Dion meraih tangan sang ayah yang berbaring, masih sambil menangis. "Aw! Panas!" "Panas?" "Iya, Mama. Tangan papa panas," angguk Dion sembari mengusap jejak air mata dengan punggung tangan. "Mungkin Mas Damar demam, Mbak," komentar Bibi. "Bi, tolong cek, siapa tau Mamang udah pulang. Nanti minta tolong bantu Mas Damar pindah ke kamar," ujar Dania kemudian pergi ke belakang dan kembali dengan membawa mangkuk untuk kompres. "Mama, mau kompres papa?" tanya Dion "Iya, Sayang," angguk Dania sambil membasahi lap dengan air dalam mangkuk. Bola mata Damar bergerak dalam pejam, bermimpi didatangi sang anak. "Mama lihat, mata papa bergerak. Papa gak jadi meninggalkan," ceplos anak itu. "Sssttt ... Dion. Gak boleh bicara begitu, Sayang. Papa Dion cuma sakit, gak meninggalkan," tegur Dania, l

