Part 1. Terluka

1096 Words
Di sebuah ruangan, terlihat ada sebuah acara pernikahan yang di gelar cukup mewah. Para tamu undangan yang hadir terdiri dari berbagai kalangan mulai dari artis, pejabat, dan rekan bisnis. Seorang MC pernikahan tengah berbicara, “Baiklah, dengan ini persiapan acara pernikahan hari ini sudah selesai. Sebentar lagi kita akan menyambut bintang utama kita hari ini. Tuan Mario dan Nona Keisha.” “Mari kita sambut pengantin kita dengan tepuk tangan yang meriah. Mempelai pria, dipersilahkan masuk ke ruang pernikahan,” ucap MC kembali. “Prok.. prok.. Prok..!!” para tamu undangan memberikan tepuk tangan, ketika mempelai pria dengan senyuman bahagia berjalan masuk ke dalam ruangan. Suasana tampak meriah, dimana para tamu undangan duduk di kursi mereka masing. Tanpa disadari ada sesosok wanita dengan kacamata hitamnya duduk di salah satu kursi tamu undangan. Wanita itu tampak kesal menatap mempelai pria yang tengah berjalan masuk ruangan. “Mana bisa aku membiarkan pengkhianat itu begitu saja?!!” pikir wanita itu. Flashback on Satu minggu sebelumnya “Ini,” ucap Mario memberikan sebuah amplop undangan pada seorang wanita.” “Apa ini?” tanya wanita itu yang bernama Risa. “Aku akan menikah,” ucapnya dengan santai sambil meminum kopi yang sudah dia pesan lebih dulu. “Apa?!” Risa tampak tak percaya dengan apa yang dia dengar. “Calon ayah mertuaku adalah kandidat kuat untuk presiden berikutnya. Karena itu sekarang perbedaan level di antara kita menjadi semakin besar.” Risa terlihat terkejut mendengar perkataan Mario yang sudah dia kenal selama ini. Bahkan mereka sudah menjalin hubungan cukup lama. “Aku nggak tahu, apa kau itu benar-benar polos atau bodoh? Aku kan mengabaikan teleponmu sebulan sekali gara-gara ada pemotretan. Tapi kau sama sekali nggak curiga padaku,” ucap Mario tersenyum tanpa ada rasa bersalah. “Memang sih aku mengerti dirimu. Gimana kau bisa tahu jadwal pemotretan di luar negeri? Kalau kau saja nggak pernah melakukannya, kan?” ucap Mario seakan mengejek Risa. Flashback off Perkataan pria terus terngiang-ngiang di pikirannya. Rasa kesal dan emosi kembali memuncak di hati Risa. Apalagi Risa datang ke acara pesta pernikahan mantan pacarnya itu. “Sabar.., aku harus sabar. Ini semua demi diriku sendiri. Dia sudah mengundang aku jauh-jauh kesini untuk makan, jadi aku makan saja dulu. Aku anggap saja sebagai hadiah terakhir,” pikirnya sambil berniat menyantap makanan yang ada di atas meja. “Permisi nona,” suara seorang pelayan yang sudah berdiri di dekat Risa. “Maaf nona, tempat duduk untuk para tamu sudah ditentukan. Saya akan mengantar ke tempat duduk nona, kalau nona menyebutkan nama anda,” ucap pelayan dengan ramah. Risa menoleh ke arah pelayan itu, dan seketika dirinya tersadar. “Oh..” wajah Risa seketika memerah, menahan rasa malunya. “Apa yang sudah aku lakukan disini? Kenapa coba aku datang kesini untuk duduk dan makan-makan? Apa karena aku mau mencoba untuk tidak peduli sama sekali? Atau aku berharap dia jadi sedikit tegang karena dia melihatku? Kalau bukan karena itu juga, apa aku berharap mendengar kata-kata pria itu saat dulu dia mencintaiku,” pikir Risa yang kecewa. Dulu saat mereka masih berhubungan, Mario pernah mengatakan hal yang begitu hangat padanya. Saat pria itu melihat foto kedua orang tua Risa yang sudah meninggal dunia, dan pria itu tampak mendengarkan keluh kesah Risa. “Oh begitu rupanya, kedua orang tuamu meninggal karena kecelakaan ya. Pasti sulit hidup sendiri, tapi mulai sekarang aku akan terus berada disisimu.” Perkataan itu terus terngiang-ngiang di pikiran Risa. Hingga tanpa sadar membuat wanita itu mengeluarkan air matanya. “Aku tidak mau mengakuinya. Tapi tidak ada yang bisa menandingi kebodohanku,” batin Risa yang menundukkan kepalanya, jika mengingat hal itu. Pelayan tampak bingung melihat Risa tampak diam saja, sambil menundukkan kepalanya. “Maaf nona, tamu yang seharusnya duduk disini…” belum selesai pelayan itu bicara. Risa sudah berdiri, dan menatap ke arah pelayan itu. “Saya Risa Marina,” ucap Risa dengan wajah tegas. “Ah.., Nona Risa Marina. Mari saya antar ke arah sini,” ucap pelayan menuntun jalan Risa. “Maaf,” ucap Risa yang merasa tak enak. “Tidak apa-apa, nona.” Setelah mengantar Risa ke kursi duduknya. Pelayan pun pamit dan meninggalkan Risa yang hendak duduk di kursinya. “Ternyata aku ditempatkan di pojokan sini.” Risa pun duduk di kursinya. Kemudian dia mengambil bedak, dia melihat matanya dari kaca bedak. “Eh.., wajahku. Aku harus pakai kacamata hitamku.” Risa mencari kacamatanya di dalam tasnya. Namun, dia tak menemukannya. “Eh.., kacamata hitamku dimana? Kayaknya kacamata hitamku ketinggalan di meja itu,” ucap Risa sambil menoleh ke arah meja yang tadi dia duduki. Di tempat lain, orang yang tempat duduknya di pakai Risa belumnya sedang menatap ke arah mejanya. Dimana sudah ada bekas mangkuk sup yang sudah dihabiskan. “Wah.., Sky. Mereka langsung menyuguhimu dengan sup begitu kau duduk,” ucap Arthur sahabat dari Sky. “Nggak kok. Bukan aku yang makan,” ucap Sky sambil berniat mengambil kacamata hitam yang ada di dekat mejanya. Dengan sigap Risa berlari dan mengambil kacamatanya. Tak lupa dia membungkukkan badannya, “Maaf,” lalu dengan cepat dia meninggalkan Sky. “Dia yang makan supnya,” ucap Sky yang masih terus menatap Risa. “Kenapa dia?” tanya Arthur yang bingung akan sikap Risa yang terburu-buru pergi. “Kayaknya aku pernah melihatnya di suatu tempat. Tapi lihat dimana ya?!” pikir Sky. * * * Beberapa bulan berlalu “Risa..!! Kita berhasil. Pihak film ‘Love’ menyuruhmu untuk datang,” ucap Mina, manajer sekaligus asisten Risa. “Apa? Beneran?! Pihak film ‘Love’ beneran memilihku? ” Risa terkejut mendengarnya. “Iya, beneran,” sahut Mina yang penuh semangat. “Kyaaa…,” mereka berdua langsung berpelukkan saking bahagianya. “Kak, ini bukan mimpi, kan? Aku lagi nggak mimpi, kan?” tanya Risa yang tak percaya. “Ini beneran. Ah..!! Kau menangis lagi,” ucap Mina mengusap air mata Risa. Drama Love adalah film selanjutnya dari sutradara Edwin. Sutradara cukup terkenal di negara itu, dan film ini adalah film yang sudah di tunggu-tunggu, dimana menampilkan kedua pemain box office Sky Collins dan Julia Naura. “Dua bulan lalu aku audisi untuk menjadi pemeran utama wanita. Tapi aku menyerah karena tidak ada yang menghubungiku,” batin Risa dengan mata sudah berkaca-kaca. “Akhirnya aku dibebaskan dari 6 tahun ketidakjelasan yang panjang itu,” batin Risa kembali. Dimana selama ini, Risa hanya selalu mendapat pekerjaan menjadi peran pembantu, dan jarang mendapat sorotan kamera. Padahal dia sudah bertahun-tahun bekerja di dunia hiburan. Tapi dia selalu tidak beruntung saat mendapat peran, baik itu untuk iklan, drama, maupun film. Padahal Risa selalu berusaha untuk bekerja dengan baik, tapi ada saja masalah yang menimpa dirinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD