1

1471 Words
Sekitarku bergoyang. Kepalaku menjadi pening karenanya. Meski mataku terpejam, alam bawah sadar memberitahu kalau tempatku berbaring tidaklah stabil. Gempakah...? Perlahan aku membuka mata dan mengerjap. Hal pertama yang menyambutku adalah langit biru yang luas tanpa awan. Aku merasa seperti berada di atas laut dan ini terasa begitu nyata, bahkan burung camar dengan suaranya juga ada. Aneh? Seingatku aku sedang tidur di kamar. Kugerakan tubuhku untuk bangkit. Tanganku terulur memegang apapun yang bisa kuraih. Lalu kutemukan pinggiran perahu yang reyot untuk bertumpu. Kemudian perahu itu bergoyang kembali akibat gerakanku. "Ah..!" Aku tersadar. Ini dimana? Semua yang kulihat hanya dua warna biru berbeda yang membedakan langit dan laut. Laut ini terasa menakutkan karena begitu tenang. Tidak ada ombak, tidak ada kemegahan gelombangnya atau desir air. Laut ini tenang seperti ada monster sedang bersemayam di bawahnya. Ombak seperti menghindari. Angin dan desau angin pun menjauhiku. Hanya aku yang berlayar ke sini dengan perahu reyot tanpa tahu apa-apa. "Kenapa aku disini?" tanyaku khawatir pada diriku sendiri. Peluhku jatuh dan tanganku mulai gemetar. Mataku berkeliling melihat sekitar, atas dan bawah. Lalu saat telah selesai menelaah semuanya, aku menyadari bahwa warna air tepat di bawahku terlihat lebih gelap dari di sebelah sana. Tidak ada yang menudungi tempatku, semuanya terkena sinar matahari yang sama. Lalu, mengapa gelap? Apa jangan-jangan... Sesuatu sedang benar-benar berada di bawahku? "Marine." "Siapa?!" Ada suara yang memanggilku. Aku yakin sekali. Suara laki-laki. Tetapi di mana? Aku tidak melihat siapapun. "Marine." Dia memanggil lagi. Segera kulihat sekeliling dan hasilnya tetap nihil. Aku tidak melihat siapapun. Hanya ada aku sendiri diatas perahu reyot ini. Lalu aku pun tersadar. Jika dia tidak ada di atas... Mungkinkah sosok yang memanggilku itu ada di bawah? Aku menunduk perlahan, pada air laut yang berwarna lebih gelap ini. Nafasku tiba-tiba terasa berat seiring semakin gelapnya air laut itu. Meski takut, aku tidak bisa menahan diriku untuk terus memperhatikan. Sesuatu datang dari bawah perahuku. Terdorong penasaran, aku jatuh berlutut untuk melihat lebih dekat. Kini airnya mulai beriak. Bukti konkrit itu menunjukan memang ada sesuatu di sana. Sesuatu yang besar dan hidup. Bodohnya, aku justru mengulurkan tangan untuk menyentuhnya. Sampai tiba-tiba, tangan asing berkuku sangat panjang dan tajam itu mencengkeram pergelangan tanganku. Kurang dari sedetik, aku ditarik ke dalam laut. Meninggalkan perahu rapuh itu terguncang sebentar lalu stabil kembali tanpa penghuni Pemandangan berubah drastis. Dari nyatanya kehidupan di atas air menjadi buram dan gelapnya kedalaman laut. Buih-buih tercipta seiring aku ditarik lebih dalam oleh makhluk itu dan rasanya sesak. Mataku mulai berusaha fokus jauh lebih keras dari sebelumnya. Aku berusaha melihat siapa, atau apa yang di depanku saat ini. Seenaknya menarik tanganku dan membawaku entah kemana. Akan tetapi, meski telah berusaha, aku tetap sulit melihatnya sebab makhluk ini tidak kunjung berhenti membawaku ke dasar laut. Hingga tiba-tiba, dia berhenti. Dari buramnya pemandangan di bawah air aku masih bisa melihat. Makhluk di depanku ini memiliki bentuk yang sangat aneh tetapi berwarna sangat cantik. Platinum kebiruan yang redup akibat cahaya matahari yang tidak sampai pada kedalaman ini. Meski begitu, aku berani bertaruh dia akan terlihat sangat indah di bawah sinar matahari. Tetapi untuk wajahnya, entahlah. Air laut membuatku sulit melihatnya. "Marine," Kembali, suara itu terdengar. Tetapi sekarang terasa jelas karena dilengkapi dengan bibirnya yang bergerak. Dialah yang memanggilku sedari tadi. Aku tidak yakin, tapi dia seperti manusia? Ada gambaran manusia yang terukir di bentuk kepala, tangan dan perutnya. Persis seperti manusia laki-laki yang cukup kekar. Tetapi pigmen kulit itu bukanlah warna manusia. Terlebih, aku juga menyadari tubuh bagian bawahnya... seperti ikan besar. Bagian-bagian tidak lazim pada manusia juga terdapat padanya. Selaput tipis di tiap sela jari-jarinya, celah pipih memanjang seperti insang, sesuatu seperti sirip di telinganya, dan, apa itu... Dia menoleh dan mata beriris emas itu bercahaya seperti serigala dalam hutan. Aku mulai takut. Bibir makhluk itu tertarik atas dan memperlihatkan taring-taring tajamnya. Seperti mengancam jika dia bisa menggigit dan mengoyakku kapan saja. Aku menarik tanganku, tetapi dia menahannya. Aku mulai panik saat dia justru mendekat dan berusaha menarikku melekat pada tubuhnya. Kakiku menendang-nendang air yang tidak ada dasarnya, berusaha agar bisa berenang menjauh tetapi sepertinya akulah yang sudah masuk daerah kekuasaannya. "Kau akan datang padaku, Marine." Dia membelai pipiku dengan tangan bersisik tajamnya. Aku semakin panik. Ditambah tekanan air membuatku tidak bisa bernafas. Aku meronta-ronta. Melihat wajah setengah hewan itu mendekat padaku. Semakin dekat dan dekat. Dia akan memakanku! Hah! Aku terbangun lagi. Sinar bulan masih menguasai malam dan sedikit masuk menembus jendela. Pemandangan familiar itu menyambut, dan sekaligus membuatku merasa lega. Aku berada di kamarku. Semuanya kembali normal. Kulihat barang-barangku yang sudah dikemas rapih di sana. Mereka menatapku curiga seperti bertanya aku kenapa. Aku memang sedikit terengah karena mimpi tadi. Beberapa peluhku juga jatuh karena begitu gugup. Tetapi sungguh, mimpi buruk tadi terasa begitu nyata. Ah, aku pasti hanya kelelahan karena harus pindahan pagi ini. Mimpi tadi juga pasti karena aku terlalu memikirkan rumah baruku. Rumah itu memang dekat dengan laut dan baru saja aku bermimpi tentang laut. Tetapi tentu, aku tidak akan membatalkan kepergianku hanya karena mimpi buruk. Tunggu, selain laut, tadi aku bermimpi apa ya? Seperti ada sesuatu yang mengerikan... Tapi, apa? Ada sesuatu kah? Cepat sekali aku melupakannya. Sudahlah! Pagi ini aku akan sibuk sekali. Aku harus cukup istirahat agar semuanya selesai tepat waktu. Kutarik kembali selimut dan tidur. Kuharap tidak kembali pada mimpi itu. *** Sebut aku pengecut karena telah lari ke sini untuk menghindari keluarga dan tunanganku. Mereka tidak akan berhenti protes tentang keputusanku untuk kuliah kelautan. Mereka bahkan sampai diam-diam mengatur pertunangan untukku dengan seorang laki-laki kaya sehingga aku tidak perlu kuliah atau bekerja. "Setidaknya kuliahlah yang relevan dengan pekerjaan yang menghasilkan." "Mau jadi apa? Penjaga akuarium?" Diam kalian. Aku memang lahir dari kalian tetapi aku punya hidupku sendiri. Tidak semua bisa kalian atur. Aku meletakkan kardus terakhir berlabel "buku kuliah" di pojok kamar. Kurir pengangkut sudah pergi setelah memindahkan sofa dan lemari. Sisanya aku harus membereskan sendiri. Untung saja aku sudah selesai membersihkan rumah ini. Pekerjaanku jadi sedikit ringan. Barangku juga tidak banyak, meskipun ternyata tetap menghabiskan waktu seharian untuk membereskannya. Hari sudah mulai malam, sinar lembayung dari matahari terbenam sudah hilang. Kubuka jendela dan aroma laut yang kusukai menyeruak. Aromanya tercium masih sama seperti laut saat siang. Angin dan desau ombak itu menggodaku. Membuatku yang meski berada di dalam rumah, bisa ikut merasakan laut itu dalam mata terpejam. Pemandangan di luar jendela memang tidak seindah itu. Lautnya ada, tetapi ada sebuah karang besar yang menutupi. Sebelumnya dekat karang itu ada dermaga, tetapi entah kenapa dermaga yang sudah diberi kayu itu tidak lagi dipakai. Meninggalkan kayunya mulai lapuk diterpa ombak. Aku jadi terpikir, bagaimana jika berjalan-jalan sebentar? Waktuku masih banyak. Memang malam sudah mulai tiba, tetapi besok aku tidak ada kegiatan. Lagi pula purnama akan bersinar sangat terang malam ini, jadi tidak terlihat menakutkan. Segera aku memakai sepatuku dan melangkah keluar. Lalu kumelangkah sedikit memutari rumah untuk mencari jalan menuju bekas dermaga itu. Tempat ini tidak bisa dilewati sembarang orang. Hanya bisa jika masuk ke pekarangan rumahku dulu. Aku menjejakkan kaki pada pasir putih dan tidak seimbang. Perlahan melangkah hati-hati menuju karang. Bulan menyinari kayu dermaga. Kini aku bisa melihatnya jelas kalau ternyata tidak selapuk itu. Aku masih bisa duduk di atasnya. Jika aku nekad pun, sebetulnya aku bisa memanjat untuk duduk di atas karang tinggi ini. Berjemur di bawah matahari seperti putri duyung atau anjing laut, tetapi aku belum berani. Kakiku tercelup, dinginnya air laut segera menyerang syaraf kakiku. Entah, aku justru merasa rileks karenanya. Kupandangi kebiruan air laut di bawah sinar bulan. Rasanya begitu tenang. Sangat tenang. Aku mengantuk dibuatnya. Namun sesuatu yang tiba-tiba saja melompat ke dalam air dari atas karang itu membuat semua kantukku lenyap. BYURR!! "Hah...? Apa itu?" lirihku setelah melonjak. Sosok seperti ikan besar, kira-kira dengan panjang tiga meter sampai ekornya baru saja melompat ke dalam air. Bahkan airnya terciprat ke wajahku. Basah ini nyata. Padahal laut sedang sangat tenang tanpa ada ombak besar. Ini bukan imajinasi. Sesuatu memang baru saja melompat. Apa itu? Haruskah aku menyelam untuk melihatnya? Tetapi bagaimana jika dia buas? Aku segera menarik kakiku dari air dan melihat sekeliling. Tidak ada siapa-siapa lagi. Kupandangi air laut tempat di mana dia menyeburkan diri tetapi aku tidak menemukan apapun. Sampai akhirnya, sebuah gundukan sebesar kepala manusia mencuat dari permukaan laut tidak jauh dariku. Tubuhku seketika membeku. Itu puncak kepala. Kepala yang sedang kubicarakan disini adalah kepala manusia bukan ikan. Aneh! Padahal aku yakin sekali yang kulihat tadi adalah ikan. Lali di sana dia hanya mengeluarkan kepalanya sebatas hidung, aku melihat posisi mata itu seperti mata manusia. Irisnya berwarna kuning dan menyala. Aku heran. Jelas-jelas yang kulihat tadi adalah ekor ikan, tetapi mengapa kepala yang muncul seperti manusia. Apa-apaan ini? Kakiku perlahan melangkah mundur. Aku tidak mau menyimpulkan terlalu cepat, jadi aku mengusap-usap mataku apa aku hanya salah lihat atau apa. Tetapi saat aku bisa melihat lagi, benda itu sudah hilang. Laut kembali biasa dan aku sendirian disini. Halusinasikah?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD