Prolog

366 Words
Sebelumnya..... "Aku gak mau pulang ke rumah kamu!" Kata Alana ketika mereka sampai di tengah perjalanan menuju rumahnya. Rafael mengurut keningnya, karena kepalanya kini pusing tujuh keliling. "Apalagi Alana? Kenapa kamu gak mau pulang?" "Aku gak mau satu rumah sama mama kamu!" Tegas Alana. "Terus kita mau pulang kemana?" "Aku mau pulang ke rumah nenek ku. Kalau kamu mau pulang ke rumah mama kamu, silakan saja. Tetapi aku gak mau." Alana melengos, dia mengarahkan pandangannya ke arah luar. "Jadi ini balasan kamu? Setelah aku menyelamatkan kamu?" "Aku gak minta kamu buat menyelematkan aku, kamu sendiri yang datang menyelamatkan. Dan aku yakin, yang menyebabkan kamu datang ke rumah Nabilla adalah kepentingan kamu sendiri,bukan karena ingin menyelamatkanku. Sekarang katakan apa mau kamu? Apalagi yang kamu butuhkan dari aku? Kamu kan sudah mendapatkan apa yang kamu mau." "Kamu sudah mendapatkan kekuasaan dan kedudukan yang kamu impikan. Bukankah ini berarti saatnya kamu melepaskan aku? Aku sudah memenuhi kewajiban ku, dan kamu sudah memenuhi kewajiban kamu terhadap aku, jadi kita impas." Rafael tertegun mendengar ucapan Alana yang menyakiti hatinya tetapi itu benar adanya. Semua yang keluar dari bibir Alana adalah fakta. Ya, memang kedatangannya ke rumah Nabilla adalah karena ia memiliki kepentingan pribadi. "Tenang saja, Rafa, rahasia tentang pernikahan kita akan aman. Kamu tidak perlu khawatir." "Kamu bilang saja sama aku, kapan kamu mau aku buat daftarin gugatan cerai kita. Nanti aku akan segera urus semuanya. Jadi kamu tidak perlu repot-repot lagi urusin urusan keluarga ku yang berantakan. Karena jujur aku malu, aku malu sama kamu." Alana menunduk menahan rasa sakit dan perih yang menusuk-nusuk dadanya. Air matanya akan segera terjatuh jika saja dia tidak kuat-kuat menahannya. Rafael kembali memfokuskan diri ke depan, ke jalanan aspal di hadapannya. Jalanan kota besar ini selalu macet tiap sore tiba, suara klakson meraung-raung mengisi kesenyapan yang terjadi setelah Alana mengatakan hal itu padanya. Dia tidak menyangka bahwa Alana akan mengatakan hal seperti itu padanya. Sungguh Rafael tidak mengharapkan ini. Beberapa waktu ini dia bahkan lupa jika pernikahan yang dia jalani bersama Alana hanyalah pura-pura. Dan dia lupa bahwa dia selama ini tidak lebih baik dari Lely ataupun Cassandra yang hanya memanfaatkan Alana saja. Dia sama bajingannya dengan pria yang memanfaatkan keluguan dan kelemahan wanita.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD