Aroma masakan Gisella menyeruak sampai ke ruang keluarga, membuat semua penghuni kediaman Agenta tanpa sadar mengendus dan mencari kemana arah angin dengan lancang membawa aroma sedap masakan chef andalan keluarga Agenta, tidak lain dan tidak bukan adalah Gisella Artieja Agenta.
Apalagi Caramel, mencari, menelusuri arah angin dan mengendusnya kuat seakan sedang memakan aroma masakan itu. Tidak terkecuali juga dengan Deon Werdan Agenta, suami dari Gisella dan papa Caramel.
Adalah suami idaman semua istri. Tampan, mapan, perhatian dan bertanggung jawab terhadap keluarganya. Meskipun menjadi orang yang terpandang namun tidak pernah sekalipun dirinya melupakan keluarga. Baginya, keluarga adalah segala-galanya. Tanpa dukungan keluarga, ia bukanlah siapa-siapa, maka dari itu ia selalu meluangkan waktunya khusus untuk quality time dengan keluarganya tercinta.
"Sudah. Sudah. Kebiasaan deh, ngendus-ngendus enggak karuan. Ntar kejedot, siapa yang repot?, Mama lagi kan?. Pa, ayo makan!" Panggil mama Gisella setelah selesai meletakkan semua makanan yang baru saja dimasaknya di meja makan keluarga.
Deon dengan semangat bangkit dari duduknya dan membuang koran yang tadi ia baca meski pada kenyataannya sibuk mencari keberadaan aroma masakan dari isterinya. Bahkan saking semangatnya, Deon berjalan ke dapur seperti parade 17 Agustus, berjalan ke dapur dengan gerakan tentara.
"Catty! Ayo makan Cat!" Teriak Gisella memanggil kucing peliharaan keluarga Agenta, khususnya peliharaan Caramel.
Merasa dirinya di panggil, Catty yang tadinya sedang mendusel di pangkuan Caramel, memberontak ingin bebas dari jeratan pelukan hangat Caramel.
"Ih kok mama gitu sih, Catty sama papa aja yang di panggil, Amel kok enggak di panggil makan. Kan Amel juga lapar!" Rajuk Caramel.
Caramel yang sedang bermain dengan Catty, berteriak dari taman belakang yang terhubung langsung dengan ruang keluarga. Kesal dengan Gisella yang tidak memanggilnya untuk bergabung makan, Caramel ngambek dan memajukan bibirnya setidaknya 2 cm.
"Males!. Kalo aku panggil Catty, entar kamunya ngekor kok. Ngapain panggil kamu, toh nanti mama malah dikacangin terus" Ledek Gisella dan memeletkan lidahnya.
Melihat mamanya yang memelet lidah, Caramel semakin cemberut. Catty berlari menuju ruang makan dan Caramel mengikutinya persis seperti apa yang telah dikatakan Gisella. Keluarga Agenta memang selalu seperti ini somplaknya. Saling mengolok satu sama lain, tapi jangan diragukan kalau soal kekompakan dan cinta mereka. Beuhh, love dah.
Caramel duduk di kursi meja makan dengan perasaan yang cukup kesal. Gisella mengambilkan nasi dan lauk kesukaan Caramel dan menyerahkannya ke hadapan putrinya yang merajuk. Bibir yang tadinya maju beberapa senti, setelah di sogokkan makanan kesukaannya, senyum Caramel merekah dan melupakan kekesalannya.
Begitu juga dengan Deon. Jangan salah, meski dia sudah bukan menjadi pria yang muda lagi, tapi dia juga sering merajuk pada Gisella. Buktinya, disaat dia sudah dengan semangatnya berjalan ke ruang makan, Gisella malah mendahulukan Caramel dari pada dirinya. Meski Caramel adalah putrinya sendiri, tapi jiwa manja Deon memberontak untuk di manjakan Gisella. Alhasil dia ngambek dan bertingkah seperti Caramel. Memang benar, buah jatuh tidak jauh dari pohonnya.
"Nih, jangan ngambek lagi. Sama anaknya aja masih cemburuan" Ledek Gisella pada Deon yang hanya nyengir menanggapi ucapan isterinya.
"Kan aku juga mau di manjain mama" Ujar Deon sambil nyengir.
"Alah, si papa mah modus mulu. Masa sama Amel yang kayak upik abu aja cemburuan, apalagi sama oppa V nantinya. Amel yakin papa bakalan simulasi bunuh diri" Ucap Caramel.
"Kalau sama oppa V kamu itu, papa gak cemburu kok. Mama kamu gak suka sama oppa-oppa yang sering kamu teriakin dari kamar atas terus kedengeran sampai lantai bawah. Ya kan, ma?" Ucap Deon.
Gisella yang baru saja duduk setelah menyendok nasi, dia kembali berdiri dan memeragakan tangannya berbentuk V.
"Mama suka kok sama V. Kita pernah nonton konser bareng kan, Amel?" Ujar Gisella.
"Iya. Eh, katanya jangan kasi tau papa" Sahut Caramel dengan semangat, tapi tidak lama setelahnya dia membungkam mulutnya karena keceplosan dengan ucapannya sendiri.
"Nah loo... Ketahuan kalian ya, suka streaming diam-diam" Ujar Deon.
Deon mengacungkan telunjuknya pada dua orang yang sudah ketahuan menyembunyikan perihal mereka yang menjadi fangirl.
"Maafkeun kami. Ampun raja" Ucap Gisella dan Caramel serempak sambil memperagakan tangannya seperti di drama kolosal korea.
"Besok-besok kalau kalian streaming, ajak papa dong" Ujar Deon dan menyendok makanannya.
"Lah, hahahaha"
Caramel dan Gisella tertawa mendengar ucapan Deon. Diam-diam Deon seorang penggemar juga ternyata. Apa dia juga pernah streaming sendirian sambil berjingkrak seperti para penggemar maniak lainnya?.
***
"Mama!" Panggil Caramel.
"Iya!" Jawab Gisella dan menghampiri Caramel yang terlihat kebingungan.
"Ada apa?. Amel cari apa?" Tanya Gisella.
"Amel cari sepatu putih yang sampingnya ada warna hijau stabilo itu loo. Kira-kira mama taruhnya dimana ya?. Amel sudah bongkar rak di belakang rumah sama di sini, tapi gak ada. Dimana ya?" Ujar Caramel.
Caramel sibuk mencari sepatu putih miliknya. Dia sudah membongkar lemari sepatu di rak sepatu di dekat taman bahkan yang di belakang rumah. Biasanya kedua tempat itu adalah tempat yang biasa digunakan mamanya menaruh semua sepatu keluarga. Namun nihil, Caramel tidak menemukan keberadaan sepatu itu.
"Bentar, mama cari dulu. Mungkin aja kamu lupa naruhnya dimana" Ujar Gisella dan ikut sibuk mencari keberadaan si sepatu putih.
"Emangnya sepatu itu buat apa?. Amel pake yang lain dulu aja" Ucap Gisella.
"Amel mau pake buat vas bunga mawarku. Biar keliatan estetik gitu, tadi aku liat di Youtube bagus banget" Ucap Caramel.
Karena tidak menemukan sepatu yang dimaksud Caramel, Gisella mencari di tempat yang lain. Teras rumah, dapur, ruang makan, bawah tangga bahkan kamar Caramel yang seperti kapal pecah, Gisella tidak menemukan keberadaan sepatu putih yang di cari Caramel.
Sampai akhirnya Gisella memberanikan diri untuk mencuri kunci taman yang selalu Caramel sembunyikan di kamarnya. Gisella turun dari undakan tangga dengan hati-hati supaya Caramel tidak mendengar derap langkahnya.
Selamat!. Gisella sampai di depan pintu bening taman. Sebenarnya, dulunya taman ini tidak memiliki pintu, hanya dibatasi kelambu saja supaya orang-orang bisa langsung menikmati keindahan dan kesegaran taman tanpa terhalang apapun. Namun, semenjak Caramel mendapat masalah 'itu', dia menyibukkan dirinya untuk bertanam dan mengoleksi berbagai bunga-bunga yang indah. Alhasil, sekarang taman Agenta telah disulapnya menjadi taman yang begitu indah sampai-sampai membuatnya begitu egois untuk membaginya dengan orang lain bahkan orang tuanya sendiri.
Gisella memutar kunci pintu taman dengan hati-hati, slowly but sure.
Ceklek...
Terbuka!.
Pintu taman terbuka dan angin segar dari taman hasil sulapan tangan Caramel langsung menerpa kulit Gisella. Gisella merentangkan tangannya dan tersenyum bangga merasakan suasana yang telah di ciptakan putrinya.
Tak mau berlama-lama dengan suasana yang begitu nyaman, Gisella langsung menelusuri satu per satu tanaman yang ada di taman itu. Matanya terbuai dengan pepohonan yang hijau dan bunga yang penuh warna sampai ketika indera penglihatannya melihat secara langsung benda yang dia dan putrinya cari. Sepatu dengan sisi hijau stabilo itu ternyata telah ditanami bunga mawar.
Merasa senang karena telah menemukan sepatu yang di cari putrinya, Gisella berlari keluar dari taman dan menuju tempat dimana Caramel masih sibuk mencari benda yang telah ditemukannya. Bahkan membuatnya sampai lupa kalau dia bisa memasuki taman karena aksinya yang patut di acungi jempol terbalik, MALING!. Sebenarnya bukan maling, cuman tidak izin saja ke pemiliknya.
"Ketemu!. Amel mama udah nemuin sepatu kamu. Ada di taman" Ujar Gisella kegirangan.
Caramel langsung menghamburkan sepatu di pangkuannya dan berdiri setelah mendengar ucapan Gisella.
"Loh, kok mama tau kalau sepatu Amel di taman?" Tanya Caramel penasaran.
"Mama tadi maling kunci kamu" Jawab Gisella keceplosan.
"Eh, bukan maling. Tadi pintu taman emang udah kebuka kok" Sahut Gisella spontan.
"Oh gitu. Kirain mama beneran maling" Ujar Caramel dan berlari menuju taman.
Baru saja Gisella berniat untuk mengekori Caramel masuk ke dalam taman, pintu taman tiba-tiba langsung ditutup oleh putrinya. Untung saja, Gisella bisa mengontrol dirinya. Jika tidak, mungkin saja wajah Gisella akan pok ame-ame dengan pintu bening itu.
"Benar-benar tidak ada akhlak!" Gerutu Gisella.