“Dari awal lo emang gak pantes buat dia. Kapan lo sadar?” . . . Cia dan Barga duduk di halte yang tak jauh dari sekolah. Cia memegangi dadanya yang sesak melihat Alfaro tadi. Barga mengusap punggung Cia pelan, mencoba menenangkan cewek itu. “Aku beli minum dulu, ya. Kamu tunggu di sini!” Cia mengangguk, kemudian Barga berlari untuk membeli minum diseberang jalan. Cia yang sedang duduk dikagetkan oleh lemparan air dari samping. Alika dan kedua temannya tersenyum sinis memandang Cia yang basah kuyup. “Enak, ya, pagi-pagi udah di gaet dua cowok ganteng. Alfaro dan Barga. Seneng banget hidup lo!” kata Alika dengan nada meremehkan. Tak lama, seorang cewek berambut ikal datang dari arah belakang Alika. Cewek itu menyilangkan kedua tangannya menatap Cia. “Ini yang namanya Cia? Cewek yang ud

