Gara-Gara Buah?

1117 Words
Di pagi hari yang cukup cerah, Caramel sedang mendelosor di ranjangnya. Tumben sekali Caramel bangun pagi, biasanya dia selalu dibangunkan oleh Gisella dengan berbagai cara. Bahkan sampai telapak kakinya digelitik bulu, Caramel tak kunjung bangun tidur. Caramel sibuk dengan tontonan di laptopnya. Sebuah drama korea tentang perselingkuhan yang sedang marak dan pada akhirnya anak lah yang jadi korbannya. Ya, drama korea itu berhasil membuat Caramel rela bangun-bangun pagi dan menonton lanjutan episodenya. Merasa kurang pas karena tidak ada cemilannya, Caramel men-skip drama dan bangun dari mendelosornya yang wuenak. "Ma! Amel minta buah dong!. Anterin ke kamar Amel yaa" Teriak Caramel dari kamarnya yang berada di lantai atas. Sudah menjadi kebiasaan. Caramel selalu dimanjakan oleh si mama tercinta. Apapun keinginan Caramel, selalu dipenuhi oleh kedua orang tuanya, entah itu materi atau berupa rasa kasih sayang yang tak pernah habis. Maklum, namanya juga anak semata wayang. Ya, pasti di turuti lah. "Sip!. Papa belum pake dasi ini, nanti papa ngambek kalau gak di pasangin sama mama. Bentar sayang!" Teriak Gisella, menanggapi Caramel dari lantai bawah. Gisella sibuk mengurus Deon yang akan berangkat kerja. Sudah menjadi kebiasaan sejak dulu, Deon selalu bermanja ria dengan Gisella setiap hari, tidak pernah absen. Sebelum berangkat, tidak lupa dengan kecupan kasih sayang dari kedua pasutri yang kadar cintanya tidak pernah luntur. "Oke, sudah ganteng kesayangan mama. Ini tasnya, mama mau kupas buah untuk amel dulu. Inget, hati-hati di jalan. Jangan ngebut!" Ujar Gisella memberi wejangan pada Deon. "Papa berangkat ya. Jangan lupa urus Amel, suruh dia mandi tuh. Kamarnya juga sangat berantakan, mumet otak papa melihatnya. Papa sayang kalian, byeee" Ucap Deon. "Amel! Papa berangkat kerja ya. Jangan lupa mandi!. Papa sayang kalian!" Teriak Deon dan berlari keluar rumah seperti anak sekolahan yang sudah telat berangkat sekolah. "Iya, pa!. Ingat jalan pulang, jangan jadi bang toyib yang gak pulang-pulang" Ujar Caramel sambil berteriak dari kamarnya. "Sip!. Papa berangkat ya. Dadahhh!" Ujar Deon. Melambaikan tangannya dan keluar dari rumah. Tidak lama setelahnya terdengar suara mobil yang melaju. *** Meski Deon selalu sibuk kerja, tapi dia juga sangat perhatian sama keluarganya. Terbukti dengan Deon yang memperhatikan penampilan Caramel. Meski sudah beribu kali di kasi tau, Caramel tetap tidak mau mendengarkan ucapan kedua orang tuanya. Caramel selalu bandel di bilangin tentang penampilan sejak kejadian waktu itu. Iya, waktu itu. Nanti kita cerita tentang waktu itu, oke. Gisella hanya mengeleng-gelengkan kepalanya mendengar percakapan antara anak dan papa. Benar-benar terdengar seklek, namun Gisella hanya tersenyum saja dan berbalik ke dapur untuk mengupasi Caramel buah. Dia tau kalau ini adalah cara mereka untuk saling perhatian satu sama lain. Gisella mengambil buah apel, pir, anggur dan pisang dari kulkas. Meski hanya di suruh mengupas buah, Gisella juga mengambil roti dan selai untuk Caramel. Gisella mengambil pisau dan mengupas buah dengan lagu BTS sebagai Backsound kegiatannya di dapur. Setelah mengupas buah, Gisella bergegas menuju kamar Caramel. Berjalan menaiki undakan tangga satu per satu. Mengetuk pintu dan memanggil Caramel dari luar kamar karena masih dikunci olehnya. Pintu terbuka namun hanya sebuah kepala saja yang nongol. Ciluk ba! Kepala Caramel terlihat dari pintu yang dibuka hanya tiga kepal, membuat Gisella terkejut bukan main. Caramel nyengir dan mengambil piring yang berisi buah dan roti serta selai sebagai tambahannya. Gisella masih syok dengan jokes yang setiap hari putrinya ini lakukan. "Makasi ma" Ucap Caramel kemudian menutup pintu kembali di depan mata Gisella. Benar-benar tidak ada akhlak!. Gisella terkejut bukan main dengan tingkah putrinya yang tiba-tiba menutup pintu kamarnya tanpa memberi tahu sebelumnya. Gisella hanya bisa mengelus d**a dan mencoba bersabar menghadapi tingkah putrinya. "Amel! Jangan lupa mandi yaa atau Catty mama anter ke panti asuhan!" Ancam Gisella. "Iyaaa! Nanti 48 jam lagi!" Teriak Caramel dari dalam kamarnya. Ketahuan!. Akal Caramel yang berbelit seperti ini udah sering dilakukannya dan Gisella terbiasa dengan hal itu. Mengancam dengan hal yang halus tidak akan membuat Caramel tergerak dan tergetar hatinya untuk patuh begitu saja. Satu-satunya cara adalah Gisella harus bersikap sedikit keras dan sedikit kasar meski pada akhirnya hanyalah sebuah prank saja. "Kalau begitu Catty mama cincang jadi 48 bagian yaaa" Timbal Gisella kemudian bergegas dengan cepat turun ke bawah sambil berjingkrak kesenangan. Bagaimana tidak? Akan ada kejutan setelah ini. Akan ada seseorang yang bakal melakukan hal yang bukan seperti biasanya. Lihat saja, dalam hitungan ketiga akan ada suara bom dari kamar atas. 1! 2! 3! Brakkk.... "Mamaaaaa..... Jangan!.... Aku mandi nih!. Catty jangan di apa-apain. Don't touch my Catty, mom!" Teriak Caramel dari dalam kamarnya dan membuka pintu kamar dengan barbar khas miliknya. Caramel berlari dari lantai bawah dan menghampiri Gisella yang masih membeku melihat pintu kamar gadisnya yang rusak. Caramel dengan sekuat tenaga menendang pintu untuk menghentikan aksi Gisella yang hanya berpura-pura menakuti Caramel agar mau membersihkan tubuhnya. "Ma! Mama! Kok bengong sih. Amel mau mandi nih, jangan dicincang si Catty. Mamaaa!" Caramel berteriak dan menggerakkan tubuh Gisella yang masih membeku. Gisella masih terbengong melihat ke arah atas tepatnya kamar Caramel, sedangkan si pelaku kekacauan sibuk mengguncangkan tubuh Gisella yang membatu. "Iya. Kamu mandi sana, mama mau beresin kapal pecah dulu. Ingat, handuk kamu yang warna pink. Jangan ambil yang warna hitam, itu punya papa" Ujar Gisella yang masih kebengongan seperti orang kesurupan. "Oke. Aku ajak si Catty ya" Ujar Caramel dan menghampiri Catty dengan riang. "Terserah Amel dah" Ucap Gisella pasrah, berjalan ke kamar atas dan mulai membereskan kekacauan yang di sebabkan oleh putrinya. "Kuat sekali dia sampai membuat pintu ini lepas. Apa mungkin gara-gara buah yang tadi aku kupas untuknya?. Kalau memang iya, mulai hari ini aku stop stok buah. Bisa-bisa nanti aku jadi bantal samsaknya. Ihh, ngeriii. Tapi kasihan sama tukang buahnya, gak ada yang beli" Ujar Gisella bergidik ngeri melihat nasib pintu yang terkapar. "Ini sudah pintu yang ke-77 dan tetap berakhir menyedihkan. Kasihan sekali dirimu pintu" Ujar Gisella terdengar pilu. *** Setelah membersihkan badannya dengan aksi super kilat, Caramel menghampiri Gisella yang sedang mencuci baju di halaman belakang. Sambil menggendong Catty, Caramel melihat sesuatu yang membuatnya merasa jijik. "Ma, ini apaan? Kok kotor banget" Caramel mencapit baju yang sedang di cuci oleh Gisella dengan jijik. "Lahh. Ini kan baju kamu" Jawab Gisella lelah dan menampikkan senyuman ngeri miliknya. "Mana mungkin. Baju papa kali" Ujar Caramel merasa jijik. "Sudah di duga. Pasti ujung-ujungnya gak ngaku" Bisik Gisella pelan sambil menggosok pakaian kotor milik Caramel. "Apa!. Mama bicara apa, kebiasaan deh. Ini baju papa kan?" Ujar Caramel. "Iya, ini baju papa. Kotor banget kan?" Ucap Gisella. "Iya, kok papa gitu banget ya" Ujar Caramel dan berlalu ke dalam rumah meninggalkan Gisella yang menggelengkan kepala melihat tingkah aneh Caramel. "Maafkan mama ya, pa" Ujar Gisella. *** Sedangkan di kantor Agenta Group. Haaaciiwww.... Papa Deon bersin saat membuat proposal penting untuk keberlangsungan proyeknya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD