Part 3

838 Words
Andre memandang langit yang tidak dihiasi oleh bintang malam ini. Saat ini ia berada di lantai atas kantornya. Lantai atasnya ini berupa balkon tak beratap, terdapat sebuah kursi taman berwarna cokelat dan beberapa tanaman hias di dalam pot yang terletak pada dinding pendek tepat dihadapan kursi tersebut. Andre menarik nafas dalam, ia tidak pernah menyangka hal ini akan terjadi dalam hidupnya. Beragam perasaan mengalir di dalam hati dan pikirannya. Emosi, kecewa, dan sedih semuanya menjadi satu. Andre memejamkan matanya sejenak, mencoba merasakan angin yang berhembus menerpa wajahnya. Kemudian pikirannya kembali ke masa lima tahun yang lalu. Lima tahun yang lalu... "Kamu tahu nggak? Kalau kamu itu pria terbodoh di dunia ini?" Andre yang berbaring di samping Clara dengan berbantalkan tangannya sendiri menoleh ke sebelahnya, di mana Clara juga sedang berbaring di sisinya dengan kedua tangan yang diletakkan di atas perutnya. "Kenapa kamu berpikir aku bodoh?" Clara memiringkan kepalanya menghadap Andre dan melemparkan senyum mengejek. "Karena kamu laki-laki nomor satu di sekolah ini tapi mau berteman dengan aku. Seorang gadis yang akan selalu menjadi nomor terakhir dalam pikiran laki-laki untuk menjadikanku sebagai seorang kekasih." Mereka berdua memang bertolak belakang. Andre yang sangat populer dengan prestasi dan ketampanannya mau bersahabat dengan Clara yang berkebalikan dari Andre. Clara adalah gadis yang jauh dari kata feminim. Potongan rambutnya seperti laki-laki. Pendeknya bukan main sehingga memperlihatkan telinganya. Sikapnya juga tidak lembut. Sedikit urakan. Tidak ada pria yang tertarik padanya. Namun semua itu tetap membuat Andre merasa nyaman dengan sahabatnya itu. Clara merupakan temannya sejak sekolah dasar. Masih jelas dalam ingatan Andre kala itu ketika ia baru saja masuk sekolah sebagai murid baru. Andre yang saat itu bingung harus bersikap bagaimana karena gugup. Membuat dirinya tidak mempunyai teman di hari pertama ia sekolah. Namun keesokan harinya seorang gadis kecil berambut pendek menghampirinya. Mengulurkan sebelah potongan roti miliknya. Dimulai dari sepotong roti itulah mereka bersahabat hingga sekarang. Andre menggerakkan tangannya dan mendekatkan tangannya ke wajah Clara. Gadis itu memejamkan matanya. Menunggu tindakan apa yang akan dilakukan oleh sahabatnya ini. Biasanya Andre akan menyentil keningnya. Namun kali ini ia salah. "Aww! Sakit!" Clara membuka matanya dan menemukan senyum mengembang di wajah Andre. Ia tidak menyangka jika laki-laki itu akan mencubit pipinya, walaupun tidak begitu sakit. Well, Andre mana tega menyiksa sahabat kesayangannya dari kecil ini. "Salah sendiri kamu berpikir yang aneh-aneh. Aku tidak peduli bagaimana orang menilai kamu. Yang perlu kamu tahu, selamanya kamu perempuan nomor dua bagiku," ucap Andre yang berhasil membuat Clara memiliki kerutan didahinya. "Kamu tuh PHP ya. Kalimat pertamamu barusan cukup menghiburku. Tapi kalimat terakhirmu sukses membuat aku jatuh terhempas dari langit." Andre tertawa mendengarnya. Kembali mencubit pipi Clara. "Aku tidak pernah PHP-in orang. Jelas kamu tahu sifat aku dengan baik. Makanya dengerin dulu omongan orang. Jangan asal main potong." Clara mengerucutkan bibirnya. Ya, ia tahu Andre bukanlah sesorang seperti itu. Clara tahu Andre dengan sangat-sangat baik. "Kenapa kamu nomor dua? Karena mamaku adalah wanita nomor satu. Makanya kamu wanita nomor dua dalam hidupku. Tapi buat aku, kamu adalah sahabat perempuan terbaik dalam hidupku," jelas Andre sambil menatap kedua mata Clara yang sedang menatapnya balik dibarengi dengan senyum tulusnya. Penjelasan Andre saat itu sukses membuat jantung Clara berdetak lebih cepat dari biasanya. *** Untuk sementara pertunangan Andre dan Clara ditunda. Itulah yang dikatakan Riri kepada putera sulungnya ketika Andre baru saja pulang dari kegiatannya melarikan diri. Hal itu membuat Andre merasa sedikit lega. Keesokkan harinya Andre bekerja lebih sibuk dari hari biasanya. Jo, rekannya juga ikut sibuk. Bu Marini, klien mereka meminta hasil denah dan sketsa rumahnya lebih cepat dari hari yang ditentukan. Karena Bu Marini memiliki urusan bisnis di Hongkong minggu depan dan beliau harus pergi ke sana. Sehingga mau tidak mau Andre dan Jo harus lembur selama beberapa hari ini. Pintu ruangan kerja Andre diketuk dari luar. Andre yang masih sibuk dengan kertas-kertas di atas mejanya berseru, "Masuk." "Dre, ada wanita yang ingin menemuimu," ucap Gita, salah satu asisten Andre yang pekerjaannya lebih mirip sekretaris karena Gita memang bukan lulusan Arsitek. Juga Andre tidak suka dengan embel-embel 'Bapak'. Makanya Gita memanggil nama Andre secara langsung. "Siapa?" tanya Andre yang telah mengangkat wajahnya dan menatap Gita. "Namanya Clara," jawab Gita. Mendengar nama yang disebutkan sontak membuat Andre terdiam sejenak. "Katakan padanya aku sibuk," putusnya. Gita mengangguk mengerti dan pamit. Ketika pintu ruangannya telah tertutup, Andre menyandarkan punggungnya pada kursinya. Ia memijat pelipisnya yang terasa sakit. Mau apa wanita itu kemari? Dan mengapa ia harus kembali setelah lima tahun? *** Clara sudah menduga akan jawaban Andre melalui Gita, asisten Andre, yang baru saja menyampaikan pesan bahwa pria itu tidak dapat menemuinya karena sibuk. Sebegitu besarkah dosa Clara hingga pria itu tidak mau bertemu dengannya hanya untuk beberapa menit. Tapi Clara cukup tahu diri. Dengan kecewa akhirnya Clara mengucapkam terima kasih pada Gita dan melangkah keluar dari kantor Andre. Clara menghela nafas ketika ia sudah berada di kursi kemudi mobilnya. Jangan menyerah Ara! Kamu harus bisa menjelaskan alasanmu atas apa yang terjadi lima tahun lalu. Setelah meyakinkan diri sendiri, Clara menyalakan mesin mobilnya dan mulai menjalankan mobilnya. Keluar dari parkiran kantor Andre. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD