Chapter 2

1078 Words
2 jam berlalu dari kejadian telepon tadi, notification di iPhone Yoona menunjukkan 54 missed calls, 47 messages, 304 kakao talk texts. Semua dari Siwon dan Sooyoung, bahkan Tiffany dan kakak laki-lakinya juga ikut menelepon dan mengirim pesan untuknya yang tebakkannya tak lain bertanya dirinya dimana, baik-baik saja kan. Yoona tak perlu membuka satu-satu, dirinya bisa membaca dari notificationnya. Tiffany yang mengkhawatirkan Yoona, Siwonnya yang meminta maaf, Sooyoung yang menanyakan apa dirinya baik-baik saja dan kakak laki-lakinya yang menulis "AKAN KUHAJAR CHOI SIWON JIKA DIRINYA MENYAKITIMU. TENANG SAJA ADA OPPA. SARANGHAE ADIK KECILKU."  Yoona terkekeh melihat pesan yang dikirim oleh kakak laki-lakinya. 'Adik kecilku'? Ya ampun, dirinya bahkan sudah mau 30 tahun.. masih kecil katanya? Well, tapi tak dapat dipungkiri, Yoona kadang senang dianggap masih kecil oleh keluarganya. Appanya masih sering memanggilnya Princess, Ommanya yang masih memperlakukan dirinya seperti waktu dirinya masih di bangku SMA. Oh, kadang Yoona tak ingin dan ingin memutar waktu dalam waktu yang sama. Ingin, karena dirinya sepertinya rindu pada perhatian yang diberikan oleh keluarganya dan tak usah memusingkan hal-hal rumit. Bukan berarti orang tuanya tidak peduli lagi padanya sekarang, tetapi maksudnya dirinya tidak lagi bertemu mereka setiap hari. Ditambah, orang tuanya sering keluar negeri berdua untuk menikmati hidup mereka. Kakak laki-lakinya? Sibuk! Sehingga mereka hanya memberi kabar lewat telepon, pesan ataupun video call. Sangking sibuknya saja, kakak laki-lakinya masih belum menikah karena tak punya banyak waktu untuk dekat dengan seseorang. Tidak ingin memutar kembali waktu karena Yoona sudah pernah merasa bagaimana tidak enaknya ditanya terus menerus soal keadaannya saat dirinya kuliah di London. Huh, kadang Yoona bersyukur dia bisa berkuliah di London karena pada sejatinya, keluarganya tak mengizinkannya karena mereka takut ada apa-apa pada Yoona. Tetapi karena Siwon yang waktu itu berjanji akan menjaga Yoona baik-baik dan Sooyoung yang waktu itu kebetulan juga mengambil jurusan yang sama dengan Yoona, yang artinya mereka bisa menjaga satu sama lain dan sering bersama akhirnya mau tak mau orang tuanya mengizinkan tentunya dengan syarat-syarat seperti tidak boleh tidak mengabari seharipun dan lain-lain. Memang hidup ini rumit, diberi perhatian salah, tidak juga salah. Hm, sebenarnya, hidup ini yang rumit atau manusianya saja yang rumit sih?  . . . . . Karena bosan menunggu macet dalam perjalanan ke sekolah putrinya, Yoona pun menonton drama di mobilnya, membaca majalah, makan snack-snack yang tersedia di mobilnya tanpa ada niatan untuk menelepon balik suaminya yang kurasa sudah hampir gila karenanya. Dirinya hanya membalas pesan dari Tiffany, kakak laki-lakinya dan Sooyoung dengan kalimat yang sama "I am okay. Enjoy your day. Thankyou." Sesampainya di sekolah elit anaknya, Yoona pun turun diikuti kedua pembantu Yoojung. Yoona pun berjalan ke ruang tunggu dimana anaknya biasanya berada setelah lonceng pulang sekolah berbunyi. Sistem di sekolah ini tidak membiarkan anak-anak yang belum duduk di bangku SMP maupun SMA untuk tunggu di gerbang sekolah. Mereka harus menunggu di ruang-ruang tunggu yang sudah disediakan.  Yoona mengintip ke ruang tunggu yang bertuliskan 'Butterfly' dan melihat Yoojung sedang berbicara dan tertawa bersama Soobin, anak dari sahabatnya Yuri, yang bertemu dengannya setelah dirinya pulang dari London dalam salah satu acara fashion. Dari sana, mereka menjadi sangat dekat, secara kebetulan, Yuri pun dikaruniai seorang putri ditahun yang sama dengan Yoona memiliki Yoojung. Well, Yuri sudah punya 2 anak laki-laki sebelum Yoojung.  Yoona pun masuk ke ruang tunggu itu, berjalan ke arah 2 gadis cantik yang belum sadar akan kehadirannya.  "Yoojung, Sobin, kalian sedang berbicara tentang apa hmm?" "Mom!!" "Auntie cantik!!" Yoona tertawa melihat tingkah kedua gadis kecil didepannya yang sangatlah mirip dan menggemaskan. Ditambah dengan sebutan Soobin untuk memanggilnya. Soobin memang selalu memanggilnya 'Auntie cantik' karena kata Soobin, Yoona cantik seperti putri-putri di film princess. Yoona menjawab "Ada apa hmm anak-anak manis?" "Mom, Soobin bilang besok malam ada acara pembukaan toko mainan baru. Aku mau pergi juga, boleh kan?" "Auntie cantik, boleh ya Yoojungie ikut. Mommy sudah mengizinkan jika Yoojungie mau ikut denganku besok." Yoona tersenyum tapi belum menjawab. Sepertinya anaknya sudah tak sabar jadi bersuara lagi "Mommy?? Please?" "Ask your daddy later okay? Karena setau Mommy, daddy mau membawamu pergi besok." "Mommy.. you can tell daddy to bring me out another day or maybe today." "Not possible. Today your dad is busy." "Busy? Tetapi semalam daddy bilang daddy kan pulang cepat." "Yasudah nanti kau tanya saja okay?" "But Mommy mengizinkan tidak." "Kalau Mommy bilang tidak pun kau pasti akan membujuk Mommy sampai bilang iya. So why waste time to say no hmm?" "Thankyou Mommy. You are the best Mommy in the world!" kemudian Yoojung memeluk dan mengecup Yoona.  Soobin yang melihatnya ikut memeluk Yoona dan berkata "Thankyou auntie cantik, you are the best aunt in the world." "Oh sayang. That is so sweet of you." "Soobin, kau mau ikut mobil auntie tidak? Auntie bisa mengantarmu pulang daripada kau menunggu sendiri." "Is it okay?" "Of course sweetie. Kita bisa membeli ice cream dan fish cake dulu diperjalanan sebelum sampai rumahmu." "Thanks auntie cantik, kau seperti ibu peri di Cinderella movie." Yoona pun tertawa.  . . . . . Setelah menurunkan Soobin dirumahnya, Yoona tak lupa mengirim pesan pada Yuri, memberitahu anaknya sudah masuk rumah dengan selamat. Dimana sih Yuri? Yuri sedang ada meeting untuk fashion show sehingga memang rencananya menjemput Soobin harus ditunda 1 jam karena supir-supirnya entah mengapa tidak bisa masuk hari ini. Beruntung, Yoona mengantar anaknya pulang.  Dalam perjalanan pulang ke rumahnya, Yoojung pun bertanya pada Yoona "Mommy, can we stop in Daddy's office?" "Daddymu tidak ada di office sayang." "Jadi daddy dimana? Apakah dirumah?" "Entahlah. Yang jelas tidak di office dan dirumah. Kurasa sedang pergi dengan teman-temannya sayang." "Mengapa mommy tidak ikut? Biasanya kan Mommy selalu ikut." "Mommy mau menjemput princess Mommy yang ah sekarang sudah sangat besar." Yoojung terkekeh. Mommynya belakangan sering berkata dirinya sudah besar. "But you also said I will always be your little girl right Mom, so don't worry." "Yes. Always. You are also the most important in my life." "How about daddy?" "..." "Mommy?" "Second important?" Yoojung langsung tertawa dan high five dengan Mommynya. Senang karena dirinya adalah number one dihidup Mommynya. Yoojung ini sebenarnya 'daddy's little girl' tetapi diwaktu yang sama dirinya juga manja sekali pada Mommynya. Baginya, Mommynya sangat baik hati, cantik, senyumnya sangat manis, pintar, dan sebagainya.  . . . . . Sampai dirumah, Yoojung pun pergi membersihkan dirinya dengan pembantunya karena setelah mandi dan makan, dirinya ada les piano di music room dirumahnya. Music room? Oh tidak. Lebih tepatnya seperti sebuah studio rekaman besar.  Yoona yang tidak ada kerjaan apapun hari ini, memutuskan bersantai dikamarnya. Menyalakan televisi dan memilih Tv Show yang belum ditonton selesai olehnya.  Tak sadar, siang pun sudah menjadi sore, dan sore pun sudah berganti menjadi malam. Dirinya baru sadar jam sudah menunjukkan pukul 6 lebih ketika mendengar suara Yoojung berteriak berkata 'THANKYOU SO MUCH DADDY. I love you.' Oh, Siwon, suaminya sudah pulang. Ide lucu pun muncul, sebaiknya dirinya pura-pura tidur daripada harus ditanya-ditanya, dibujuk-bujuk oleh suaminya. Dia sedang tidak ada mood untuk itu. TBC
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD