“Katanya dia sudah sering memerankan peran kecil sebelumnya. Tapi itu pun sulit aku percaya,” ujar Sutradara Edwin sambil menghisap rokoknya.
“Kenapa?” tanya Sky yang penasaran.
“Kalau mau tahu alasannya, lihat saja sendiri dengan matamu. Menjelaskannya saja sudah malas,” jawab Sutradara Edwin.
*
*
*
Risa menarik napas panjang dan membuang secara perlahan. “Fuuuhh…!!”
“Risa, apa kau bakal baik-baik saja?” tanya Mina yang cemas.
“Iya, aku sudah mendapatkan feelnya sekarang. Pas banget aku sedang merasa ingin mati,” jawab Risa tersenyum tipis.
Mina memegang tangan Risa dan mencoba menguatkan wanita itu. “Tapi ingat, ini cuma untuk kali ini saja, ya. Karena kau sedang perlu perasaan itu sekarang. Aku mengizinkanmu merasakan perasaan itu, tapi cuma untuk kali ini saja. Kau mengerti maksud kakak, kan?”
“Iya, kak. Jangan khawatir,” ucap Risa tersenyum tipis.
“Aku tadi salah karena aku cuma berpikir untuk tidak melakukan kesalahan di hadapan Mario. Keinginan untuk hidup terpapar di wajahku akibat keinginanku untuk melakukan yang terbaik. Tapi saat ini aku akan mengubur perasaanku dalam-dalam. Saat-saat dimana aku hanya ingin menyerah saja,” batin Risa yang mulai memainkan perannya.
“STANDBY!! ACTION!!” teriak Sutradara Edwin.
Risa mulai berakting, dia berjalan menuju laut sambil membayangkan perkataan orang-orang yang menyakiti dan merendahkan dirinya.
Bahkan Risa mengingat masa lalunya, dimana saat dirinya masih remaja harus menerima kabar, kalau kedua orang tua meninggal dunia.
Risa berusaha menjiwai perannya, agar aktingnya terlihat sempurna. Hingga dia terus berjalan ke tengah laut, hingga posisi air laut sudah sedadanya.
Para tim produksi tampak tercengang dengan akting dan ekspresi yang diperlihatkan Risa.
“Kayaknya itu bukan ekspresi seorang aktris yang melakukan kesalahan berkali-kali,” ucap Sky yang ikut melihat.
“Coba tunggu saja sebentar lagi,” sahut Sutradara Edwin yang tidak terima.
“Dasar keras kepala,” ujar Sky melirik ke arah sutradara.
Sky terus menatap ekspresi wajah Risa. “Itu masalah lain. Tapi, apa ini beneran akting?” pikir Sky yang khawatir.
“Cut, Oke!!” teriak Sutradara Edwin.
Semua orang pun bertepuk tangan. “Prok.. prok.. prok..!!”
“Akhirnya!!”
“Aku kira dia bakal tenggelam beneran.”
“Saya akan membereskan perlengkapannya!!”
Terdengar suara para kru film yang senang. Akhirnya syuting bisa berakhir dengan baik. Sedangkan Mina tampak khawatir, karena Risa tak kunjung bergerak dari tempatnya.
“Risa..!!” panggil Mina.
“Fuh!! Harusnya dari tadi dia akting begitu. Kenapa tadi dia terus melakukan kesalahan? Bikin susah semua orang saja,” gerutu Sutradara Edwin yang beranjak berdiri dari duduknya.
Sky masih terus menatap ke arah Risa. “Tunggu!!”
“Kyaaaa!!” teriak Mina melihat Risa tenggelam.
“Tidak, Risa kembali,” teriak Mina berlari menuju laut.
Untungnya Sky lebih cepat berlari dan berenang menuju ke arah Risa yang tenggelam.
“Ada apa ini?”
“Kayaknya aktris pemeran Laura tenggelam.”
“Apa?!!”
Para kru tampak panik melihatnya. Sky terus berenang dan mampu menggapai tangan Risa yang tenggelam.
Kemudian Sky menarik tangan Risa dan membawa wanita itu ke atas.
“PHUWAAA!!” Sky mengambil napas panjang, setelah sudah berada di permukaan.
Sky membawa Risa menuju pinggiran pantai, dan merebahkan tubuh Risa. Dengan sigap dia memompa d**a Risa, dan memberikan napas buatan ke Risa.
Mina terus menangis melihat kondisi Risa yang tak sadarkan diri. “Risa, sadarkan dirimu. Kau beneran bakal mati seperti ini?!”
“Tolong buka matamu, Risa,” panggil Mina yang terus menangis melihatnya.
Tak selang lama, Risa pun mengeluarkan air dari dalam mulutnya. “Uhukk.. Uhukk..!!”
“Risa.. Risa..!! Kau sudah sadarkan diri? Kau bisa melihatku?” tanya Mina yang cemas.
“Aku, aku..!!” ucap Risa masih setengah sadar.
“Iya, Risa. Kau selamat,” ucap Mina memegang wajah Risa.
“Sky menyelamatkanmu. Sekarang kau baik-baik saja,” ucap Mina sambil memeluk Risa.
“Senior.. ah..!!” ucap Risa.
“Benar,” ucap Mina.
Risa menatap ke arah Sky sambil menjulurkan tangannya. “Kau bisa berterima kasih padaku nan..,” ucap Sky terhenti.
“Asin..!!” suara yang keluar dari mulut Risa.
“Apa?” tanya Mina sekali lagi.
“Airnya asin banget,” ucap Risa.
Sky yang mendengarnya hanya bengong, sekaligus tercengang akan perkataan wanita itu.
*
*
*
Setelah selesai menolong Risa, Sky kembali ke kamar hotelnya. “Kau sudah pulang? Apa pembicaraanmu dengan Sutradara Edwin?” tanya Liam.
“Eh.., kenapa kau basah kuyup begitu?” tanya Liam yang kaget.
“Ada sesuatu hal yang terjadi. Maaf, tapi apa kau bisa meminjamkanku baju?” tanya Sky sambil membuka kancing bajunya.
“Kenapa kau berantem sama Sutradara Edwin? Kau didorong ke laut? Gimana kalau aktor kami ini masuk angin?! Ini kan musim dingin,” ucap Liam yang cemas.
“Ah!! Aku melewatkan kejadian yang seru. Hei, Sky! Coba ceritakan padaku dengan detail!!” ucap Liam yang penasaran.
Bukannya menjawab Sky justru membayangkan wajah Risa yang tadi habis tenggelam. Kemudian Sky menghela napas dan tertawa membayangkannya. “Hahahaa..!!”
Manajer Liam tampak bingung dan kembali bertanya, “Kenapa? Kau berhasil menghasutnya? Iya?!!”
Sky masih saja membayangkan wajah Risa yang menurutnya lucu. “Haha, dasar!! Dia wanita yang tidak mudah ditebak,” batin Sky.
Selesai mandi dan berganti pakaian. Manajer Liam masih berada di dalam kamar. “Ah, kau sudah selesai mandi?”
“Iya,” jawab singkat Sky sambil mengambil naskahnya.
“Eh, kenapa kau pegang naskah?” tanya Liam.
“Sutradara Edwin menyuruhku mandi dan syuting. Kalau aku sudah selesai protes,” ujar Sky yang sudah memegang naskahnya.
“Apa?! Jangan bilang kalian akan syuting semalaman?” tanya Liam.
“Memangnya sutradara itu pernah cuma ngomong doang. Dia itu sutradara yang melakukan segala sesuatu tepat sesuai jadwal. Syuting semalam itu suatu hal yang pasti terjadi karena aku sudah merusak jadwal hari ini,” jawab Sky.
“Haa..!! Padahal tadinya nanti malam, aku ada rencana mau main game bareng para manajer di lantai 1. Berarti rencanaku gagal, ya,” ucap Liam yang pasrah.
“Diamlah, kan aku yang kerja. Memangnya kakak kerja?” ucap Sky mulai membaca naskahnya.
“Asik!! Berarti aku bisa tetap main, ya?” Liam tampak senang, tapi kemudian dia kembali berbicara. “Tapi perkataanmu barusan membuatku sedikit nggak enak.”
“Kalau begitu kakak mau kerja semalaman denganku?” tanya Sky kembali.
Manajer Liam tersenyum, “Aku akan mengantarmu sampai ke lokasi syuting.”
Setelah itu mereka pun bersiap-siap pergi ke lokasi syuting. Saat sudah berada di pintu keluar hotel, “Eh.., itu bukannya manajer aktris yang memerankan Laura?” tanya Liam menatap ke arah Mina.
“Ah.., seperti iya,” jawab singkat Sky yang ikut menoleh.
“Anda bisa menginap di kamar nomor 213. Karena hari ini Sky Collins syuting semalaman, akan ada beberapa staf yang keluar bekerja. Jadi seharusnya kalian akan merasa cukup nyaman,” ucap kru wanita.
“Baik, terima kasih,” ucap Mina yang senang.
“Ah.., bukan apa-apa kok,” jawab kru wanita itu.
“Kenapa? Sudah nggak ada sisa kamar?” tanya Sky yang tiba-tiba berbicara dari belakang.
“Kyaa.., bikin kaget saja. Kenapa kakak tiba-tiba ada di belakangku?!” tanya kru itu yang kaget.
Kru itu pun menceritakan masalah yang terjadi. “Jadi awalnya Risa cuma syuting hari ini dan akan langsung kembali. Tapi karena kakak tadi nggak mau syuting, jadi jadwal syutingnya jadi diperpanjang.”
“Apa?! Gara-gara itu?!” Sky tampak terkejut mendengar perkataan kru wanita itu.