Pertemuan Pertama

1128 Words
"Amel, turun dulu nak. Makan siang dulu!" Teriak Gisella dari arah dapur. "Bentar ma!" Sahut Caramel. Caramel bangun dari mendelosornya yang super wuenak. Setelah sarapan, Caramel naik ke kamarnya dan mendekam di sana hingga siang. Satu-satunya alasan dia seperti itu adalah drama korea yang tidak mau di tinggalinya. Ya, drama korea memang sukses membuat Caramel sedikit berpaling dari Catty, si kucing kesayangan. Caramel keluar dari kamarnya dan berjalan ke ruang makan dimana Gisella dan Deon telah menunggunya untuk bergabung. Seperti biasa, penampilan Caramel masih urakan karena hari ini bukanlah hari minggu. Hari minggu adalah hari kebersihan nasional Caramel, jadi kalau kalian melihatnya urakan. Itu bukan hari minggu. Fix!. "Makan dulu nak!. Nanti lanjut nonton lagi" Perintah papa Deon. Deon baru saja pulang dari kantor untuk sekedar lunch dengan keluarga. "Iya, pa. Catty mana?" Tanya Caramel karena belum melihat keberadaan Catty sejak dia turun dari kamarnya. Caramel masih gencar meliukkan kepalanya. Kanan, kiri, atas bahkan kalau bisa ke belakang. Kepala Caramel tidak bisa diam demi mencari Catty. "Makan aja! Kok malah cari Catty sih. Kalau kamu kayak gini setiap hari, siap-siap aja Catty bakal mama goreng buat lauk makan kamu!" Ancam Gisella. "Jangan dong ma!" Jawab Caramel dan langsung cemberut. "Yaudah, makan!" Teriak Gisella terdengar bringas bahkan Deon pun sampai terkejut di buatnya . "Iya" Desah Caramel sambil menunduk takut. Gisella dan Deon saling pandang karena merasa aneh. Ini adalah atmosper terlangka yang mereka rasakan, sangat jarang Caramel untuk menuruti perintah kedua orang tuanya. Tidak lama setelahnya mereka saling nyengir dan saling adu jempol tanpa sepengetahuan Caramel. Mereka melakukan tos jarak jauh, merayakan keberhasilan mereka membuat Caramel manut hari ini. Ya, meski hanya hari ini. *** "Amel udah selesai makan ma" Ujar Caramel. "Pinter anak mama" Sahut Gisella sambil mengelus surai putrinya. "Ma, Amel mau keluar bentar. Amel mau beliin Catty makanan. Kemarin dia puasa, aku lupa beliin dia makan" Ujar Caramel meminta izin. "Kamu mau keluar?" Tanya Gisella tidak percaya. "Iya" Jawab Caramel mengangguk yakin. "Dengan tampilan seperti ini?" Tanya Gisella sambil matanya mengamati penampilan Caramel yang masih urakan seperti orang gila. Caramel memperhatikan penampilannya di cermin full body dekat ruang tengah. Rambut belum disisir dan kancing baju ada yang tidak kepasang dan tidak beraturan. "Masih rapi kok" Ujar Caramel setelah bercermin. Wait!. Tahan amarah, tahan emosi. Ini ujian. Mungkin ini adalah definisi rapi menurut Caramel. Tahan emosi. "Rapi kamu bilang? Mana sisir atau gunting. Ya, gunting. Gunting cocok buat ngerapiin rambut kamu yang yang kayak sarang laba-laba itu" Ujar Gisella dan bertingkah seakan merasa geram. Gisella sibuk mencari keberadaan gunting dan bersiap ingin menggunting rambut Caramel. Tenang, ini cuma prank kok. Cuma buat ngancam Caramel agar lebih mau memperhatikan penampilannya dan lebih rapi aja kok sebenarnya. Sebelum mama Gisella menemukan gunting, Caramel sudah kabur duluan dengan tampilannya yang urakan. Sebelum itu, dia berlari menuju kamarnya untuk mencari keberadaan hoodie miliknya. Caramel berlari dengan kaki berjinjit supaya tidak terdengar suara tapak kakinya. Dia keluar dari rumah dan selamat dari amukan singa betina, kembaran kucing anggora. Saat berada di depan gerbang rumahnya, Caramel menghembuskan nafas lega. "Tolong! Orang gila kabur!" Teriak Gisella yang tidak menemukan keberadaan Caramel setelah dia menemukan gunting yang dicarinya cukup lama, hanya untuk mengancam putrinya. Namun cukup disayangkan, Caramel sudah berlari marathon sebelum di temukan oleh mamanya. Masih dengan tampilan saat bercermin tadi, tapi kali ini ditambah dengan aksesoris hoodie berwarna kuning bergambar kuda poni dan sepatu yang berbeda aliran. Yang kanan sneaker, yang kiri flat shoes. Namun Caramel cukup senang dengan penampilannya yang sekarang. Mungkin dia sudah merasa jadi model catwalk. Berjalan riang, melompat, dan sesekali memutar. Tidak lupa dengan senandungannya yang tidak jelas. Saat berjumpa dengan orang yang berjalan atau sedang berkendara, Caramel melambaikan tangannya seperti sudah kenal dengan orang itu. Caramel memang sudah seperti orang gila. *** Caramel sampai di toko khusus makanan hewan. Dia masuk dengan riang, bertanya ke pegawai toko tentang keberadaan makanan kucing yang di carinya. Saat menanyakan tempat makanan kucing, sang penjaga toko tidak bisa mengalihkan pandangannya dari penampilan Caramel. Maklum aja, Caramel muncul dari garis yang berbeda. Caramel berjalan ke konter yang sudah di tunjuk dan mencari makanan kucing yang biasa dibeli Gisella. Caramel mengamati bungkus makanan satu per satu. Ketemu!. Makanan kucing yang di carinya sedang bertapa di pojok. Caramel menyambut bungkus makanan kucing yang tinggal satu, limited banget. Caramel sudah tidak sabar membelikan Catty yang sudah berpuasa sejak kemarin. Caramel berlari slow motion, namun dia terhenti dan geram karena melihat ada makhluk yang juga ingin mengambil makanan kucing yang sama. *** "Selamat siang, mbak. Makanan kucing ada dimana ya?" Tanya Rey kepada pegawai toko. "Konter sebelah kanan baris ketiga, pak" Jawab pegawai sambil mengarahkan tangannya menunjukkan tempat yang di tuju. "Terima kasih, mbak" Rey berjalan mencari konter seperti yang di tunjuk pegawai tadi. Rey menelusuri lorong konter dan menemukan yang dia cari. Namun sayang, keberuntungan tidak berpihak kepadanya. Rey hanya menemukan satu bungkus saja, sedangkan dia berniat menyetok banyak. Rey berjalan mengambil bungkus makanan itu namun usahanya gagal karena gelombang suara cempreng menerobos ke telinganya. Suara siapa itu?. *** "Yaaaaaaaaa! Woy... Mau apa lo makhluk gila!?" Teriak Caramel melihat seorang pria yang juga ingin mengambil makanan kucing seperti dirinya. Pria itu tidak lain dan tidak bukan adalah Rey. Rey juga merupakan tipikal penyuka kucing seperti Caramel. Rey menoleh ke arah si suara cempreng, Caramel. Caramel berlari menghampiri Rey dan bertolak pinggang seakan melawan Rey berperang. "Heh, mau apa lo!?" Tanya Caramel garang. "Siapa nih? Orang gila dari mana? Wah, gak nyangka gue kalo orang gila bisa masuk toko ini" Ujar Rey meremehkan setelah melihat penampilan Caramel. Memang benar sih. Setiap orang pasti akan menganggap Caramel orang gila hanya dari penampilannya saja, tapi Caramel selalu percaya diri dengan style urakannya. Caramel terlalu malas untuk merasa insecure dengan dirinya sendiri. "Apa lo bilang? Gue orang gila?" Tanya Caramel tidak menyangka. "Iya" Ujar Rey yakin seribu persen. "Lo yang kelebihan waras" Ucap Caramel sambil menunjuk-nunjuk Rey garang. "So pasti dong. Daripada lo, gila!" "Hahaha..." Rey tertawa cukup j*****m. "Lo yang waras!" "Lo yang gila!" "Lo!" "Lo!" Pertengkaran mereka berlangsung cukup lama sampai membuat para karyawan dan pelanggan toko menonton pertengkaran mereka. Namun ada seorang pelanggan yang tidak peduli dengan pertengkaran mereka. Pelanggan itu mengambil makanan kucing yang mereka perebutkan dari tadi dan mengambilnya dengan santai. Menyadari hal itu, Rey dan Caramel berhenti bertengkar dan menyoraki orang itu dengan kompak. "Woy! Balikin! Itu punya kita!" Teriak Rey dan Caramel menghentikan pelanggan yang mengambil makanan kucing yang mereka perebutkan. Alhasil, orang itu berhenti dan menoleh kepada mereka berdua. "Kalian cocok kalau lagi berantem. Lanjutin berantemnya ya!" Sahut pelanggan itu dan berlalu begitu saja menghampiri kasir, membayar dan keluar dari toko dengan santai tanpa ada masalah. "Ha!? Maling!?" Teriak mereka berdua bersamaan dan menyoraki orang yang mengambil makanan kucing yang susah payah mereka perebutkan dengan sia-sia.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD