Part 2. Berusaha Bangkit Kembali

1195 Words
“Tunggu dulu. Ini bukan waktunya senang. Mereka nggak menyuruh kita ambil naskah? Bukannya kita harus buru-buru melakukan reading karena artinya diganti? Apa syutingnya diundur ya?” tanya Risa yang terlihat khawatir. “Nggak kok. Katanya produksinya berjalan seperti rencana. Syutingnya 3 hari lagi di kota X. Mereka menyuruhmu datang saat ini,” ucap Mina. “Apa? Jadi 3 hari lagi itu buat syuting dan bukannya reading?” tanya Risa. “Iya,” jawab Mina. “Apa itu artinya aku nggak punya dialog?” batin Risa bertanya-tanya. “Kakak..!!” Risa menepuk pundak Mina. Mina menatap Risa yang menatapnya dengan serius. “Apa itu benar untuk peran Kania?” “Eh, Kania? Tadi dia bilang peran Laura, sih?” ucap Mina dengan santai. Mendengar hal itu Risa langsung lemas, dan menjatuhkan tubuhnya. “Hahaa..!!” “Risa? Risa, kau kenapa?” Mina panik melihat Risa yang terjatuh lemas. Peran menjadi Laura adalah mantan pacar pemeran utama pria, dan wajahnya di tunjukkan beberapa kali dalam adegan flashback. Dia adalah peran yang mengakhiri hidupnya sendiri karena dia sudah putus asa. “Aku mengetahuinya dengan baik, karena sudah menghafal semua dialognya. Kalau aku harus berperan sebagai orang yang sudah merelakan harapannya tentang dunia dan menyerah pada hidup. Sepertinya aku bisa melakukannya dengan baik,” pikir Risa sejenak. “Baiklah!! Siapa tahu saja aku bisa akting dengan baik dan bisa mencuri perhatian masyarakat dari situ? Kapan lagi aku bisa muncul di drama ‘Love’.” Risa terlihat bersemangat untuk melakukan akting di drama itu. “Benar-benar, dan lagi kali ini kau bisa mengembalikannya secara langsung,” sahut Mina yang ikut menyemangati. Sejenak Risa langsung tersadar. “Itu loh sapu tangan,” ucap Mina yang mengingatkan. “Iya. Apalagi ini sudah 1 tahun lamanya,” jawab Risa yang tersenyum. Flashback on 1 tahun lalu. “Cut.. cut..!!” teriak sutradara. “Hei, kau pita merah. Ini sudah keberapa kalinya kau salah?!! Kau kan cuma figura, tapi dari tadi kau sudah melakukan semua kesalahan yang pemeran utama pun tidak lakukan,” maki sutradara. “Maaf..!!” Risa menundukkan kepalanya karena merasa bersalah. Setelah itu mereka pun beristirahat. Mina mendekat ke arah Risa yang sedang duduk beristirahat. “Risa, kau nggak apa-apa?” tanya Mina yang khawatir. Risa menganggukan kepalanya. “Aduh. sutradara itu memang selalu memarahi seseorang. Kalau perasaannya lagi nggak enak. Maaf ya Risa, kau yang jadi kena marah dia tanpa sebab,” ucap Mina tampak khawatir. “Ah..!! Kenapa kakak yang minta maaf? Aku yang selalu merasa nggak enak. Kak, aku mau ke kamar kecil dulu, ya.” Risa izin untuk pergi ke toilet. “Iya,” jawab singkat Mina. Setelah berjalan agak menjauh dari Mina. Risa menyandarkan tubuhnya di tembok toilet. “Meskipun sudah berkarir 5 tahun lamanya. Tapi namaku masih saja tidak bisa diingat,” Risa tampak bersedih mengingat makian yang dilakukan sutradara itu. “Ah, kenapa aku nangis,” ucap Risa menghapus air matanya. “Syutingnya kan masih belum selesai.” Hingga seseorang datang memberikan sebuah sapu tangan. Risa menatap ke arah orang itu, dan.. “Sky Collins!! Kenapa dia muncul di saat seperti ini?” batin Risa yang terkejut. Risa mengusap air matanya dengan ujung lengan bajunya. “Ah, senior. Saya benar-benar minta maaf. Syutingnya jadi lebih lama karena saya.” Risa bahkan tidak berani menatapnya. “Baju ini kan dari sponsor, jadi kau harus memakainya dengan bersih. Kau mau menghapus air matamu dengan ini,” ucap Sky memberikan sapu tangannya. “Terima kasih,” sahut Risa sambil menerima sapu tangan itu. “Kalau begitu aku pergi dulu,” ucap Sky yang berjalan menjauh dari Risa. “Ah, sapu tangannya!!” “Kau tidak perlu mengembalikannya. Pakai saja semaumu,” ucap Sky yang kemudian meninggalkan Risa sendirian. “Sapu tangan ini kelihatan mahal banget,” batin Risa melihat sapu tangan itu. “Ah..,” sejenak Sky menghentikan langkahnya. “Tapi, siapa namamu?” tanya Sky menoleh ke arah Risa. “Na-nama saya Risa Marina, senior.” Flashback off Risa membayangkan hal itu, saat berada di dalam mobil bersama dengan Mina. Risa menatap sapu tangan senior itu sambil tersenyum. “Waktu itu aku tidak sempat mengucapkan terima kasih. Karena suasana hatiku sedang tidak baik. Dia mungkin saja sudah tidak mengingatku, meskipun begitu aku merasa terhormat sudah bisa syuting dengannya. Aku tidak sabar,” batin Risa sambil menatap ke arah luar kaca jendela mobil. * * * Di kota X Sesampainya di kota itu, Risa tampak terkejut melihat mantan kekasih yang bernama Mario berada di tempat yang sama dengannya. “Mario..!! Ri-Risa..!!” ucap mereka berdua yang sama-sama terkejut. “Kenapa kau ada disini?” tanya mereka satu sama lain. “Mau apa lagi? Aku kesini mau syuting,” jawab Risa. “Kau sendiri, kenapa kau ada disi..?” belum sempat Risa menyelesaikan pertanyaannya. Mario sudah keburu dipanggil salah satu kru film. “Tuan Mario, sutradara Edwin memanggilmu.” “Baik, saya akan kesana,” ucap Mario yang langsung mengubah ekspresi wajahnya menjadi tersenyum ramah. Seperdetik kemudian wajah Mario kembali berubah sombong. “Kayaknya kau mendapat peran yang nggak penting, ya. Jaga mulutmu, jangan sampai namaku dihubung-hubungkan denganmu, mengerti?” “Tuan Mario,” panggil kru film kembali. Seperdetik kemudian wajah Mario berubah dan tersenyum ramah pada kru tersebut. “Baik, saya kesana sekarang.” Setelah Mario pergi, Mina baru saja selesai dari toilet. “Risa, gawat. Aku barusan dengar dari salah satu staf, kalau Mario..” Mina tampak menghentikan perkataannya, saat sudah melihat ekspresi Risa. “Ah.., kalau lihat dari ekspresimu, kau sudah bertemu dengannya, ya?” “Kenapa dia bisa ada disini?” tanya Risa sambil menatap kesal ke arah Mario yang sedang berbicara dengan sutradara. “Aku nggak mendengar detailnya sih. Tapi Mario menggantikan aktor Calvin Clay. Karena digantinya secara tiba-tiba. Tadi juga ada beberapa staf yang sama-sama baru tahu tentang ini,” ucap Mina menjelaskannya. “Dia kan pemeran utamanya? Bisa ya kayak gitu?” tanya Risa yang heran. “Hmm.., kayaknya ada kekurangan biaya produksi, karena ada investor yang tiba-tiba menarik investasinya. Tapi kau tahu sendiri kan, kalau istri Mario itu agak..,” ucap Mina menjelaskan dengan suara berbisik. Risa pun teringat akan perkataan Mario sebelum mereka putus waktu itu. “Padahal aku sudah hampir melupakannya. Padahal lukaku sudah hampir sembuh. Sialnya aku bertemu dengannya lagi, dan sekarang dia menjadi peran utama dan aku figuran,” batin Risa yang merasa kecewa. “Risa.., apa kita bilang saja, kalau kau tidak bisa syuting sekarang??” ucap Mina yang khawatir akan keadaan Risa yang menundukkan kepalanya “Tidak..!!” Seketika Risa mengangkat kepalanya dan berkata, “Kenapa aku harus menghindarinya? Peran sekecil apapun lebih memuaskan, dan membanggakan dibandingkan pemeran utama yang didapatkan dari jalan pintas dan cara kotor. “Risa..!!” Sejenak Mina tercengang akan perkataan Risa. “Benar, aktris kami sangat keren. Kalau begitu kau baca dulu naskah yang sudah aku terima tadi, naskahnya ada di dalam mobil. Aku bakal segera menyusul, setelah membagikan minuman ini ke para staf,” ucap Mina penuh semangat. “Ah.., aku juga akan bantu, kak.” Risa berniat membantu Mina. “Tidak usah, kau fokus saja ke aktingmu,” ucap Mina yang hendak meninggalkan Risa. Namun, Risa menahan lengan baju Mina. “Ada apa?” tanya Mina.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD