Enam

1042 Words
*** Terima kasih telah memberiku kesempatan mencintaimu, Aku akan memanfaatkan cinta ruang yang kau berikan. Andai aku kanker, akan kutebar diriku dalam tubuhmu. Aku akan mengendalikan tubuhmu hingga kau takluk. - Untukmu Maggie Elsa Gomez. Semua terasa ringan, tak ada lagi beban dan kecanggungan antara Maggie dan Sam. Keduanya sudah sepakat untuk saling mengenal satu sama lain. Kesepakatan yang dulu mereka putuskan bersama seakan tak berguna lagi. Baik pihak Sam dan Maggie tak ada yang mengungkitnya. "Apa rencanamu hari ini?" Maggie tahu bahwa pria itu adalah lelaki yang sangat sibuk. Mengingat pekerjaannya yang berkaitan dengan dunia hiburan. Sam memandangnya dengan tatapan sulit dimengerti. Seulas senyum terukir di bibirnya. Membuat Maggie salah tingkah. Senyum itu sungguh mempesona dan selamanya akan seperti itu. Matahari pagi menyinari tubuh mereka yang berada di pinggir kolam renang. Setelah pulang dari salon dan restoran mewah, Sam mengajak Maggie ke Villa barunya. Jaraknya tidak jauh dari tempat sebelumnya. Letaknya berada di distrik Hollywod Hills. "Aku cukup sibuk. Tapi aku masih ingin menghabiskan waktu bersamamu," jawab Sam. Tanpa Maggie sadari, ia tersenyum saat mendengar kalimat Sam. Dengan cepat ia berbalik ke arah lain agar ekspresinya tidak dilihat oleh lelaki itu. "Kau berlebihan, Sam. Harusnya kau tak perlu menghabiskan waktumu yang berharga itu dengan wanita sepertiku," kata Maggie merendah. Meski dalam hatinya, dia mengutuk dirinya yang perlahan seperti wanita sok baik. Dia merasa aneh dengan perubahan drastis dalam dirinya. Sam terkekeh saat mendengar jawaban Maggie. Dia yang tadinya berjemur bangkit dan memandangi wanita itu sangat dalam. "Apa kau Maggie yang kukenal? Aku tidak percaya bahwa kau adalah wanita feminin nan baik hati," ucap Sam. "Aku juga tidak tahu, Apakah aku adalah Maggie atau bukan. Semuanya berubah dan aku tidak tahu di mana letak perubahanku. Aku berevolusi." Maggie berujar santai tanpa beban. Waktu mengubah segalanya. Rasa gugup semuanya sirna begitu saja. Sam bangkit dan mendekat pada wanita itu. Dia sekarang berada di depan Maggie. Memandangnya dengan tatapan mata membulat. Lelaki itu memegangi kedua tangan Maggie. "Kau tetaplah Maggie apapun yang terjadi. Dan aku suka segala sesuatu tentangmu. Kau selalu menjadi wanita tercantik dalam hidupku," kata Sam serius. Maggie rasanya ingin mual saat mendengarnya. Wanita itu tersenyum lalu mendorong tubuh Sam ke dalam kolam. Saat serius dia merasa tegang dan gugup. Dan inilah caranya menghindari kelemahannya itu. Kini Sam berada di tengah-tengah kolam. Maggie tertawa saat melihat lelaki itu. Sam berenang hingga ia mencapai pinggir kolam dimana Maggie berada. Dia mendongak memandangi Maggie. "Kenapa kau melakukannya?" tanya Sam dengan tatapan bingung. Dia tidak mengerti kenapa Wanita mendorongnya ke dalam kolam. Maggie membungkuk dan memegangi wajah Sam. "Aku hanya ingin melakukannya. Ucapanmu tadi menjelaskan bahwa kau adalah playboy. Dan aku tidak suka itu. Aku sensitif dengan kata cinta. Aku minta maaf karena itu," sahut Maggie. Sementara Sam tidak terima perlakuan wanita itu. "Sebelumnya aku juga minta maaf," ucap Sam. Tak lama, pria itu menarik tubuh Maggie masuk ke dalam kolam. Sekarang mereka impas. Sam tersenyum puas saat melihat wanita itu ikut terjatuh. Dia memang mencintai Maggie. Tapi mencintai bukanlah tentang kau mengalah. Mencintai butuh konflik agar hubungan cinta terasa lebih hidup. Keburukan tak perlu disembunyikan, tapi harus ditampakkan agar seseorang bisa menerima semuanya apa adanya. Maggie kesal dan mengumpat Sam. "Dasar b*rengsek. Kepiting rebus, Kambing kurus, Sapi peyot, anj*ng gila," umpat Maggie dengan menyebut berbagai macam binatang. Bukannya merasa bersalah Sam malah terkekeh saat mendengarnya. "Ini bukan kebun binatang Maggie," balas Sam disela kekehan dan tawanya. Maggie adalah wanita yang lucu baginya. Dia suka segala tentang Maggie. Tingkah wanita itu sangat manis, sangat langkah di bumi Amerika. Dia menyukai Maggie karena kumpulan sifatnya yang aneh. Jika bisa diibaratkan, Maggie adalah bunglon. Setiap saat selalu berubah-ubah. "Iya, memang bukan kebun binatang, tapi aku merasa kau adalah binatang. Hewan jelek dan bertempramen buruk," balas Maggie dengan tingkat kekesalan yang sungguh banyak. Sam berhenti tertawa, Namun ia masih menjaili Maggie dengan memercikkan air padanya. Tatapan Maggie berubah sinis, mata itu menyiratkan kekesalan dan amarah. Sam menyerah, dia tahu dimana ia harus bercanda dan serius. Jika dilihat, Maggie ingin dibujuk. Itu hanya pemikirannya, belum tentu Maggie mau memikirkan itu. Mengingat kobaran api sedang membakar wajah wanita itu. Siapapun yang melihatnya pasti takut. Airpun tak mampu memadamkan apinya. "Maafkan aku." Kata Sam menyesal. Dia mendekati Maggie dan memohon. Sedikitpun tak ada raut kesenangan di wajah lelaki itu kecuali tatapan memelas. Dia berubah serius dalam sekejap mata. Maggie hampir saja luluh saat melihat ekspresi wajah Sam. Dia belakangan ini penuh empati pada Sam. Lelaki itu misterius dan membuat Maggie penasaran. Sam punya sisi yang tersembunyi, lelaki itu tidak sebahagia yang diketahui orang. Ada hal tersembunyi dibalik dirinya. Dan Maggie tidak tahu apa itu. Mungkin semacam masa kecil yang buruk, broken home, atau hal semacam itu. "Tidak perlu." Balas Maggie dengan raut wajah sinisnya. Dia melangkah meninggalkan kolam. Dia masih jengkel dengan tingkah Sam. Maggie tak menyerah, ia tidak ingin melihat Sam. Dia tak ingin marah di depan lelaki itu. Sam mengejar Maggie hingga ia bisa memeluk wanita itu dalam keadaan basah. Maggie merontah, namun tangan lelaki itu sangat erat dalam pinggangnya. Akhirnya ia hanya terdiam. Sentuhan tangan Sam seolah magic yang menghentikan waktunya. Dia luluh terhadap lelaki itu. Sam seperti roal coaster yang memutar kehidupannya sesuka hati. Atau bisa saja kanker yang menggerogoti tubuhnya. "Maafkan aku, Maggie. Aku memang seperti ini, aku terkadang tak bisa mengontrol sikap jailku," bisik Sam pada wanita itu. Pria itu sangat menyesal dengan apa yang terjadi pagi ini. "Aku tidak suka seperti ini, Sam. Kau terlalu semenah-menah padaku. Kau tidak mengerti diriku," balas Maggie. Hanya kalimat itu yang bisa terucap dalam bibirnya. Sam membalikkan tubuh Maggie hingga keduanya bisa saling memandang satu sama lain. "Aku tidak akan melakukannya lagi. Aku tidak akan mengusikmu lagi. Ini yang terakhir," Kata Sam pada Maggie. Wanita itu merasa iba dengan kelembutan dari Sam. Dia tidak tega melihat wajah menyedihkan dan memohon yang ditunjukkan Sam. Wanita itu tersentuh dan terenyuh. "Aku juga minta maaf. Aku terlalu sensitif, kau tidak salah dan tidak perlu berubah. Jadilah dirimu apa adanya." Balas Maggie. Entah apa yang ia permasalahkan. Dia marah tapi tidak ingin menyalahkan Sam. Dia sendiri bingung dengan dirinya. Mereka berdua terdiam. Sam memandang lekat pada wajah Maggie. Dan spontan ia mengecup bibir Maggie. Wanita itu hanya terdiam, beberapa saat kemudian ia membalas kecupan Sam dengan sebuah ciuman.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD