Diam-diam Aku mencintaimu sampai akhir hayat

1050 Words
Bab 1 "Lala", sapa ku "Fika kok baru datang kemana aja", tanya Lala "Maaf, aku harus bantu Mak dulu", kataku "Oooo gitu", kata lala dengan mimik yang lucu. "Fika idolamu main basket cewek-cewek udh pada berkumpul di lapangan, kamu ngk pingin nonton?", kata lala "Biasa la kita lihat dari jarak jauh aja ya", kataku "Kenapa emg", balas Lala "Ya yang penting kelihatan biar dari jarak jauh la",: balasku "Ya udah gue ikut loe aja Fik", kata lala "Sip yuk", kataku sambil meraih tangannya menuju balkon diatas yang biasa ku tempati untuk melihat idolaku. Terdengar riuh rendah suara yang mengelukan namanya, Andika I love you, kata cewek-cewek bersahutan.Aku cuma mendengarkan saja dan mengamati dari jarak jauh, tentu saja aku tak berani seperti mereka, karena emg aku bukan cewek yang pantas untuk Andika kenal Ya aku sadar diri siapa diriku yang sangat tak pantas dikenal sama Andika Akhirnya pertandingan selesai dan dimenangkan oleh Kelompok Andika. Setelah itu cewek-cewek pada berlarian dan berebutan untuk mendekati Andika, tapi Andika tidak terpengaruh dan cuek aja, wajahnya datar dan dingin tanpa senyuman sekedar menyenangkan penggemarnya, tapi cewek-cewek itu tetap aja mengejarnya ngk peduli dengan senyuman sinis dan mengejek dari Andika. Andika mengibaskan tangannya menyuruh mereka pergi, akhirnya cewek-cewek itu pada pergi satu persatu meninggalkan Andika Andika menuju ke kantin bersama teman-temannya dengan didampingi 5 cewek cantik idola bagi cowok Mereka memesan bakso dan es, sambil makan mereka mengobrol sambil ketawa riang, sungguh pemandangan langka melihat Andika ketawa, sungguh sangat tampan bikin hatiku meleleh Mak Aku hanya bisa melihatnya dari jarak jauh, lihat ketawanya dari jarak jauh bikin deg-degan jantungku, pasti nanti malam aku ngk bisa gara-gara ketawanya Mereka keluar dari kantin menuju kelasnya, ditengah perjalanan tak sengaja aku berpapasan dengannya, sungguh aku tak bisa bergerak hanya berpapasan dengannya jantungku deg-degan. Hei loe kenapa berdiri disitu menghalangi pemandangan yang bagus saja, cepat menghilang dari hadapanku, hardik Andika. Sakit banget hati ini, kalau ngk suka ngk usah menghina gitu pa lagi dihadapan byk orang, semua memandangku dengan pandangan rendah, sungguh malu aku tapi aku ngk akan menangis biar orang-orang tidak semakin merendahkan ku. Akhirnya aku pergi dari hadapannya dengan perasaan hancur berkeping-keping tapi kenapa aku tak bisa membencinya. Setelah jauh dari tempat kejadian ku tumpahkan air mataku, beginilah nasib orang jelek selalu dihina. Ku hapus air mata ku kenapa aku harus menangis, kata hatiku, aku tak boleh menangis apapun yang terjadi pada diriku, hibur ku. Tiba-tiba ada yang menepuk pundak aku, "Ya Allah Lala ngagetin aja", ujar ku. "Maaf Fik", kata lala sambil matanya berkaca-kaca. "Kenapa", tanyaku "A a aku tidak bisa membantumu, aku aku teman yang tak berguna, maaf", katanya lirih "Lala", kataku sambil tersenyum. "Aku sudah biasa dapat hinaan seperti itu, aku ngk apa-apa, santai aja Lala yang penting kita makan ngk minta mereka, kita juga ngk pernah menyusahkan mereka, kenapa harus dipikirin ngk ada pengaruhnya buat kita, betul kan yang ku bilang". "Iya betul Fika, aku dukung kamu", katanya sambil tersenyum ceria Aku dan Lala berjalan menuju kelas karena mata kuliah bioteknologi mau dimulai, Pak Dosennya killer lagi harus tepat waktu dan tidak boleh melamun karena setiap saat akan ditunjuk untuk menjawab pertanyaan, makanya harus konsentrasi biar ngk malu Aku sangat suka dengan mata kuliah ini, maka aku selalu serius mengikuti mata kuliah bioteknologi 'Fika nanti pinjam catatannya ya" ,kata teman sebelahku yang bernama Agus "Boleh", jawabku "Nah anak-anak karena waktu udah habis maka untuk hal 45-47 tugas dirumah pertemuan berikutnya kita koreksi bersama", kata dosenku yang bernama Pak Arif "Ya Pa",, jawab anak-anak serempak Pak Arif keluar kelas dan anak-anak berebutan ikut keluar juga "Wah Fika soal hal 43-47 susah banget, nanti aku minta diajari ya", kata lala sama Agus "Insyaallah", kataku sambil memasukkan semua buku ke tas setelah itu aku berdiri dan menarik tangan Lala untuk ku ajak keluar Agus mengikuti dibelakang kami, karena udah habis mata kuliah yang harus diikuti maka kami berencana mau pulang.Kamk berjalan menuju pintu gerbang bertiga sama Agus, kami celingak-celinguk untuk melihat ada angkot lewat, mendadak ada the geng Andika berjalan dibelakang kami, karena tidak mau membuat masalah dengan mereka, kami bertiga minggir untuk memberi jalan sama geng Andika Mendadak mereka berhenti pas disamping kami bertiga "Ada apa ya mereka berhenti", tanyaku dalam hati Lala berbisik kearahku, "e kenapa mereka berhenti ya Fik" "Mana ku tahu la, tanya tu sama mereka", kataku sewot "E ditanya jawabannya menyolot", protes Lala "Habis kamu sich, nanya ke aku", gerutu aku "Terus aku harus bertanya sama siapa kalau bukan kamu Fika", katanya dengan suara agak keras "Tanya dong sama Agus", kataku sambil mendelik "Lho apa hubungannya sama aku, nama aku kok disebut", protes Agus kearahku "Ya jelas adalah Gus, kamu kan juga ada disini", kataku dengan suara keras tanpa kusadari "Hei kalian ngapain bertengkar disini, didepan kita lagi", hardik teman Andika yang bernama Rangga "Iya tu berisik banget", protes teman Andika yang bernama Dimas "Udahlah jangan mengurusi hal yang tidak penting Dim", kata Prasetyo "Betul Betul betul", kata Revan Mendadak kami bertiga tertawa karena mendengar jawaban Revan kayak Upin Ipin "Kenapa ketawa", hardik Prasetyo "Maaf tuan Pras bukan maksud kami ketawa cuma tadi kita lihat hal lucu disana", kataku berkilah takut bikin singa mengaum keras "Hmmm betul seperti itu", tanya mereka berempat serempak "Betul tuan-tuan", kataku sambil ngasih kode ke Lala dan Agus untuk segera berlalu dari tempat itu Tapi dasar Lala dan Agus lemot ngk paham dengan kode, mereka diam aja tidak bergerak pergi Aduh gila nich dua temanku yang lemot ini, diajak pergi malah diam aja Tak sengaja mataku bertatapan dengan mata Andika dengan cepat aku mengalihkan pandangan ke arah sembarang karena takut aku ngk bisa mengendalikan hatiku "Cantika belum sampai ya", kata Andika kepada temannya "Iya ya", kata mereka serempak "Mungkin masih ke toilet Dik", kata Revan Andika diam aja sambil matanya menyapu area sekitar untuk mencari Cantika "Sayang maaf ya aku telat", kata Cantika berlalu mendekati Andika dengan senyum manisnya dan bergelayut manja memegang lengan Andika "Ngak apa-apa sayang, aku akan setia kok menunggumu", kata Andika sambil tersenyum ke arah Cantika "Ayo kita berangkat, jadi kan kita ke mall", tanya Cantika dengan manja sambil menggoyangkan tangan Andika "Tentu saja sayang, apa sich yang ngk buat kamu", kata Andika sambil mencubit mesra pipi Cantika Cantika tersenyum malu menerima perlakuan manis dari Andika Sungguh pemandangan yang sangat menyakitkan bagiku, aku memasang muka datar tanpa terpengaruh sedikitpun adegan yang mereka lakukan
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD