Siksa Lagi Dewasa

2315 Words
Tubuh seorang perempuan seperti yang dimiliki Karisma, tidak akan bisa melawan kekuatan laki-laki yang juga suaminya itu. Tubuh laki-laki itu gagah dan tinggi besar. Menolak dalam melayani suami adalah larangan, maka Karisma hanya mampu berpasrah diri menerima tubuhnya di naikin dan perlakukan dengan kasar demi terpuaskan dahaga napsu sang suami. Setelah tiga puluh menit laki-laki itu puas menikmati keindahan Karisma maka segera di tuntas kan dengan menumpahkan syahwatnya. Terdengar suara suami Karisma di puncak kenikmatan. Meskipun ia marah tetap saja suguhan intim istimewa dari istri bisa membuat seorang suami merasakan kenikmatan yang luar biasa. Harusnya jika sudah bisa merasakan kenikmatan terbang ke angkasa bisa membuat suaminya luluh amarah. Akan tetapi beda dengan hari ini, karena suaminya tetap marah. Inilah yang menjadi keanehan, karena Risma merasakan orang yang tidak menyukai pernikahan yang harmonis menggunakan cara keji yaitu sihir pemisah suami istri. Sihir itu dilakukan seseorang yang diam-diam tidak menyukai Karisma dan suaminya bersatu. Ini bisa dendam pribadi karena kecemburuan sosial. Bisa juga karena kecemburuan karena tidak mendapatkan cinta. Bisa saja ada orang yang menyukai Risma atau suami Risma dan orang itu tidak bisa menerima sakit hatinya. Cara membalas dendam yang apik karena meminjam tangan orang lain. Karisma yang menahan. Ia memejamkan matanya dan memiringkan kepalanya dan menggigit bibirnya. Suaminya terus menyantap wanita yang masih menjadi istrinya ini. "Aku tidak akan sudi melakukan hal ini kepada kamu jika aku tidak merasakan kenikmatan dari dalam sini," ujar suami itu. "Tega sekali kamu berkata seperti itu. Sedangkan aku tahu kamu selalu tidak bisa jauh karena satu ini." Risma pun menyahut. Ia tidak terima jika suaminya berkata hal yang tidak benar tentang Risma. "Memang ini yang membuat diriku gila apa bila aku lama tidak menyentuh," sahut suami Risma. "Kasar ...." "Aku punya kepuasan tersendiri jika aku bisa memperlakukan dirimu seperti ...." "Kasar seperti binatang, seperti itukah." Karisma, ia bangkit sembari mengenakan pakaiannya. "Kamu pantas mendapatkan itu," ucap suaminya itu sembari berjalan ke arah kamar mandi untuk buang air kecil. Kelihatan sekali jika laki itu belum puas menyalurkan hasratnya. Ia duduk sejenak dan menyalakan rokok. Ia meraih air putih di teko dan meneguknya berkali-kali. Suami Karisma sedang menyiapkan senjatanya agar bisa menegang kembali. Malam ini suami Risma sangat brutal. Tidak seperti biasanya karena ia tidak pernah merasakan kurang untuk urusan ranjang. Selalu istrinya memberikan suguhan yang membuat suaminya tepar. Tapi ada hal ganjil yang bisa ditangkap Risma. Ada peran dukun jahat yang mengendalikan suami Risma. Dukun itu di suruh seorang wanita untuk mempengaruhi suami Risma agar bisa menyingkirkan istrinya. "Aku menginginkan itu lagi, ayokkkk!" ucap laki-laki itu. Ia menghampiri Karisma dan kembali menarik baju istrinya dengan kasar. Mendorong tubuh wanita cantik itu dengan sangat kencang. "Mas ini apa sih, kan sudah, kenapa masih kurang? kenapa kamu gak pernah puas?" Karisma terlihat lelah menghadapi suaminya yang seperti itu. Risma menoleh ke belakang sambil mendorong pelan pinggul suaminya. "Aku gak akan pernah puas jika kamu tidak melakukan gerakan lihai. Jangan seperti gedebok pisang yang bisanya cuma mengangkang. Aku ingin memiliki istri yang lincah dan bisa segala macam gaya bercinta ...." Tangan lincah sang suami terus meraih gunung kembar di atas lembah licin. "Tidak! Risma tidak pernah seperti gedebok! Mas, bukankah selama ini Karisma juga sudah menuruti, Mas kamu ini kenapa. Seperti tidak tidak mengenali istri mu?" "Jawab terus! Kamu semakin membuat ku marah. Kamu tidak mengimbangi ku ...." "Risma juga menggunakan banyak gerakan yang kamu inginkan," lanjut Risma. "Kapan? Aku melihat mu hanya diam tak ada inisiatif untuk memberikan gerakan yang aku inginkan," ucap suaminya. "Mas kamu aneh sekali menuduhku seperti itu padahal aku tidak seperti itu. Aku bisa melayani mu dan membuat mu seketika tertidur pulas setelah kita berhubungan." "Omong kosong ...." "Ini ada apa, Mas? Sepertinya ada sesuatu yang mempengaruhi mu? Kamu dibuat benci sama istri mu sendiri. Kamu juga lupa jika aku istri yang bisa memberikan kepuasan perut dan dibawah perut mu," jawab Karisma. Risma duduk sambil mengamati suaminya yang terus bergerilya kasar di raga Karisma. "Hah! Jangan cerewet. Buka mulut kamu! Ayo ... aku bilang buka ...." Laki-laki itu mengarahkan senjatanya yang sudah berkembang maksimal. Di benamkan senjata itu ke dalam muntung Karisma. "Hukkkk! Enggak Mas, jangan melakukan gerakan kasar, ini bukan tempat untuk melakukan itu ...." Suara Karisma yang seolah ingin muntah karena dijejali dengan senjata nuklir yang sudah besar, tegang sempurna. "Dasar kamu kampungan, justru gaya seperti ini yang aku sukai. Ini memberikan kenikmatan yang luar biasa bagi laki-laki. Jangan sok suci kamu. Bukankah selama ini kamu juga selalu memberikan pelayanan seperti ini! Kenapa kamu hari ini berbeda, kenapa ada saja yang kamu jadikan alasan untuk menolak. Awas saja, kalau berani memuntahkan. Bakal aku siksa." "Uhhhmmhh ...." Risma menggelengkan kepalanya namun, tak bisa menolak. "Auh ... ini baru kenikmatan yang luar biasa," ucap sang suami. Ia terus melakukan aksinya dengan memberikan gerakan keluar masuk dengan cara kasar. Membuat kepala Karisma terhentak-hentak. Setelah merasa cukup, ia berganti menuju goa. Suaminya membolak-balik raga cantik itu. Segala gaya ia lakukan demi memenuhi nafsunya yang sudah sangat kelaparan. Lalu kembali naik ke atas dan memasukkan lagi. "Ummm .... huuukk ...." Karisma sudah tidak mampu menahan kencangnya gerakan yang di lakukan suaminya yang nyaris senjata keras itu menyentuh tenggorokan wanita cantik ini. "Dasar kamu ya. Sudah aku bilang apa tadi! Jangan di muntah kan ... Sini buka mulutnya," ujar suami Karisma. Ia terus saja melakukan aksinya, gerakan tangannya pun mulai merambat ke kepala dan mulai menjambak rambut Karisma. "Uhhh," ucap Karisma sembari menggeleng-gelengkan kepalanya. Risma sepertinya merasa payah melawan napsu suaminya yang luar biasa hebatnya. "Terus ayo hisap! Buat aku nge-fly malam ini," ujar suaminya. Laki-laki itu terlihat menutup dan membuka matanya merasakan sensasi yang luar biasa dari gaya berhubungan yang seperti itu. "Mas ... pelan saja, ini sakit lidahku," kata Karisma. Ia mendorong pinggang suaminya sehingga membuat senjata kaum laki-laki yang berada di mulut Karisma terlontar ikut keluar. "Woh, kamu berani sekali mendorong ku. Aku belum puas! Hayo lagi, puaskan aku," ucap suami Karisma sembari melakukan itu lagi. "Sudah cukup Mas, pakai cara yang lainnya saja, Karisma mohon," rengek Karisma. "Tidak! Aku tidak ingin pakai gaya yang lainnya, aku mau seperti ini dan aku mau memuntahkan di dalam mulutmu saja." "Cukup!" teriak Risma. Suaminya yang memaksakan kehendaknya, tiba-tiba terlihat resah. Berulang kali menggosok tetap tak membuatnya normal. Tak bisa tegang lagi. "Aduhhhh ... kenapa tiba-tiba tidak mau berdiri ... tidak biasanya lemas seperti ini, aduh ayuk dong bangkit ...." "Risma bilang apa? Cukup!"" Suaminya mencabut senjatanya yang lemas dari mulut Karisma. Laki-laki itu berusaha melakukan senam jari ke senjatanya sendiri untuk membuatnya kembali tegang. Karisma hanya terbengong heran menyaksikan kejadian itu, bagaimana bisa senjata suaminya tidak bisa kembali tegang. Walaupun segala cara telah Karisma lakukan untuk membantu membuat keras kembali. "Sialan, dasar kamu yang menyebabkan aku jadi seperti ini. Rasakan ini." "Bukan aku," sahut Risma. "Siapa lagi kalau bukan kamu?" Suaminya melempar tubuh Karisma ke arah pintu. "Aowww ...." teriak Karisma. Membuat tubuh perempuan itu jatuh tersungkur. "Aku benci kamu. Dasar wanita sial. Wanita tidak berguna ...." Teriakannya kembali terdengar di barengi dengan hantaman tangannya yang mengenai punggung Karisma. Suaminya itu terlihat stres dan masuk ke kamar mandi untuk membasuh mukanya. "Kamu tega kasar, tega melukai fisikku, kamu gak ada rasa iba sama perempuan," ucap Karisma sambil menangis. "Oh kamu berani ngmo seperti itu. Berani sama suami ya!" ucapnya sambil keluar dari kamar mandi dan berjalan menuju meja dapur. "Bukan maksudku seperti itu," jawab Karisma dengan menahan sakit. "Jangan banyak alasan!" ucap suaminya itu. Setelah beberapa saat suaminya itu keluar dan membawa sesuatu yang kemudian di raup-raup, kan ke wajah Karisma. "Eghhh, rasakan ini ...." Suami Karisma memutar-mutar tangannya yang dipenuhi nasi dan sambal yang di bedakkan di wajah istrinya. Saat ini laki-laki itu sudah dalam pengaruh sihir. Ia bahkan melihat istrinya seperti melihat musuh. “Aahhhh! Pedih. Panas!" Suara Karisma yang terkaget dengan kejadian yang barusan menimpanya. Dia tetap diam dan tenang untuk tidak melawan suaminya. Hanya sambil menunduk, mengibaskan, membersihkan wajahnya yang penuh sambal dengan tangannya. "Masih berani jawab," teriaknya lagi. Laki-laki itu menjambak rambutnya Karisma Pramudita sambil terus meraup-raup kan sambal ke wajahnya Karisma. "Kamu berani-beraninya melakukan ini pada Karisma. Ingatlah, yang kamu aniaya bukan hanya aku saja," ucap Karisma. Karisma menatap dengan sorot mata yang tajam kearah kedua bola mata laki-laki itu. Ada rasa marah, sedih dan bingung. Ia sudah tidak bisa lagi berteriak di depan suaminya. Karisma beranjak ke kamar mandi untuk membasuh mukanya yang bekas sambal dan nasi. Untuk beberapa saat Karisma menangis di kamar mandi agar suaminya tidak melihat saat wanita ini berada di fase lemah. Sebagai wanita ia akan berusaha untuk tetap tegar dalam kondisi apapun. Mengeluh bukanlah sesuatu yang Risma sukai. Jika sudah sangat tidak tahan menyimpan luka lara, maka sujud di sajadah sepertiga malam adalah pilihannya. Risma berusaha untuk mengatur keseimbangan emosinya dan berusaha tetap tenang, ikhlas dan tabah. Dirinya ingin terlihat baik-baik saja. Setelah mampu mengkondisikan situasi batin. "Ya Tuhan ...." Karisma beranjak menuju kamarnya. Sebenarnya dia ingin menangis lagi tapi berusaha untuk ditahan, karena ada laki-laki itu yang juga ikut menghampiri Karisma. Krkkkk, suara pintu terbuka. Karisma masuk kedalam kamar di kedainya. Dia duduk di atas ranjangnya dengan perasaannya yang hancur. “Aku ini lelah, kamu jangan mencari masalah," kata Risma. "Jangan mencampuri urusan ku secara berlebihan ...." "Bukan berlebihan. Aku ini istri mu. Aku perlu tahu apa yang kamu lakukan di luar sana. Kenapa kamu menghilang beberapa hari? Istri mana yang tidak khawatir," ucap Risma. "Awas saja kalau sampai kamu berani membuka handphone ini lagi,” lanjut suami Karisma. Laki-laki bertubuh tinggi besar dan kekar mendorong istrinya hingga terpelanting. “Awwwwwww … sakit Mas,” sahut Karisma. Dia duduk di lantai dan bersandar pada pintu pojokan di sudut kamarnya. Badannya menelungkup dan membenamkan kepalanya di kedua pahanya. Kedua tangannya memegang dan digunakan untuk melindungi kepalanya. Karisma menangis namun tidak ada seorang pun dari keluarganya yang ikut campur masalah mereka. “Diam! Jangan melawanku,” ucap suami Karisma. Laki-laki itu menghampiri Karisma, mengangkat kepala Karisma dan berteriak-teriak di depan wajahnya perempuan itu. “Mas, aku tidak melawan mu, aku juga tidak ingin kita bertengkar terus menerus,” jawab Karisma. Dia berkata dengan suaranya yang berat di iringi tangisnya. “Kamu tidak ingin bertengkar, kan? Makanya diam! Nnjinggg! Jangan berani menjawab ketika aku marah. Jangan nangis-nangis! Stop ….” Prakkkk, suara hantaman kepala yang beradu. Laki-laki itu semakin murka dan mengumpat kepada Karisma. Dia juga bertindak kasar dan melukai Wajah Karisma Pramudita hingga darah segar mengucur di mulutnya Karisma dan kening laki-laki itu juga berdarah. “Hihihihiiiiihii … hihihi … Hihihihiiiiihii, sakit … ampun!” suara tangisan Karisma terdengar mengalun perih. "Diam kamu ...." “Ampun mas!!” ucap Karisma sambil terus menangis. “Aku ini pusing, jangan menambahi keruwetan pikiranku,” teriak laki-laki itu. “Tapi kenapa kamu kasar sama istrimu mas?" tanya Karisma. “Kamu yang membuatku menjadi seperti ini,” jawab laki-laki itu dengan suaranya yang lantang. “Maafkan aku mas, aku tidak bermaksud berani sama kamu. Kamu tahu aku sangat mencintaimu, aku menerima kondisi kamu apa adanya dan aku juga berusaha menjadikan dirimu lebih baik tapi tolong hargai aku,” ucap Karisma. “Kamu masih juga berani juga menjawab ku. Aku tidak suka!!!” teriaknya lagi dihadapan Karisma. Laki-laki itu nampak bingung, duduk berdiri lalu duduk kemudian berdiri sambil berbicara dan mondar-mandir. “Lantas aku harus diam saja jika aku mengalami perlakuan yang tidak layak, apakah seperti itu yang kamu mau dariku? Tanya Karisma. “Iya diam saja! Gak usah banyak bacot!!” jawab laki-laki itu. Dia menjambak rambutnya Karisma dan berbicara dengan nada yang keras, memekakkan telinga. “Auuww ... sakittttt, hihihihiiiiihi … hihihihiiiiihii ….” Suara Karisma yang menangis menahan sakit. “Diam!” Laki-laki ini tidak tahan melihat Risma menangis. Jika dalam keadaan sadar, ia akan memeluk dan meminta maaf kepada istrinya. Tapi malam ini, laki-laki itu seperti orang yang sudah tidak bisa menahan amarahnya. Ia seperti tidak sadar jika yang di hadapi ini adalah istrinya. Bagaimanapun suami Risma sangat mencintai Risma. Melihat istrinya kesakitan, laki-laki ini bingung ia benar-benar tidak mampu melawan amarahnya. Laki-laki itu histeris dan memukuli kepalanya sendiri. Ia mengamuk dan mengobrak-abrik isi kamar. "Aku mau pergi dan jangan pernah mencari ku. Urus sendiri hidupmu. Aku juga akan mengurus sendiri hidupku. Jangan pernah muncul di kehidupanku lagi. Mau ngapain terserah kamu, aku gak bisa menjalani kehidupan dengan orang gak waras seperti kamu. Aku malu punya istri seperti kamu, hari-harinya cuma masak dan masak. Bauk mu itu bau makanan, aku mual, aku bosan setiap hari melihatmu di dapur. Ingat, aku sudah tidak menganggap bahwa kamu itu istriku. Urusan kita sudah selesai mulai detik ini kita pisah, kamu bebas mau ngapain terserah," ucapnya sembari meninggalkan Karisma di kedai. "Mas, kamu tega mengucapkan kata seperti itu." Ucap Karisma dengan bercucuran air mata, sembari memakai pakaiannya. Sungguh kasihan sekali Karisma karena suaminya sama sekali tidak menghiraukan perkataan istrinya ini dan memilih untuk meninggalkan rumah. "Terserah! Aku tidak ingin lagi mendengar suara kamu. Muak sekali aku melihat kamu." ucapnya. Ia berjalan sambil berbicara dengan perasaan emosi yang sudah memuncak. Malam ini merupakan malam terakhir bagi Karisma untuk melayani suaminya dan malam terakhir dirinya menjadi seorang istri. Hari-hari selanjutnya akan diwarnai dengan berbagai macam keanehan. Sesuatu yang sulit dicerna akal akan menjadi teman dalam mengarungi kehidupan. Karisma baru telah lahir. Sosok wanita cantik yang memiliki kemampuan spiritual yang sengaja Risma sembunyikan. Karisma tidak ingin ada wanita atau istri yang mengalami kejadian seperti dirinya. Wanita ini tidak ingin berpesan kepada laki-laki atau suami, agar tak berbuat kasar kepada wanita apalagi kepada tulang rusuknya. Istri itu seorang wanita yang kekuatannya juga berbeda dengan kekuatan pria. Jika seorang pria menghajar wanita, jika seorang pria berkelahi dengan wanita dan akhirnya menang, apa sebagai laki-laki tidak malu! Kalau memang hebat carilah lawan yang seimbang sang jantan sesama jantan. Itu baru luar biasa. Ini hanya kiasan saja. Bukan menyuruh bertikai tapi menyuruh berpikir, merenung, agar berpikir ulang jika mau menganiaya istri. Semoga kuat, semoga selamat. Tuhan selalu melindungi orang-orang yang teraniaya suaminya. Inilah doa yang tersuarakan tulus di dalam jiwa Karisma Pramudita.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD