"Hans, apakah kau melihat wanita berambut hitam kemari?"
Suara berat yang terdengar familiar itu langsung mengalihkan perhatian Hans. Pria yang sedang berkutat dengan data jumlah persediaan makanan itu lantas memutar tubuh sempurna. Tampak sekali wajahnya menyimpan rasa keterkejutan atas kedatangan orang tak diundang yang sangat mengesankan.
"Apa yang dilakukan seorang jenderal besar di gudang persediaan makanan? Seorang gadis berambut hitam? Hm ... aku memang sudah menaruh curiga padanya. Kau tahu, dia menanyakan arah ke kota Mysth, tapi wajahnya sendiri terlihat buta arah. Aku yakin dia bukan gadis biasa, jadi menyuruh seorang prajurit untuk mengikutinya. Aku menyuruh wanita itu ikut menaiki salah satu kereta pengangkut."
Caden tersenyum tipis. "Kau sangat waspada. Terima kasih, Hans!"
Belum sempat Caden beranjak, Hans kembali mencegahnya dengan wajah serius. "Apakah Yang Mulia baik-baik saja? Sebenarnya, siapa wanita itu? Mengapa Yang Mulia susah payah menyuruhmu untuk mengejar seorang wanita. Padahal, tugas seorang jenderal sepertimu 'kan di Medan perang."
"Justru itu, wanita itu adalah barang yang sangat besar."
Kening Hans mengerut heran. "Apa maksudnya?"
"Semalam dia menyusup ke camp Yang Mulia dan membuat beberapa prajurit bertengkar. Kau tahu, tentu saja identitasnya tidak sederhana."
Mendengar itu, Hans jelas tampak terkejut. Lantas ia mengangguk paham. "Aku akan mengirim beberapa prajurit untuk ikut mencarinya."
Caden mengangguk. Pria itu menepuk pundak Hans sesaat. "Aku pergi dulu!"
***
Meski kaki Alexa berhasil menginjak tanah, tetapi ia merasa sejak dari kereta pengangkut tadi ia selalu diikuti. Seorang pria berseragam prajurit menunggangi kuda selalu mengikuti arah kereta kuda. Meski ia enggan mempercayai dugaannya, tetapi firasatnya itu diperkuat ketika kini ia sudah turun dari kereta kuda dan samar-samar dari ekor matanya, Alexa mampu melihat siluet si prajurit masih mengikutinya.
Merasa dalam bahaya, Alexa segera berjalan lebih cepat menyusuri pasar rakyat yang sangat ramai. Beberapa kereta kuda berlalu lalang, Alexa berpikir cepat untuk menghilangkan diri menggunakan kendaraan itu. Alexa membelok tajam menuju seberang kereta kuda. Di saat kereta kuda menutupi tubuhnya, ia segera naik ke bagian pinggir kereta kuda untuk mengecoh si prajurit. Ketika melihat prajurit kebingungan, Alexa segera bergerak turun ke bagian bawah kereta dan bergelantungan sesaat menunggu si prajurit pergi. Setelah memastikan aman, Alexa menjatuhkan diri lalu segera pergi ke sisi pasar berseberangan dengan arah yang dituju prajurit.
Namun, sepertinya Alexa salah perkiraan. Di sisi itu ia malah bertemu dengan segerombolan prajurit yang sedang menanyai beberapa pedagang dan pembeli. Alexa segera bersembunyi di balik dinding, ia menguping pembicaraan mereka.
"Apakah Anda melihat wanita berambut hitam? Jika melihat, segera laporkan. Dia adalah tawanan perang
'Apa?! Aku adalah tawanan perang?!'
Alexa mendengkus kesal. Ia segera mengucir cepol rambutnya. Ia melirik sekitarnya, beruntung ada sebuah topi anyaman usang yang dapat ia gunakan menutupi rambutnya. Alexa harus segera memikirkan cara untuk pergi dari sini. Ia berjalan mencari jalan keluar sari pasar, sesekali berpapasan dengan beberapa prajurit yang membuat jantungnya menggila.
Sialnya, seorang prajurit yang pertama kali mengejarnya menghentikan langkah Alexa. Bodoh, seharusnya Alexa juga ganti baju! Dengan jubah hitam milik kaisar, meski tampak sederhana, tetapi kualitas bahannya sangat dikenali. Alexa terus mengerutuku kecerobohannya.
"Tunggu, Nona. Bisakah Anda melepaskan topi itu?"
"Saya ...."
'Maaf,' batin Alexa sebelum ia menendang pria itu hingga terjatuh.
Alexa segera berlari, entah bagaimana, topi anyaman miliknya terlempar oleh angin ke sembarang arah. Kini ia bisa melihat sekitarnya dengan lebih jelas. Sialnya, posisinya sudah dikepung. Pertarungan tak terelakkan, bermodal bela diri lokal yang ia pelajari di abad 21, ia berusaha melawan beberapa prajurit yang menyerang sekaligus.
Ia menghindari setiap pukulan, bersalto lalu balas menendang salah satu prajurit hingga membuatnya terjatuh di atas meja dagangan. Maafkan perbuatan Alexa, ibu penjual, salahkan saja para prajurit ini yang terus mengejarnya. Alexa berlari beberapa jauh, sial di depannya ada sebuah gerobak semangka yang sangat besar. Melihat celah di bawahnya, Alexa menyusup dan berhasil berdiri di balik gerobak. Alexa berhenti sejenak, lalu dengan mengeluarkan tenaga semaksimal mungkin, ia mendorong gerobak itu hingga membuat semangka-semangka di dalamnya berhamburan di jalan.
Keadaan pasar semakin heboh. Di sisi lain ketika Alexa harus bergelut drngan prajurit, seorang pria malah tampak begitu asik bersantai di atas atap menyaksikan aksi kejar-kejaran itu. Hingga tiba pelarian Alexa di tempat buntu, sedangkan di kedua sisinya hanya ada tembok tinggi. Di sana, Alexa tampak sangat panik, tidak mungkin dia bisa melawan belasan prajurit sekaligus. Di saat genting sebelum para prajurit menemukannya itu 'lah, tanpa sengaja Alexa menyadari keberadaan seorang pria di atas atap yang menatapnya dengan senyam-senyum.
"Sepertinya Nona ini kecapaian. Apakah butuh bantuan?"
Alexa tidak mengenal siapa pria itu. Namun, begitu ia menoleh ke belakang suara puluhan derap langkah kaki membuat Alexa segera mendongak penuh permohonan. Pria itu dengan cekatan melempar sebuah tali tambang. Melihat itu, tanpa pikir panjang Alexa segera memanjat dinding dengan menggunakan tali tambang itu. Alexa berhasil mencapai atap dengan napas tersenggal, sedangkan pria itu kembali menggulung tali tambang.
"Nona bisa berlari di atas atap?" Pertanyaan pria itu membuat Alexa terhenyak. Alih-alih menjawab, ia malah langsung menatap ke arah atap yang membentang.
Di sisi lain, ketika para prajurit sampai di ujung lorong, mereka tidak mendapati Alexa di sana. Namun, sekilas mereka melihat seorang pria sedang membawa gulungan tali tambang. Sebelum pria itu membalikkan badan, dia sempat memberi isyarat tangan pada prajurit yang seketika langsung dipahami mereka.
"Target berhasil kabur! Ayo segera cari ke tempat lain!"
Kembali pada Alexa, wanita itu hanya termanggu hingga sang pria berdiri tepat di sebelahnya. "Tidak bisa, ya?"
Alexa menoleh, didapatinya seorang pria berparas rupawan dengan rambut kemerahan khas bangsa Adney Land. Wajah lebar yang dibalut alis tebal dan diperkokoh hidung mancung menjulang. Rahang tegasnya seolah memamerkan sisi jantan pria itu di samping tubuhnya yang juga tampak kokoh. Pria itu memiliki lesung pipit di pipi kirinya, memberikan kesan manis yang sangat kontras dengan proporsi fisik yang begitu kekar.
Sejenak, Alexa merasa wajah pria itu seperti familiar. Sepertinya ia pernah bertemu, tetapi rasanya juga mustahil berhubung Alexa baru masuk ke dunia ini semalam. Sekali lagi diamati, peragaan fisiknya membuat ingatan Alexa terbang samar. Namun, ia segera mengemas pemikirannya.
"Ehem! Bisakah Nona berkedip ketika menikmati ketampananku?"
Suara jenaka pria itu membuat Alexa terhenyak dan langsung membuang muka malu. Ia meruntuku dirinya sendiri yang tak bisa menahan diri.
"Te-terima kasih, Tuan. Omong-omong siapa nama Anda?"
Pria itu mencebik. "Aku tidak terbiasa memperkenalkan diri di depan wanita asing. Bagaimana kalau Nona memperkenalkan diri lebih dulu?"
Ini yang membuat Alexa merasa lucu, mempertanyakan identintasnya sendiri. Alexa merasa aneh, ketika semua orang mengenalnya sebagai Athea sang putri.
"Alexa." Jawaban Alexa atas namanya terasa mantap seraya mengulurkan tangan. "Anda?"
Pria itu menarik salah satu sudut bibirnya lalu menjabat tangan Alexa. "Asher."
Keduanya saling tersenyum sesaat sebelum akhirnya melepas jabatan tangan di antara mereka.
Hingga tiba-tiba terdengar suara tak terduga dari perut Alexa.
Kluruk ....
Detik itu juga Asher menertawakan Alexa yang langsung menunduk menahan malu luar biasa.
"Sepertinya perut Nona tidak bisa berbohong. Sebagai bentuk perkenalan, saya akan mentraktir Nona. Ayo!" Asher bangkit.
Namun, sebelum pria itu melangkah, Alexa mencegahnya. "Tunggu!"
Asher menoleh. "Ada apa? Ayo!"
Sejenak, Alexa meragu. "Apakah kau tidak ingin bertanya mengapa prajurit itu mengejarku? Bisa saja kan aku penjahat?"
"Begitukah?" Asher malah terkekeh. "Sudah biasa pencuri kejar-kejaran dengan penjaga. Omong-omong, kau dari kelompok pencuri mana? Aku berteman dengan ketua kelompok mereka semua."
Mendengar ucapan Asher yang terdengar enteng dan meyakinkan itu sejenak membuat Alexa terhenyak. Ternyata ia dianggap pencuri. Yah, itu lebih baik daripada ia harus susah payah berbohong. Lagipula, tidak ada salahnya bukan menerima kebaikan seseorang?
"Baiklah! Aku terima traktiranmu. Jika ada waktu di masa depan, giliran aku yang mentraktirmu. Bagaimana?"
Senyuman Asher mengembang. "Setuju!"