Di ruangan komandan di markas komando, terlihat seorang wanita cantik jelita yang terus mengganggu ayahnya bekerja.
“Pi,” panggil Alexa kepada Jonathan yang sibuk.
Alexa merupakan dokter tentara. Dengan ayahnya yang menjabat sebagai Komandan Pasukan Marinir di markas, mempermudahnya untuk datang tanpa membuat laporan kepada penjaga yang bertugas.
“Ada apa, Sayang?” tanya Jonathan tanpa melepaskan pandangannya pada laporan yang dia buat. “Penasaran kenapa seseorang yang kamu cari tidak muncul beberapa hari ini?”
Digoda oleh ayahnya sendiri membuat wajah Alexa bersemu tipis. “Me-memangnya siapa yang aku cari?”
“Perlu Papi sebutkan namanya?”
“Papi!”
Jonathan terkekeh pelan. Kedua sikunya berada di atas meja dan menumpukan dagunya dengan tangan. Dia melepaskan semua pekerjaannya begitu saja dan fokus menatap anaknya.
Alexa, anak perempuannya yang manja dan cantik jelita. Dia menjadi populer di markas semenjak bergabung di rumah sakit militer dan para personel militer mendadak menjadi rajin untuk mengecek kesehatan mereka kepada Alexa. Dan semenjak dia mengenal para tentara di sini, bukannya Jonathan tidak tahu jika anaknya ini diam-diam menyukai seseorang. Dan dia mengenal siapa orang itu.
Orang berpikir bahwa Alexa sering kemari dengan alasan ingin mengunjungi ayahnya, padahal anak perempuan satu-satunya ini hanya ingin melihat seorang pria berbadan besar yang sering kali latihan di lapangan bersama anggotanya.
“Dia sedang cuti. Tapi, dia bilang akan kemari hari ini. Ada yang ingin dia sampaikan ke Papi, katanya.”
“Sungguh? Dia akan kemari?” tanya Alexa cepat dan bersemangat yang mana mendapati tatapan jahil ayahnya. Begitu tahu dia baru saja terkecoh, wajahnya menjadi lebih merah dari sebelumnya.
“Jadi, pria itu memang Ian rupanya.” Jonathan mengangguk pelan tanda mengerti.
Alexa berdecak pelan dan beranjak dari sofa. Karena sudah ketahuan, percuma saja untuknya menutupi mengenai itu lagi. Dia mendekati ayahnya dan memijit bahu pria itu layaknya anak yang berbakti. Sambil melakukannya, dia berbicara dengan suara imut, “Pi, Kak Ian belum punya pacar. Iya, kan?”
Bergeser sedikit, Jonathan mengangkat sebelah alisnya. “Mau Papi tanyakan?”
Tepat saat itu pintu diketuk dari luar membuat Alexa berhenti memijit ayahnya. Dengan suara bariton, Jonathan menyuruh orang di luar untuk masuk.
Begitu pintu terbuka dan menampilkan sosok Ian yang bertubuh besar, mata Alexa yang memiliki kilatan memuja tidak bisa berhenti menatapnya.
Jonathan yang melihat gelagat anaknya hanya bisa tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.
“Oh kau datang. Padahal masih cuti, kan?”
“Ya, Komandan.”
“Jadi, apa itu? Kamu bebas mengatakannya. Anakku tidak akan membocorkan pembicaraan kita ke orang lain.”
Secara halus, perkataan Jonathan bertujuan agar Ian menyadari bahwa putri cantiknya juga ada di sana walau Ian sudah tahu dan tidak terlalu peduli.
“Hai, Kak Ian,” sapa Alexa dan Ian mengangguk padanya.
“Hai.”
Kembali pada Jonathan, dia kemudian meletakkan dokumen yang ia bawa ke atas meja komandannya.
Jonathan yang awalnya santai-santai saja tiba-tiba berubah kaget dan kaku setelah melihat tulisan besar yang ada di sana. Itu adalah dokumen permohonan perizinan nikah.
Dia menatap Ian cepat lalu kembali pada dokumen itu. “Ini ....”
“Izin, Komandan, saya akan menikah Minggu depan.”
Seperti ada petir di pagi yang cerah, wajah berseri-seri Alexa sebelumnya seketika pucat. Dan gelas yang ia pegang jatuh ke lantai, pecah dengan bunyi nyaring. Dia berbisik tanpa roh, “Me-menikah?”
Berita tersebut tentu saja sungguh mengejutkan. Jonathan saja sampai berpikir jika pria ini sedang bercanda jika dia tidak membawa dokumen ini bersamanya. Apa lagi anaknya yang mendengar berita ini secara langsung?
Secara naluriah Jonathan melirik Alexa. Anak kesayangannya menunduk dengan wajah menekuk. Dapat dipastikan bahwa wanita cantik itu sangat sedih. Padahal dia awalnya sudah bahagia karena melihat kedatangan Ian kemari.
Membersihkan tenggorokannya, Jonathan kemudian menatap Ian. “Apa orang tuanya PNS?”
“Bukan, Komandan. Ayahnya memiliki usaha.”
“Retail?”
“Maskapai penerbangan.”
Seketika Alexa menatap Ian. Sedangkan Jonathan mendesah dalam hati ketika mengangkat cangkir kopinya yang mulai dingin. Penyelidikan secara halus ini benar-benar membuat tenggorokannya kering, belum lagi anaknya juga ikut mendengarkannya.
Entah kenapa, Jonathan hampir menyerah membantu anaknya setelah mengetahui bahwa calon Ian adalah anak seorang pengusaha.
“Bagaimana kalian bisa berkenalan? Aku pikir kau tidak punya pacar selama ini, benar?”
“Orang tua kami merencanakan perjodohan,” jawab Ian tenang.
“Apa?!” Jonathan berseru kaget dan tersedak kopi.
Jangankan Jonathan, Alexa pun terkejut sekaligus heran dan merasa tidak percaya dengan apa yang dia dengar.
“Kami bertemu karena perjodohan,” jelas Ian lagi.
Setelah melirik Alexa yang memiliki tatapan tidak percayanya, Jonathan kemudian tertawa. “Kau ini ada-ada saja. Ini sudah abad ke berapa? Ibumu masih memikirkan perjodohan?”
“Itu—”
“Jika harus perjodohan, kenapa tidak minta tolong kepadaku untuk mengurusnya? Aku adalah komandanmu. Semua orang tahu jika kau adalah anggota kebangganku di markas. Dengan koneksiku, aku bisa mencarikan wanita yang lebih baik untukmu.” Jonathan menyentuh dadanya dengan bangga hingga mata anaknya berbinar.
“Terima kasih untuk tawaran Anda, Komandan. Tapi saya baik-baik saja dengan perjodohan ini.”
Jonathan berdecak kesal setelah melihat ekspresi anaknya yang mulai kehilangan harapan. Kenapa sangat susah sekali membujuk pria berbadan besar di depannya ini? “Hei, dengarkan aku. Ikatan semacam itu hanya akan membawa malapetaka dalam pernikahanmu kelak. Perselisihan dan pertengkaran hanya karena berbeda pendapat akan datang terus-menerus, percayalah. Apa yang aku ucapkan ini juga demi kepentinganmu, kau tahu? Jadi, ada baiknya jika kau memikirkan ucapanku baik-baik. Kau tidak perlu terburu-buru untuk menikahi wanita yang tidak kau kenal.”
Jonathan berdiri, mengitari meja besarnya lalu memegang bahu Ian dengan wajah serius. “Dibandingkan wanita yang sama sekali kau tidak ketahui sifatnya, kau bisa membuka dirimu dengan wanita yang kau kenal. Misalnya, tentara wanita atau perawat dan dokter di rumah sakit tentara.”
Ketika ayahnya menyebut perawat dan dokter, Alexa mengangguk kuat ke arah Ian.
“Oh, siapa itu di bagian staf perencanaan dan anggaran kita? Melissa? Dia juga ... baik-baik saja, walaupun staf di rumah sakit lebih cantik.”
“Dia sudah menikah, Komandan.”
Jonathan berdesis sebelum berseru kencang, “Apa pun itu! Pokoknya yang aku maksud adalah kita memiliki banyak wanita muda yang cantik dan luar biasa di sini. Kau pun mengenal karakteristik mereka. Jadi, kenapa tidak memilih salah satunya? Bahkan di sini ada wanita cantik, lho.”
Alexa yang sedari tadi diam segera bersemu tipis. Melihat perjuangan ayahnya untuk membantunya benar-benar membuatnya terharu. Dia kemudian menatap Ian dengan penuh harap.
Di sisi lain, ketenangan Ian tampak tidak terganggu sama sekali. Dia menghela napas dalam dan sangat samar sebelum membuka mulutnya, “Saya baik-baik saja dengan perjodohan kami. Begitu juga calon istri saya.”