya kok. Cuma murni acara ulang tahun, datang ya." Mohonnya sudah mengatupkan tangan di depan d**a membuat Airin tidak tega juga. "Yaudah." "Oke jangan lupa ya, jam delapan di Mitu Bar. Jangan telat, bye." Airin menghela kasar menatap teman kelasnya itu yang berjalan pergi meninggalkannya di kantin sekolah dengan Romeo yang hanya menatap keduanya sedari tadi dengan kebingungan. "Jangan tanya aku. Aku gak bisa pergi, banyak tugas." "Aku sendirian perginya?" "Banyak orang. Kan nanti di Bar banyak kan?" "Ck. Maksud aku tuh nanti berangkatnya, Romeo." "Ya sendirilah, Airin. Masa harus ditemenin sama mama kamu." "Ah bodo. Aku gak jadi lapar," kesal Airin lalu melangkah pergi dengan menyempatkan menabok kepala Romeo kasar. "Aku salah apalagi sih ya Tuhan?" ********** Airin mengulum bibir dengan merunduk memandangi high heelsnya ragu. Gadis itu nampak anggun dengan dress selututnya yang berwarna pink terang dengan motif bunga mawar di ujung gaunnya. Rambutnya hitamnya dibiarkan terurai panjang dengan poni tipisnya yang hampir menyentuh kedua alisnya. Bibir mungilnya menghela pelan lalu memberanikan diri memasuki tempat remang-remang cahaya. Saat memasuki ambang pintu Airin tersentak kaget melihat beberapa anak cowok merokok dan meludah di sana. Airin makin mencengkram gaunnya melihat beberapa anak cowok menatap ke arahnya dengan tatapan aneh. Seperti tatapan om-om hidung belang ke mangsanya. "Ini tempat apaan sih?" Lirih gadis itu lalu berbelok mencari temannya yang mengundangnya. "Mamaaaaaa," rengek gadis itu sudah ingin menangis saat tubuh menungilnya terdorong sana-sini oleh beberapa orang yang keluar-masuk di tempat itu. Airin melongokan kepala mencari teman-teman sekolahnya yang mungkin saja ia kenal. Gadis itu menelan salivanya kasar lalu mendekat ke arah bartender berusaha bertanya pada gadis berbaju seksi itu. "Permisi, kak." "Iya. Kenapa?" "Tempat acara ulang tahunnya dimana ya?" "Ulang tahun? Gak ada acara begituan di tempat in. Kami gak menerima acara spesial begitu," jelas bartender membuat Airin mengerjap kaget. "Tapi teman aku bilang di sini tempatnya. Di Mitu Bar," Wanita di depannya tertawa pelan memandang Airin heran. "Mungkin teman kamu bilangnya meet you bar, dek. Barnya lebih jauh dari sini, itu bar khusu buat acara-acara begituan sih." Jelas mbaknya membuat Airin menganga pelan dengan melemaskan bahunya. "Jadi aku salah tempat?" "Hm. Buruan pulang, nanti kamu dideketin om-om di sini." Airin mengangguk cepat lalu hendak berbalik pergi. Walau tersentak kaget saat seseorang terlempar kasar ke meja panjang di sudut membuat minuman di atas meja hancur begitu saja. Beberapa orang yang sedang goyang sedari tadi mendadak diam dan menepi. Kaget juga melihat penjaga bar itu terlempar di hadapan mereka. Suasana di dalam bar makin ricuh saat penjaga bar menyerang orang-orang yang membuat temannya babak belur. Kedua kubu itu sudah saling menyerang membuat para pengunjung bar berlarian keluar. Bahkan, bartender cantik tadi sudah berlari masuk ke dalam gudang bersembunyi. Airin sendiri yang kebingungan dan membeku di tempat berdirinya. Gadis itu perlahan menarik diri dan bersembunyi di belakang sofa dengan menutup kedua telinganya takut. "Mamaaaaaaaaa..... " Lirihnya makin takut mendengar pecahan botol di sampingnya. Bahkan, suara bogeman makin nyaring membuat banyak orang yang tumbang di hadapannya. Airin sudah sesegukan dengan menenggelamkan wajahnya di antara lutunya. Paling benci dengan perasaan takut begini. Apalagi melihat banyak orang yang terluka. Gadis itu sangat benci itu. "Syahiddddddd....." Lirihnya masih dengan kelopak matanya yang basah. Menyebut nama sosok yang ia rindukan berharap pemuda itu akan muncul di depannya. Gadis itu membeku saat mendengar suara langkah sepatu mendekat ke arahnya. Bahkan, bayangan hitam kini menutup cahaya di tempatnya bersembunyi sekarang. Sosok asing di hadapannya kini perlahan berjongkok di depannya. Airin sampai mengerjap kaget melihat sepatunya dan sepatu sosok di depannya bersentuhan. Airin perlahan mendongak. Memberanikan diri menatap sosok dingin yang kini menghela pelan melihatnya. "Gue udah di sini. Kenapa nyariin gue?"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD