Bagian 1

866 Words
Siang ini Seraphina dan Revano akan pindah ke rumah baru mereka. Tentu saja Seraphina dan Syafira dipisahkan tempat tinggalnya karena tidak ingin terjadi hal yang buruk seperti cakar-cakaran salah satunya. Sesampainya disana Sera dan Revano langsung turun dari mobil dan bergegas masuk ke dalam rumah minimalis bertingkat dua itu. "Mulai sekarang lo tinggal disini. Gue akan datang seminggu sekali." Ujar Revano dengan datar. Sera menghela nafas pasrah kemudian ia mengangguk. "Dan satu lagi, kalau gue disini kamar kita terpisah. Lo di kamar yang sebelah kanan dan gue di kamar sebelah kiri." "Iya. Kalau gitu gue mau beresin dulu baju gue ke dalem lemari." Revano mengangguk. "Baju lo mana? Gak bawa?" Revano menggeleng sambil tertawa remeh. "Mau banget ya elo serumah sama gue?" Tanya Revano sinis. Sera diam. "Denger ya, gue kan kesini cuma seminggu sekali bahkan gue gak akan nginep. Meski elo sekarang berstatus istri gue, tapi tetep prioritas gue adalah Syafira!" Ucap Revano dengan tajam. Sera mengangguk. "Terserah lo, meski lo gak kesini seminggu kek, sebulan, setahun atau seumur hidup gue pun gak peduli. Ter. Se. Rah!" Ucap Sera tajam tetapi dengan ekspresi muka yang tenang. Revano diam. Tiba-tiba handphonenya berbunyi pertanda ada telpon yang masuk. "Hallo sayang," "...." "Iya ini aku berangkat sekarang." "...." "I love you too." Sera hanya memperhatikan Revano yang sedang menerima telpon. Tanpa ia bertanya siapa yang menelpon pun dia tahu jawabannya, pasti Syafira. "Gue pergi," ucap Revano sambil merogoh dompetnya lalu mengeluarkan sebuah kartu kredit. "Pegang kartu ini di elo, semua udah atas nama lo. Nanti gue bakal rutin transfer uang buat lo. Pinnya tanggal nikah kita" Ucap Revano panjang. Sera menatap benda itu dengan ragu dan enggan untuk menerimanya. Namun Revano langsung memegang tangan Sera dan meletakkan kartu itu ke tangan Sera kemudian Revano bergegas pergi dari hadapan Sera. "Semuanya emang udah beda." Gumam Sera sambil tertawa miris. Deg! Sera terlonjak saat ada yang menepuk bahu sebelah kirinya. Ketika ia berbalik ternyata ada seorang ibu paruh baya tengah tersenyum padanya. "Neng Sera ya?" Tanya ibu itu. Sera mengangguk. "Perkenalkan, nama ibu Marlina. Ibu udah lama dipercaya untuk menjaga rumah ini. Sekarang sudah ada neng Sera disini, ibu memberikan wewenang sepenuhnya kepada Neng Sera." "Iya bu salam kenal ya. Kita sama-sama jaga dan rawat rumah ini ya Bu, Sera gak mau disini sendirian. Jadi ibu harus nemenin Sera disini." "Tapi Ibu gak enak sama tuan, neng." "Ibu gak usah pikirin Revano ataupun papanya, ibu fokus sama Sera aja ya. Soalnya Sera bakal manja, apalagi Sera suka kangen sama Mama dan Papa." Ucap Sera sedih. Marlina langsung memeluk Sera, ia paham bagaimana ada di posisi Sera. "Oh iya Neng, Den Revano kemana?" Sera tersenyum tipis. "Dia mau ke Syafira katanya Bu, dia bakal berkunjung kesini seminggu sekali." Marlina mengusap kepala Sera. "Jangan sedih ya, Non Syafira emang gak bisa lepas sama Den Revano. Tapi Ibu yakin suatu hari nanti Den Revano bakal adil sama Neng Sera dan Non Syafira." Ujar Marlina menenangkan. "Iya makasih ya Bu." Ucap Sera sambil memeluk Marlina. "Yaudah Neng sekarang mandi dulu ya, Ibu mau nyiapin makanan buat Neng Sera.". "Siap Ibu, kalau gitu Sera ke atas dulu ya." Kini Revano tengah terjebak dalam situasi yang sangat tidak disukainya, macet. Cuaca yang panas ditambah jalanan yang macet membuat Revano jenuh, selalu seperti ini setiap hari. Saat ia akan menghubungi Syafira karena akan terlambat tiba-tiba handphonenya berbunyi pertanda ada pesan masuk. Seraphina Roseanne Makasih. Revano tak membalas pesan dari Sera, tetapi ia malah menyunggingkan senyum di bibirnya. "Kamu gak berubah Sera, kamu selalu bilang makasih untul hal yang kecil." Gumam Revano pelan. "Apa yang gue bilang barusan?" Gumamnya lagi. Kemudian ia mengambil dompetnya dan membukanya. Di dalamnya ada sebuah foto milik Syafira namun di belakang foto itu ada foto dirinya dan Seraphina. "Bahkan aku sampe sekarang masih selalu kangen kamu, aku masih simpen foto kamu. Apa kamu juga sama?" ucap Revano sambil memandangi foto itu. "Maafin aku yang munafik, Ser." Seraphina telah selesai mandi, sebelum turun kebawah ia menata dulu tampilannya sambil bercermin. Setelah itu ia melakukan hobinya yaitu mirror selfie, senyuman di bibirnya terbit kala melihat hasil selfienya bagus. Setelah itu ia turun ke ruang makan dan melihat Bu Marlina tengah menata makanan di meja makan. "Ibu, apa udah selesai semuanya?" Tanya Sera tiba di ruang makan. "Udah neng, tapi itu ada mentimun buat lalap belum dicuci." Jawab Marlina. "Yaudah Sera yang cuci aja ya Bu." Ucap Sera lalu bergegas mencuci mentimun itu. Setelah selesai ia segera kembali ke meja makan. "Loh ibu kok piringnya cuma satu sih." "Iya satu aja neng, kan buat neng aja." "Ibu pokoknya makan bareng Sera ya." "Gak perlu neng, ibu makan nanti aja." "Ayolah ibu, bareng ya sama Sera." "Yaudah kalau gitu karena neng yang maksa jadi ibu turuti apa mau neng." "Yeay, makasih ibu cantik." Lalu merekapun makan dengan tenang. Setelah selesai makan Sera dan Marlina langsung membereskannya. Marlina mencuci piring dan Sera membereskan meja makan. Ting nong... Tiba-tiba bel rumah berbunyi pertanda ada tamu yang datang. "Neng, tolong bukain pintu ya. Ibu tanggung lagi cuci piring." Sera pun menurut dan langsung bergegas menuju pintu utama. Saat pintu utama terbuka kening Sera berkerut, ia tak mengenali siapa yang datang ini namun wajahnya tidak asing bagi Sera. "Ma..maaf siapa ya?"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD